" ayo kita pamit dengan nini...." ajak bapak, yang berbalas dengan anggukan kepala kami
Diantara derap langkah kaki kami yang berjalan menuju ke kamar nini, sesekali mata gue mencari keberadaan aki di rumah ini, karena semenjak pagi tadi, gue sama sekali tidak melihat keberadaannya di rumah ini, hingga akhirnya ketika kami kini memasuki kamar nini, gue hanya mendapati keberadaan nini yang tengah terbaring di tempat tidur tanpa adanya aki yang menemani
" mak...tama mau pamit pergi...." ucap bapak sambil mengambil posisi duduk di sisi tempat tidur, untuk sesaat lamanya terlihat nini tidak memberikan respon atas perkataan bapak tersebut, hingga akhirnya nini terlihat menatap bapak lalu mengeluarkan isak tangisnya
" kamu yakin mau pergi tam....?" tanya nini dengan suara bergetar
" iya mak...tama harus bisa mandiri...emak jangan takut, tama pasti akan sesekali pulang...untuk melihat keadaan emak dan abah serta ceu odah..." selepas dari perkataan bapak tersebut, suara isak tangis nini terdengar semakin kencang
" enggak perlu...!!, sebaiknya kamu segera berangkat sekarang....!" suara yang berbentuk bentakan itu terdengar secara tiba tiba, terlihat keberadaan aki yang tengah berdiri tepat di pintu kamar, dan kini begitu mendapati suara bentakan aki tersebut, ibu terlihat menundukan wajahnya
" kang..."
Nini bangkit dari posisi tidurnya, pandangan matanya yang terarah kepada aki, seperti menunjukan keinginan nini, agar aki menahan emosinya, terlihat bapak beranjak dari tempat tidur dan berjalan menghampiri aki
" maaf bah...tama mau pamit, tama mohon doa restunya....." ucap bapak seraya berusaha untuk meraih tangan aki, dan berbalas dengan pergerakan tangan aki yang menepiskan tangan bapak, mendapati perlakuan itu, bapak hanya bisa terdiam tanpa ada keinginan untuk melawan
" tama...nitip emak dan ceu odah...bah..."
" kalau nanti kamu masih belum menjadi orang sukses....sebaiknya kamu jangan kembali ke rumah ini..." seiring dengan perkataannya itu, aki terlihat berjalan meninggalkan kamar
" udah tam...lebih baik kalian segera berangkat....kasihan ujang udah lama menunggu kalian...." ucap nini berusaha mencairkan suasana, bapak dan ibu yang masih terpaku dalam menatap kepergian aki, kini berjalan menuju nini dan berpamitan, terlihat nini memeluk bapak, ibu, kak dira dan daru secara bergantian dalam isak tangisnya
" danang pamit ni...." bersamaan dengan perkataan yang terlontar dari mulut gue ini, gue mencium tangan nini dan merasakan getaran pada tangannya, mendapati hal tersebut, gue kini memilih untuk menjauhi nini guna menghindari agar nini tidak melihat ekspresi kesedihan yang tergambar di wajah gue ini
" jaga baik baik istri dan anak anak kamu tam...." pesan nini kepada bapak, dan pesan itu jugalah yang menjadi pesan terakhir nini untuk mengantarkan kami meninggalkan rumah
Hampir di sepanjang jalan menuju ke pelabuhan, bapak dan ibu lebih banyak terdiam, hanya sesekali saja, bapak mencoba mengajak bicara pak ujang untuk menghilangkan kebosanannya, sepertinya perjalanan panjang yang akan gue lalui ini akan semakin membosankan tanpa adanya canda tawa dari bapak dan ibu, dan sesampainya kami di pelabuhan yang akan menjadi titik awal dari penyeberangan kami menuju ke lampung, pak ujang akhirnya berpamitan untuk pulang, setelah terlebih dahulu mengantarkan kami untuk menaiki kapal laut. Hampir dua jam lamanya kami terombang ambing dalam gelombang lautan lepas, hingga akhirnya disaat rasa jenuh mulai menghinggapi kami, tanpa kami sadari kapal laut yang kami naiki ini akhirnya tiba di pelabuhan yang berada di wilayah lampung
" dari sini, kita akan naik apa pak....?" tanya gue, sambil memperhatikan kesibukan di pelabuhan, walaupun hari sudah beranjak malam, nampak suasana di pelabuhan masih terlihat ramai
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN
Horror" bang....lu kenapa...?" tanya daru begitu melihat gue yang menghentikan pergerakan tangan ini dari menarik tali timba, mendapati pertanyaan daru tersebut, gue kembali menggerakan tangan ini untuk menarik tali timba " kenapa sih bang..." tanya daru...