"jelaskan padaku apa yang terjadi." Daseul sedang berusaha membujuk Hani untuk menjelaskan penyebab bekas kemerahan di leher Hani.
"memangnya terlihat jelas, ya?"
"astaga! Jadi benar itu ulah pacarmu?"
"suami...ku," Daseul melongo sambil bertepuk tangan pelan.
"kalian pasti melewati malam yang panas selama ini," celetuk Daseul.
Hani hanya tersenyum tipis dan kembali memakan makanannya. Sesekali Hani melihat sekeliling sambil tetap memasukkan makanan ke mulutnya. Tanpa sengaja, Hani menatap televisi yang tergantung diatas kafetaria. Sedang ditayangkan berita tentang perusahaan Hanshin. yang membuat Hani berhenti mengunyah adalah foto seorang anak SMA yang begitu dikenalinya. Senyuman tipis anak itu sangat dikenali Hani.
Begitu yakin pria itu adalah Junhyung dan berita itu mengatakan jika penerus Hanshin sudah ditemukan, Hani berdiri dari duduknya. Mencoba memerhatikan wajah Junhyung yang kini terpampang di televisi.
Hani hanya melongo melihat berita itu, impian Junhyung menjadi nyata saat ini. Tentunya Hani sangat senang. Kesenangannya meluap hingga air matanya menetes.
"yya! Kau kenapa? Hani?" suara Daseul akhirnya terdengar dan Hani hanya membalasnya dengan senyuman haru.
"Tidak bisa dipercaya!" segera saja, Hani mengambil ponselnya dan menghubungi Junhyung. Sayangnya Junhyung tidak menerima panggilan itu. Itu sedikit membuat Hani kecewa, karena biasanya Junhyung selalu bisa dihubungi.
"mungkin dia sedang sibuk," wajah murung Hani kembali menjadi bahagia, dia masih terpaku melihat layar televisi yang sedang menayangkan berita itu.
"Hanshin menemukan penerus tahta sepertinya." Celetuk daseul sambil memasukkan sesuap nasi ke mulutnya. hani menoleh pada daseul dan menunggunya meneruskan kalimatnya.
"aku dengar memang Hanshin sedang mencari penerus tahta. Hanya saja, sepertinya dia bersembunyi di suatu tempat. Sebuah hal aneh mengingat perusahaan besar seperti Hanshin tidak bisa menemukannya," jelas daseul. Hani terdiam mendengar ucapan daseul. Apakah sebaiknya dia menceritakan kisah sesungguhnya pada daseul?
"Hani? Kau tahu? Beberapa orang berkata kalau Hanshin itu penuh dengan orang-orang jahat.." ucap Daseul.
"...aku jadi sedikit takut mengingat setelah lulus kita akan magang di rumah sakit milik Hanshin,"
0o0
Junhyung sampai di rumah dan Yongjun langsung saja menyambutnya. Keadaan rumah jadi sedikit sepi setelah Hani pergi dan bayang-bayang Hani memenuhi seisi rumahnya. Junhyung tersenyum lembut menyadari dirinya sudah benar-benar gila. Gadis aneh itu membuatnya gila.
Begitu memasuki kamarnya, Junhyung tersenyum kembali. Aroma Hani memenuhi ruangan ini. Sebelum berangkat tempo hari, Hani menghabiskan satu botol parfumnya untuk menyemprot ruangan ini. Ini justru semakin menyiksa Junhyung karena mencium aroma Hani saja membuatnya benar-benar rindu.
Junhyung duduk di pinggiran kasur dan mencoba menikmati aroma Hani yang sangat disukainya. Matanya berkeliling ruangan besar itu, menelusuri bayang-bayang Hani yang tertinggal disini. Biasanya dia akan duduk di meja rias menyisir rambutnya, atau membersihkan ruangan ini. Hani yang terkadang menjadi tenang dan diam membaca buku, Hani yang juga berisik bernyanyi sambil menari. Semua itu membuat Junhyung gila.
Mata Junhyung terpaku pada boneka tedy bear besar yang kini duduk di kursi dekat meja rias. Boneka itu duduk diam seolah-olah menatap Junhyung. Boneka itu tidak jadi dibawa Hani karena terlalu besar, dan sekarang boneka itu dibiarkan duduk disana.
"berhenti menatapku," celetuk Junhyung. Junhyung merasa terganggu dengan tatapan boneka itu.
"yya, kau tahu? Aku sedang sangat pusing saat ini. Tidak bisakah kau memberiku semangat? Seharian ini kau hanya duduk diam,"

YOU ARE READING
Mine
FanfictionAku mencintaimu yang bahkan lebih buruk daripada iblis. Bukan dengan kelembutan dan kenyamanan, namun dengan sejuta rasa pedih juga amarah.