PART 13

71 8 4
                                    


Hani mengikuti ibunya ke ruang tamu dan duduk disamping Junhyung yang hanya diam. Hani terus menatap ibunya yang menundukkan pandangan dan tidak sedikit pun menatapnya. Junhyung sendiri juga sedikit terluka karena wanita didepannya ini sudah dianggpnya sebagai ibu sendiri. Wanita inilah yang merawatnya sejak dia kecil.

"ada perlu apa anda kemari Tuan Yong?" pertanyaan Ibu Hani itu membuat Junhyung sedikit sedih juga marah.

"eomma," Hani yang dibuat bingung akhirnya memanggil ibunya sekedar menyadarkan bahwa dirinya adalah putrinya.

"apa ada yang bisa saya bantu?" Junhyung dibuat bingung dengan ucapan Ibu Hani.

"eomma, apa yang anda bicarakan?" Junhyung bersuara karena sudah tidak tahan dengan sikap wanita paruh baya itu.

"eomma, aku putrimu, Hani." Ibu Hani sama sekali tak menatap Hani dan Hani merasa sangat kecewa juga sedih.

"saya akan siapkan kamar untuk anda beristirahat," wanita itu berlalu pergi dan masuk kedalam salah satu kamar dengan tulisan Hani tergantung di pintunya.

Hani hendak mengikuti ibunya sebelum Junhyung menarik tangannya. Hani memberontak namun Junhyung menariknya keluar rumah. Junhyung terus menggenggam erat tangan Hani, Hani sekarang sedang menangis tanpa suara dan hanya mengikuti Junhyung.

Beberapa lama mereka berjalan, mereka sampai di sebuah tempat yang tidak asing bagi mereka berdua. Itu adalah sebuah lintasan kereta api yang sudah tidak dioperasikan, sebuah pohon cherry blossom tumbuh subur disana dan serpihan bunganya berjatuhan tertiup angin. Mereka berdua berhenti disana dan Hani berjongkok sambil menangis, sementara Junhyung masih mencengkeram tangannya erat.

Hani menangis tersedu-sedu, tak tahan mendengar suara tangisan itu, Junhyung akhirnya menarik tangan Hani yang digenggamnya sehingga Hani berdiri dan memeluknya. Hani mendorong tubuh Junhyung sehingga dia terpojok ke pembatas jalur kereta api itu. Hani terus saja memukul dada Junhyung seakan menyalahkan Junhyung atas semua yang terjadi saat ini.

Junhyung juga sadar jika ini semua adalah salahnya karena dia lah yang memisahkan Hani dan ibunya. Hani tetap bertahan disisinya dan meninggalkan ibunya hanya karena janji konyol yang dibuat Hani dengan ibu Junhyung.

"shh," Junhyung menepuk punggung Hani dan mencoba menenangkannya. Suara tangisan Hani semakin membuatnya merasa terluka.

"aku harus bagaimana?" Hani terus memukul Junhyung dan Junhyung membiarkannya.

Kini Hani hanya mampu memeluk Junhyung seerat yang dia bisa, dan setelahnya, Hani berhenti menangis karena sadar Junhyung akan sangat terluka. Hani melepas pelukannya, menghapus air matanya perlahan dan kemudian memaksakan sebuah senyuman pada Junhyung. Junhyung masih diam dengan wajah datarnya saat Hani mengelus pipi kirinya.

Hani kemudian memperhatikan rumah kecilnya dan menumpukan dagunya pada punggung tangannya di pembatas lintasan rel.

"maafkan aku," ucap Junhyung. Seketika hani menatapnya dengan sorot mata sedih yang begitu jelas di mata Junhyung.

"ini semua bukan salahmu," Hani kembali menatap rumahnya dan mengarahkan tangannya untuk meraih rumah itu.

"tentu semua ini salahku," Junhyung merengkuh pipi Hani dan menghadapkan tubuh mungil itu kearahnya.

"mungkin sekarang kau bisa menjadi seorang perawat hebat jika tidak menikah denganku. Kau mungkin bisa-"

"menurutmu aku masih menginginkan semua itu? aku sudah memilikimu, aku tidak perlu menjadi seorang perawat." Hani memeluk junhyung erat dan mencoba melepas kesedihannya. Tidak mungkin dia harus bersedih untuk saat ini, dia harus menemui ibunya.

MineWhere stories live. Discover now