Chapter 21

3.3K 198 4
                                    


" kecilkan volume televisinya nya ru...."

Suara kumandang azan magrib yang mulai terdengar dari sebuah mushola kini mengantarkan permintaan gue agar daru mengecilkan volume suara televisi yang tengah ditontonnya

" kok bapak belum pulang juga ya bang....?" tanya daru sambil mengecilkan volume televisi, tatapan matanya terlihat memandang ke arah luar rumah melalui jendela rumah yang terbuka

" kan gue udah bilang ru...mungkin bapak akan tiba malam ini..." jawab gue seraya beranjak bangun dari kursi lalu berjalan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudu, mendapati hal tersebut, daru terlihat berjalan mengikuti gue dari arah belakang, andai saja saat ini, gue dan keluarga gue ini belum mengalami kejadian kejadian buruk di rumah ini...tentu saja saat ini gue sudah mentertawakan tingkah laku daru yang terkesan menunjukan rasa takutnya

" bang...." tegur daru begitu mengakhiri sholatnya, gue yang masih terdiam dalam doa, kini menolehkan pandangan ke arah daru

" apa ru...."

" apa lu percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibu tadi....?" tanya daru kembali seraya melepaskan kopiah sholat yang dikenakannya

" perkataannya yang mana...? kalau mengenai ibu melihat sesosok mahluk yang menyerupai aki dan uwa odah dihalaman belakang...gue percaya...."

" bukan itu bang....tapi mengenai efek negatif dari ritual yang telah kita lakukan terhadap aki..." perkataan yang terlontar dari mulut daru kini menempatkan gue dalam posisi sulit untuk menjawabnya, rasanya tidak semudah itu bagi gue untuk mengatakan kalau kejadian menyeramkan yang telah menimpa ibu adalah efek negatif dari prosesi ritual yang telah kami lakukan terhadap aki

" mengenai itu, gue belum terlalu yakin ru...karena apa yang telah ibu alami, sebenarnya telah gue alami juga....dan apa yang telah gue alami itu terjadi sebelum prosesi ritual daun kelor yang telah kita lakukan...." mendengar penjelasan gue itu, terlihat untuk beberapa saat daru hanya bisa terdiam, mencoba mencerna perkataan yang telah gue ucapkan

" lantas...mengenai firasat buruk ibu mengenai efek negatif itu maksudnya apa ya bang.....apakah akan ada tumbal atau sejenisnya...." tanya daru kembali, bagi gue kini apa yang telah ditanyakan oleh daru melebihi kemampuan gue untuk menjawabnya

" gue enggak tau ru....itu hanya firasat ibu aja, lu tau sendiri kan...yang namanya firasat itu...bisa terjadi...bisa juga enggak...jadi lu enggak usah berpikir terlalu jauh, apalagi sampai menghubung hubungkannya dengan tumbal...." seiring dengan perkataan yang telah terucap dari mulut gue ini, entah mengapa gue merasakan ada yang aneh dengan perkataan gue yang mengatakan tumbal...karena kata kata itu seperti terhubung dengan sesosok wanita yang selama ini intensitas penampakannya paling sering gue temui

" uwa odah....." gumam gue pelan dengan tatapan mata kosong menatap daru

" uwa odah...?" tanya daru sambil menggerak gerakan telapak tangannya di depan wajah gue, sepertinya daru merasa risih dengan tatapan kosong gue yang menatap ke wajahnya

" iya uwa odah....bisa jadi uwa odah ini adalah tumbal dari ilmu hitam yang telah aki amalkan selama ini...."

" ahhh...gila lu bang...kok lu bisa bisanya berpikir seperti itu sih..." ujar daru merasa tidak percaya dengan apa yang telah gue katakan

" ini hanya analisa gue aja ru....tapi andai gue menghubungkan sosok uwa odah ini dengan sebuah kisah yang pernah bidin ceritakan, bisa dikatakan..ada hubungannya..., karena pada waktu itu bidin pernah mengatakan bahwa hampir dua tahun lamanya aki dan nini meninggalkan kampung ini...hingga akhirnya setelah dua tahun lamanya menghilang...aki dan nini kembali lagi ke kampung ini dengan membawa serta anaknya yaitu bapak...." kembali gue terdiam beberapa saat mencoba mengingat ingat kembali perkataan yang telah bidin ucapkan malam itu

WARISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang