Januari 1984
" kang...apa enggak sebaiknya kita mengontrak rumah aja....?"
" kita enggak punya pilihan lain ning...kamu kan tau gaji saya berapa..."
Sepenggal percakapan antara bapak dan ibu tanpa sengaja kini telah tercuri dengar oleh telinga gue dan daru, dan kini diantara suara percakapan yang masih terus terdengar, gue dan daru hanya bisa terdiam dalam berbagai macam dugaan guna memaknai maksud dari perbincangan antara bapak dan ibu tersebut
" kalian lagi ngapain...? " suara teguran yang terdengar secara tiba tiba, kini telah membuat gue dan daru menolehkan pandangan mata ini ke arah sumber suara, nampak terlihat keberadaan kak dira yang tengah berdiri tepat di belakang tubuh kami dengan menunjukan ekspresi wajah yang menggambarkan rasa keingintahuannya
" sssstttt...."
" iya...iya....kalian ini sebenarnya lagi ngapain....?" tanya kak dira kembali seraya memelankan nada suaranya, mendapati hal tersebut, gue segera mengajak kak dira dan daru untuk beranjak pergi menuju ke teras depan
" yang benar lu nang...?" tanya kak dira dalam merespon cerita yang terucap dari mulut gue
" iya kak...lu tanya aja tuh daru kalau enggak percaya...."
Dan kini tanpa menunggu adanya pertanyaan yang terucap dari mulut kak dira, terlihat daru menganggukan kepalanya
" apa mungkin ibu....."
Belum sempat kak dira menyelesaikan perkataannya tersebut, gue memberikan isyarat tangan kepada kak dira untuk menghentikan perkataannya seraya memperhatikan situasi di dalam rumah, karena sejujurnya saat ini gue merasa khawatir akan adanya keberadaan seseorang yang tengah mencuri dengar perbincangan kami ini, dan kini setelah gue merasa yakin, bahwa tidak ada seorangpun yang tengah mencuri dengar perbincangan kami ini, gue kembali meminta kak dira untuk melanjutkan perkataannya yang tadi sempat terputus
" apa mungkin yaa ibu udah enggak kerasan lagi untuk tinggal di sini..."
Baru saja beberapa saat kak dira menyelesaikan perkataannya tersebut, keberadaan dari seorang lelaki tua yang keluar dari dalam rumah, kini telah membuat kami terdiam sejenak, untuk sesaat lamanya nampak lelaki tua tersebut memperhatikan keberadaan kami dengan menunjukan ekspresi dinginnya
" kalian ngapain magrib magrib masih berada diluar...ayo cepat masuk..." tegur lelaki tua tersebut
" iya ki..." dan kini tanpa memberikan sebuah penjelasan, kak dira mengajak gue dan daru untuk memasuki rumah
Aki darwis.....yaa...itulah nama lelaki tua yang telah menegur kami itu, seorang lelaki tua yang merupakan bapak dari bapak kami
" kalian udah pada sholat....?" tanya bapak begitu melihat kehadiran kami di dalam rumah
" belum pak..." jawab kami hampir serempak
" ya udah...sekarang kalian ambil wudhu...kita sholat berjamaah..." perintah bapak dan berbalas dengan pergerakan kami untuk mengambil wudhu, hingga akhirnya setelah kami telah selesai mengambil wudhu dan hendak bersiap siap untuk melaksanakan sholat berjamaah, nampak bapak terlihat ragu untuk memimpin sholat berjamaah, dan sepertinya keraguan bapak ini disebabkan oleh ketidakhadiran aki untuk melaksanakan sholat berjamaah
" aki kamu mana nang....?" tanya bapak dengan pandangan mencari keberadaan aki di dalam rumah
" tadi sih ada di teras depan pak..."
" ohh...kalau begitu coba kamu ajak aki untuk sholat berjamaah..."
" tapi pak...."
" enggak ada salahnya untuk terus mencoba mengajak aki sholat nang...." ujar bapak diantara keengganan gue untuk melangkahkan kaki ini ke teras depan guna memanggil aki, karena sejujurnya gue sangat merasa yakin akan jawaban penolakan yang akan diberikan oleh aki
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN
Horror" bang....lu kenapa...?" tanya daru begitu melihat gue yang menghentikan pergerakan tangan ini dari menarik tali timba, mendapati pertanyaan daru tersebut, gue kembali menggerakan tangan ini untuk menarik tali timba " kenapa sih bang..." tanya daru...