PART 14

55 8 0
                                    

Hani kembali ke kasur empuknya dan memainkan ponsel Junhyung sambil berbaring. Hani tidak terlalu mempedulikan Junhyung yang sedang mengganti kemejanya dengan sebuah kaos. Otak Hani sedang kosong untuk saat ini, dia tidak ingin memikirkan apapun. Hubungannya dan ibunya sudah membaik, mungkin Hani juga akan lebih sering berkunjung ke sana. Sudah tidak ada lagi yang perlu dipikirkan.

"tidak ganti baju?" Hani menggeleng pelan sambil terus fokus memainkan ponsel Junhyung.

"oh? Ada telepon!" Hani menyerahkan ponsel itu pada Junhyung. Junhyung menerima panggilan itu sambil memeluk Hani dan mengecup keningnya.

"benarkah?" Hani menatap wajah kesal Junhyung dan mengetahui jika itu bukanlah sebuah panggilan dengan kabar baik.

"bagaimana jika aku tidak datang?" perhatian Junhyung tertuju pada Hani yang berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Bukankah itu sesuatu yang lucu?

"akan aku pikirkan," Junhyung langsung saja mengakhiri panggilan dari managernya itu dan melemparkn ponselnya ke kasur.

Junhyung memeluk Hani yang berusaha lepas, hal ini mengakibatkan Hani memekik karena Junhyung tiba-tiba saja mengangkatnya. Karena takut jatuh, Hani melingkarkan kakinya ke pinggang Junhyung. Junhyung membawa Hani ke kasur dan menggelitik perutnya. Hani tertawa terpingkal-pingkal dan menggeliat kesana-kemari. Junhyung berhenti ketika Hani berhasil mengalungkan lengannya ke leher Junhyung dan memeluknya erat. Hani menarik Junhyung dan merubah posisi mereka, sekarang Hani-lah yang menindih Junhyung.

"kenapa managermu menelfon?" tanya Hani dengan senbuah senyuman manis.

"ada yang memiliki 500 kupon pembelian dan aku harus mengencaninya," Hani terkekeh pelan mendengar penjelasan Junhyung.

"kasihan sekali dia," Hani berdecak dan terduduk di tepi kasur.

"kenapa? Dia sudah mengumpulkan kuponnya karena rumor kalau aku ini sangat tampan," Junhyung menyusul Hani dan justru mendapat sebuah tawa keras yang terkesan mengejek.

"hanya aku yang bisa tahan dengan dirimu. Datangi saja, Jun. Aku berani bertaruh, tidak sampai lima menit dia akan meminta pulang," Hani kembali tertawa keras sambil memukuli lengan Junhyung.

"kau bertaruh untuk ini? Untuk kencan suamimu dengan gadis tidak dikenal?" Hani mengangguk mantap dan hanya dibalas sebuah elusan di rambutnya juga kekehan kecil Junhyung.

"hmm, kemarin malam, aku melihatmu bersama eomma. Kalian sepertinya sedang berbicara asyik sekali."

"hanya sebuah candaan kecil," Junhyung kemudian berbaring dan memejamkan matanya.

"Jun, kau harus pergi! Kalau tidak kafe kita akan kembali sepi," Hani menarik Junhyung, namun Junhyung sama sekali tidak mempedulikannya.

"Jun!" Hani akhirnya menarik kaki Junhyung yang tergantung di pinggiran kasur. Karena mengerahkan kekuatannya, Junhyung akhirnya terjatuh dan kepalanya membentur lantai.

"oh! Jun! Kau tidak apa-apa?" Hani mendekati Junhyung yang berusaha untuk duduk sambil mengelus kepalanya. Kejadian itu sangat tiba-tiba jadi Junhyung tidak bisa bersiap.

Junhyung hanya menatap wajah khawatir Hani dengan sebuah senyuman tipis. Hani terkejut saat Junhyung tiba-tiba menarik tengkuknya dan menciumnya. Ciuman yang hanya sekilas namun terus berlanjut menuju pipi dan leher. Hani yang semakin dibuat kegelian akhirnya hanya mampu tertawa dan mencoba menghindari kecupan Junhyung.

MineWhere stories live. Discover now