Chapter 14

3.2K 197 9
                                    


" sejak kapan kamu belajar ilmu bela diri nang.....?" jawab ibu dan balik bertanya, mendapati pertanyaan tersebut, gue hanya bisa menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan ibu, karena sejujurnya sampai dengan saat ini, gue memang belum pernah bersentuhan dengan ilmu bela diri

" kok ibu bertanya seperti itu....?" tanya gue diantara kehadiran kak dira yang memasuki kamar, terlihat di tangan kak dira keberadaan sebuah gelas yang berisikan air teh manis hangat

" semalam itu nang, pak sunu menceritakan..disaat kamu berkelahi dengan idang dan asep, kamu layaknya seseorang yang sudah mahir dalam ilmu be....."

" lantas bagaimana kabar idang dan asep saat ini bu....?" tanya gue memotong perkataan ibu, kak dira yang telah sedari tadi mengikuti perbincangan ini, kini memberikan gelas yang di bawanya kepada gue

" menurut cerita pak sunu dan bidin, di saat perkelahian itu, idang dan asep kewalahan mengahadapi kamu, padahal idang dan asep juga mempunyai ilmu bela diri, tapi sepertinya ilmu bela diri mereka itu, belum mampu untuk menandingi ilmu bela diri kamu..."

" jadi bagaimana dengan keadaan idang dan asep saat ini bu....?" tanya gue kembali dengan rasa kesal, karena sampai dengan saat ini ibu sama sekali belum menjawab pertanyaan gue itu

" mereka mengalami luka luka nang, hanya idang yang menurut pak sunu sampai mengalami pingsan karena terkena pukulan kamu...."

" pingsan....?" ujar gue mempertegas lagi perkataan ibu, terlihat ibu menganggukan kepalanya untuk merespon penegasan gue itu, mendapati hal tersebut, kini gue merasa apa yang telah gue lakukan semalam itu, bukanlah seratus persen karena keinginan gue, hal ini di dasari karena pada saat gue memutuskan untuk menerima tantangan berkelahi dari idang dan asep, di saat itu gue merasakan kesadaran gue mulai menurun, hingga akhirnya gue kehilangan kesadaran, jadi bisa di katakan di saat gue kehilangan kesadaran, di saat itu juga ada kekuatan lain yang telah menguasai tubuh gue ini, hingga membuat gue bisa berlaku seperti itu

" itu cincin siapa nang.....?" tanya kak dira begitu melihat keberadaan cincin yang melingar di jari tangan gue

" ini cincin pemberian dari bidin...." jawab gue berbohong seraya memberikan isyarat mata kepada daru, agar daru tidak mencerita perihal cincin yang gue temukan di dalam lemari aki

" gue kirain cincin punya aki...." gumam kak dira yang berbalas tatapan mata ibu

" maksud kamu apa ra....?"

" sepertinya bu, dira pernah beberapa kali melihat aki mengenakan cincin seperti itu...." jawab kak dira kepada ibu, mendengar hal tersebut, ibu kembali mengarahkan pandangannya ke arah wajah gue

" nang....?"

" benar bu...cincin ini pemberian dari bidin, justru danang enggak tau kalau aki juga ternyata mempunyai cincin seperti cincin pemberian bidin ini, yang danang tau, aki hanya mempunyai sebilah golok yang selalu di selipkan di pinggangnya, ohh iya bu...apa kira kira ibu tau keberadaan dari golok milik aki itu sekarang..."

" mana ibu tau nang, ibu enggak memperhatikan hal hal seperti itu....."

Selepas dari perkataannya itu, terlihat ibu beranjak bangun dari duduknya, lalu berjalan pergi meninggalkan kamar

" bu......." mendengar panggilan gue itu, ibu menghentikan langkahnya, lalu mengarahkan pandangannya ke arah gue

" sebenarnya ada yang ingin danang tanyakan sama ibu....."

" ohhh iya nang...ibu juga hampir lupa, sebenarnya ada yang ibu ingin tanyakan juga sama kamu...." ucap ibu seraya berjalan menghampiri gue, lalu kembali duduk di sisi tempat tidur

WARISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang