Begitu kami memasuki kamar aki, aroma wangi dari kemenyan yang terbakar menyambut kedatangan kami ini, terlihat bidin menutupi hidungnya guna mengurangi aroma wangi kemenyan yang terhirup olehnya, memang harus gue akui dengan kondisi kamar aki yang tertutup seperti ini, perputaran udara di dalam kamar ini sangatlah minim, sehingga aroma wangi dari kemenyan yang terbakar terasa begitu menyengat
" nang...tadi lu belum menjawab pertanyaan gue, sebenarnya apa sih tujuan kalian membakar kemenyan seperti ini...?" tanya bidin mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab, tatapan mata bidin kini nampak menatap tubuh aki yang terbaring di lantai dengan beralaskan tikar, kaos oblong putih yang di kenakan aki nampak menutupi tubuh kurusnya, melihat bidin yang masih berdiri mematung di pintu kamar, daru segera mengambil posisi duduk bersila di sisi kaki aki
" sebentar din...." ucap gue seraya berjalan menuju ke jendela kamar lalu membukanya, dan seiring dengan jendela kamar yang telah terbuka, gue bisa meraakan hembusan udara segar yang memasuki kamar, mendapati hal tersebut, terlihat bidin memasuki kamar lalu mengambil posisi duduk di sisi daru
" tutup pintunya ru..." pinta gue kepada daru begitu melihat bidin meninggalkan pintu kamar yang masih dalam keadaan terbuka, mendapati permintaan gue itu, daru segera menutup pintu kamar, lalu kembali lagi ke posisinya semula..yaa sebuah posisi dimana daru dan bidin duduk dengan posisi membelakangi jendela kamar
" mengenai pertanyaan lu itu din, mengapa keluarga gue masih membakar kemenyan ini....semuanya ini sengaja dilakukan untuk menghilangkan bau bangkai yang masih membekas di ruangan ini, hanya itu aja...enggak ada tujuan yang lain..." terang gue seraya mengambil posisi duduk bersebrangan dengan daru dan bidin, kini gue meletakan daun kelor yang akan gue pergunakan dalam ritual ini diatas tikar
" gila nang....kejadian udah selama itu tapi baunya masih membekas....?" ujar bidin dengan rasa tidak percaya
" ohh iya din kalau lu mau merasakan langsung baunya seperti apa....lu bisa merasakannya di kamar gue yang tidak lain adalah kamar bekas uwa odah....kebetulan di kamar gue itu, gue hanya mengandalkan wangi dari hasil pembakaran kemenyan di kamar aki ini...." mendengar tawaran gue tersebut, bidin memberikan isyarat tangan sebagai tanda bahwa bidin menolak tawaran gue itu
" wahhh enggak deh nang....lebih baik gue mabuk wangi kemenyan ini aja deh..." ucap bidin yang berbalas senyuman di wajah gue dan daru
Malam yang beranjak semakin larut kini mengantarkan kami pada pukul sebelas malam, gelapnya langit malam yang sesekali diterangi oleh pijaran cahaya kilat seperti mengantarkan curah air hujan yang turun semakin deras
....brekkk....
Suara dari daun jendela yang menutup karena terhempas oleh hembusan angin, kini menyadarkan lamunan kami, tatapan mata kami yang tengah terfokus pada keberadaan tubuh aki yang terbaring di atas tikar, seperti terhipnotis oleh gerakan halus di dadanya yang menandakan bahwa memang masih ada kehidupan di tubuh kurus yang terbaring tanpa daya ini
" bang....sekarang kita harus bagaimana....?" tanya daru yang merasa bingung dengan ritual yang akan kami lakukan ini
" gue juga enggak mengerti ru.....bagaimana din, lu mengerti apa enggak...?"
Mendengar pertanyaan gue itu, terlihan bidin menggelengkan kepalanya
" ya udahlah.....sesuai dengan petunjuk dari pak itong, daun daun kelor ini akan kita elapkan ke seluruh tubuh aki....dan sekarang sebaiknya kita lepaskan seluruh pakaian aki..." ucap gue yang berbalas dengan ekspresi terkejut dari daru dan bidin
" hahhh lu yakin nih bang..." protes daru atas usul yang gue berikan
" iya nang....waduhh...biarpun aki lu dalam kondisi seperti ini, tetap aja gue takut...." ujar bidin menunjukan rasa takutnya, terlihat tatapan mata bidin menatap ke arah mata aki yang tengah terpejam
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN
Horror" bang....lu kenapa...?" tanya daru begitu melihat gue yang menghentikan pergerakan tangan ini dari menarik tali timba, mendapati pertanyaan daru tersebut, gue kembali menggerakan tangan ini untuk menarik tali timba " kenapa sih bang..." tanya daru...