Bukannya membawa Junhyung ke supermarket, Hani malah membawa Junhyung kepasar. Junhyung tak henti-hntinya menatap semua hal yang ada disana dengan tatapan jijik karena dia begitu terganggu dengan papun yang ada disana. Junhyung membenci tempat sejenis ini. Bagaimana bisa Hani terlihat begitu bahagia sementara Junhyung tersiksa?
"hei, lihat," Hani menyodorkan gurita yang masih hidup pada Junhyung. Junhyung menjauhkan tangan Hani dari dirinya karena dia merasa jijik dengan kaki gurita yang terus menggeliat. Hani hanya tertawa cekikikan dan kemudian meletakkan gurita itu kembali ketempatnya.
Mereka kembali berjalan. Junhyung menemukan beberapa hal aneh yang mengganggu penglihatannya. Junhyung benar-benar ingin pulang sekarang, dia hanya terus mengikuti Hani yang sedari tadi hanya berkeliling tanpa menemukan hasil.
"ah, lihat ini," Hani menyodorkan belut pada Junhyung dengan tangannya. Hani tertawa begitu keras melihat ekspresi Junhyung yang benar-benar jijik.
"itu suamimu nona? Dia tampan sekali," puji seorang bibi pedagang pada Hani. Hani hanya tersenyum canggung.
Bau amis yang menyengat menusuk hidung Junhyung saat memasuki blok ikan. Junhyung begitu ingin muntah mencium aroma yang seperti ini. bagaimana bisa Hani terlihat normal-normal saja?
"ugh... hoek," Junhyung mulai mual mencium aroma ini. Hani masih saja terus mentertawakannya, Hani mempermainkannya disaat yang tidak tepat.
"yya!" Junhyung mencengkeram pundak Hani yang terlihat begitu bahagia. Perlahan seyuman Hani luntur begitu saja mendapat tatapan mengerikan dari Junhyung.
"tuan, jangan terlalu kasar pada istrimu. Kalian sepertinya pengantin baru," ucap seorang pedagang dengan senyum ramah. Junhyung diliputi kemarahan yang begitu besar, dia mengambil dompet dari sakunya dan melemparkannya pada Hani.
Junhyung meninggalkan Hani begitu saja dengan amarah dalam dirinya. Sementara Hani masih mematung. Dia memungut dompet yang terjatuh tadi dan mengejar Junhyung. Mungkin ini adalah kesalahnnya karena membawa makhluk tidak humoris seperti Junhyung kemari. Hani tau, hal yang tidak baik akan terjadi setelah ini.
Brugh
Hani menabrak seseorang saat jaraknya hanya beberapa meter dari Junhyung. Orang itu membantunya berdiri dan menatap wajahnya dengan intens.
"oh? Kau... Hani??!!!" teriak orang itu. dia langsung saja memeluk Hani. mendengar suara pria menyebut nama gadisnya, junhyung berbalik dan mendapati Hani sedang dipeluk pria kemarin. Hani bisa melihat Junhyung yang menatapnya dengan amarah, dan kemudian dia kembali berlalu pergi. Sebuah perasaan bersalah meliputi Hani, tak seharusnya dia melukai hati Junhyung yang sudah banyak menanggung beban.
"hei, Dujun. Kita bertemu disini,"
"aish, aku merindukanmu. Kau pulang terlebih dahulu kemarin, juga, siapa pria yang menarikmu kemarin?" Dujun melepas pelukannya pada Hani dan menatap wajahnya dengan senyum sumringah.
"itu, bukan siapa siapa. Eh, sedang apa kau disini?" tanya Hani sambil curi-curi pandang ketempat Junhyung berdiri tadi, sayangnya Junhyung sudah berlalu pergi.
"aku mencari beberapa keperluan. Hei, mau minum sebentar? Aku traktir," tawar Dujun dengan senyuman bangga. Hani kemudian mengangguk dengan sulas senyum.
"mungkin tidak apa. Dia akan segera baikan nanti."
0o0
Hani dan Dujun sedang duduk disebuah kafe. Mereka berdua bercakap-cakap seperti kawan lama yang jarang bertemu. Mereka berbicara ngalor ngidul membicarakan kehidupan mereka, atau beberapa kenangan lama saat mereka begitu dekat dulu. Namun, Hani masih menyembunyikan Junhyung dari Dujun. Dia pikir, Dujun tidak perlu tau dengan masalah keluarganya ini. Jika saja Dujun tau, dia akan langsung menebus semua hutang keluarga Hani dan membawa Hani pergi jauh-jauh dari Junhyung.
![](https://img.wattpad.com/cover/110952899-288-k96382.jpg)
YOU ARE READING
Mine
FanfictionAku mencintaimu yang bahkan lebih buruk daripada iblis. Bukan dengan kelembutan dan kenyamanan, namun dengan sejuta rasa pedih juga amarah.