" akhirnya akang baru yakin kalau ceu odah itu adalah kakak akang setelah emak melihat ceu odah, dan mengatakan bahwa ceu odah itu memanglah kakak akang....bahkan emak mengatakannya sampai dua kali..." selepas dari perkataannya itu, bapak terlihat terdiam dengan pandangan menatap ke langit langit kamar
" kasihan ceu odah...sebenarnya ning ingin menanyakan sesuatu kepada kang, tapi ning merasa enggak enak sama akang..." mendengar perkataan ibu, bapak memalingkan pandangannya ke ibu
" kamu mau menanyakan apa...?"
" apakah akang tau, yang menghamili ceu odah itu siapa.....?"
" akang enggak tau ning...sempat terlintas di pikiran akang, kalau orang yang telah menghamili ceu odah itu adalah abah...tapi masa iya abah setega itu dengan anak kandungnya sendiri...."
" iya kang...enggak mungkin abah setega itu sama anaknya sendiri...ya udahlah kang lebih baik sekarang kita tidur..."
Dua minggu sudah waktu berlalu dari peristiwa penemuan uwa odah, dan sampai dengan kurun waktu dua minggu itu, belum nampak ada tanda tanda bahwa aki sudah menerima kehadiran uwa odah di rumah ini, bahkan bisa dikatakan saat ini aki cenderung acuh dan tidak memperdulikan keberadaan uwa odah di rumah ini, entah apa yang telah melatar belakangi aki berlaku sedemikian rupa
" ra....ini ibu udah siapkan makanan untuk uwa kamu, tolong di antar ke kamarnya ya..." terlihat kak dira agak ragu begitu mendengar perintah ibu
" kamu kenapa ra....?" tanya ibu begitu melihat kak dira yang belum juga beranjak dari duduknya
" dira takut bu...danang aja tuh yang nganterin..." ucap kak dira sambil menatap jam yang sudah menunjukan pukul tiga sore
" ya ampun dira...itu uwa kamu sendiri, kok kamu takut sih..." ujar ibu sambil menggelengkan kepala
" ya udah bu, biar danang aja...." tanpa menunggu jawaban dari ibu, gue segera mengambil piring makan lalu membawanya ke kamar dimana uwa odah telah di tempatkan. sejujurnya sempat ada perasaan ragu di hati gue begitu gue hendak membuka pintu kamar, bayangan akan keadaan uwa odah yang menyeramkan, kini telah membuat keterdiaman gue di depan pintu kamar ini terasa begitu lama, hingga akhirnya dikarenakan gue tidak ingin rasa ketakutan gue ini akan diketahui oleh anggota keluarga gue yang lain, gue memutuskan untuk masuk ke dalam kamar
" wa...ini makanannya...." ucap gue berbasa basi, walaupun gue tahu uwa odah tidak akan menjawab perkataan gue ini, terlihat uwa odah hanya terdiam, tatapan matanya yang terlihat menunduk ke bawah seolah olah tidak memperdulikan kehadiran gue, jari jari tangannya dengan kuku yang tidak terawat...memainkan rambutnya yang tergerai
" ya udah...piringnya danang taruh di meja yaa wa...." seiring dengan perkataan gue tersebut, gue meletakan piring makan di atas meja bundar yang berada di sudut ruangan, pandangan mata gue yang terarah ke arah meja bundar, kini tidak lagi memperhatikan keberadaan uwa odah, hingga akhirnya ketika gue memutuskan untuk memutar badan dan beranjak keluar dari dalam kamar, gue mendapati keberadaan uwa odah sudah berdiri tidak jauh dari posisi gue berdiri saat ini, diantara tatapan matanya yang terlihat memandang gue dengan sorot matanya yang tajam, uwa odah nampak masih memainkan rambutnya yang tergerai dengan jari jemari tangannya
" wa....danang keluar dulu ya...." ucap gue tenang seraya berusaha menutupi rasa takut yang kini tengah gue rasakan, dan kini diantara bayang bayang sorot mata uwa odah yang tetap memandang gue dengan sorot matanya yang tajam, gue segera keluar dari dalam kamar dengan disertai irama jantung gue yang berdegup kencang
" kamu kenapa nang....kok seperti orang ketakutan gitu..." tanya ibu begitu melihat gue berjalan dari arah kamar, sepertinya saat ini ibu hendak keluar dari dalam rumah, hal ini dapat terlihat dari keberadaan ibu yang baru saja hendak membuka pintu rumah
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN
Horror" bang....lu kenapa...?" tanya daru begitu melihat gue yang menghentikan pergerakan tangan ini dari menarik tali timba, mendapati pertanyaan daru tersebut, gue kembali menggerakan tangan ini untuk menarik tali timba " kenapa sih bang..." tanya daru...