PART 10

115 7 4
                                    


"apa menurutmu kau bisa melawanku? Hahaha ternyata kau tidak hanya gila seperti ibumu, tapi kau juga bodoh!"

"Hanshin milikku."

"rebut saja jika kau bisa, Yong Junhyung."

Seketika Junhyung terduduk setelah mendapat mimpi seperti itu. Nafasnya terengah-engah juga dia merasa kepalanya begitu berat. Ini bukan kali pertamanya memimpikan hal semacam itu, harusya Junhyung sudah terbiasa, namun dia bahkan tidak mampu untuk mengendalikan dirinya saat ayahnya mulai mengingatkan pada ibunya.

Junhyung berniat melupakan semua itu, hanya saja seua terasa seperti semakin mencekik Junhyung. Ingatan tentang bagaimana penderitaan ibundanya sebelum meninggal sungguh menyiksanya. Dari perasaan sedih yang mendalam itu, Junhyung mencoba untuk mewujudkan apa yang diinginkan ibunya. Hanshin harus kembali ketangannya..

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan ini waktu yang baik untuk membuat sarapan. Junhyung bersiap untuk turun, dia sudah menginjakkan kakinya ke lantai dan siap untuk pergi ke dapur. Tapi, perhatiannya justru tertuju pada ponselnya yang bergetar di atas meja. Panggilan itu dari Si Manager, namun tak ada sedikitpun niatan di hati Junhyung untuk mengangkatnya.

Junhyung ingin beristirahat.

Senyuman Junhyung merekah setelah sepasang tangan melingkar di pingggangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senyuman Junhyung merekah setelah sepasang tangan melingkar di pingggangnya. Seseorang sedang bersandar dipunggungnya dan memluknya erat. Orang yang begitu disayangi Junhyung.

Samar-samar Junhyung mendengar gumaman dari Hani, mungkin dia sedang malas untuk bangun pagi, atau dia hanya tidak menginginkan Junhyung terlalu memikirkan masalahnya.

"apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Hani dengan suara khas bangun tidur.

"tidak ada,"

"kau bahkan terjaga semalaman," Hani melepaskan pelukannya dan duduk disamping Junhyung. Sungguh, Junhyung sangat menyayangi Hani, dia bisa menjadi sosok ibunya.

Hani mengarahkan tangan Junhyung untuk merangkul tubuh mungilnya sehingga Hani bisa bersandar di dada Junhyung. Hani sangat menyukai tubuh Junhyung yang selalu nyaman dipeluk, tubuh Junhyung hangat sekali dan itu selalu bisa menenangkan Hani.

"aku tau kau memikirkan Metabox. Mungkin aku bisa membantumu," begitu Hani menengadah, bisa dilihatnya wajah datar Junhyung.

"kau tidak harus melakukannya," mendengar jawaban itu, Hani justru semakin tertantang.

"kau pikir aku tidak mampu?"

"aku hanya tidak mau kau memikirkan hal seberat ini," sebuah kecupan di puncak kepala Hani mengakhiri percakapan itu.

Junhyung berjalan pelan kedapur untuk memasak sesuatu, dia juga memikirkan Hani selama perjalanannya ke dapur. Dia merasa dia begitu menyusahkan Hani selama ini, karena sikapnya yang kasar, karena dia yang selalu melukai Hani. Mungkin Tuhan akan benar-benar menghukumnya karena sudah menyusahkan malaikatnya.

MineWhere stories live. Discover now