Langit senja yang berselimutkan awan hitam, mengantarkan hembusan angin yang menerpa dedaunan, sesekali terlihat mulut daru mengikuti irama pengajian yang mulai terdengar dari speaker mushola, dan bersamaan dengan lampu teras depan yang mulai menyala, terlihat ibu keluar dari dalam rumah
" bagaimana keadaan aki...bu..?" tanya gue begitu melihat ibu yang berjalan menghampiri kak dira, yang tengah termenung dalam menatap dedaunan yang bergoyang
" entahlah nang....ibu bingung, sebenarnya aki kalian itu sakit apa ya..." jawab ibu sambil mencoba untuk membuyarkan lamunan kak dira
" famali ra...mau magrib kok melamun, sebaiknya kamu ajak adik adik kamu untuk bersiap sholat magrib..."
" iya bu....sepi juga ya kalau enggak ada bapak..." ujar kak dira sambil beranjak dari duduknya
" sepi apa takut..." sindir gue kepada kak dira, yang berbalas dengan cibiran kak dira, mendapati hal tersebut, ibu hanya tersenyum seraya menggeleng gelengkan kepalanya
Waktu yang terus berjalan kini mengantarkan malam menuju kesempurnaannya, sesekali terlihat tangan daru mencoba untuk mengganti chanel siaran televisi dengan cara memutar tombol pencari siaran televisi, dari ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh daru, sepertinya saat ini daru sudah di dera oleh rasa mengantuknya
" kalau lu udah mengantuk...sebaiknya lu tidur aja ru..." tegur gue begitu melihat daru yang tengah memejamkan matanya diantara siaran televisi yang sedang di tontonnya, mendapati suara teguran gue tersebut, daru kembali membuka pejaman matanya, lalu mengarahkan pandangannya ke arah jam dinding, terlihat waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam
" gue, enggak mau bang....lebih baik gue enggak tidur dah, dari pada gue harus tidur sendirian..."
Selepas dari perkataannya itu, daru beranjak bangun dari tidurnya lalu berjalan menuju ke pintu kamar yang di tempati oleh ibu dan kak dira, dan seiring dengan pintu kamar yang telah dibukanya, untuk sesaat daru terdiam dengan pandangan menatap ke arah dalam kamar, entah apa yang tengah dipandangnya, hingga akhirnya daru terlihat menutup pintu kamar itu kembali
" enak banget ya jadi perempuan....tidurnya nyenyak, sedangkan kita harus terjaga seperti ini...." keluh daru begitu menghampiri gue
" jadi anak lelaki itu enggak boleh rewel ru, kan tadi gue udah bilang...kalau lu mengantuk sebaiknya lu tidur duluan...."
Menyadari mendapati sindiran dari gue, daru mengembangkan senyumnya
" gue mau membuat kopi dulu bang....biar enggak ngantuk, lu mau enggak...?" ucap daru sambil menatap wajah gue
" boleh ru....ehhh tapi jangan deh ru, buatin gue teh manis aja..." selepas dari perkataan gue itu, daru berjalan menuju ke arah dapur, tapi baru saja beberapa langkah daru berjalan, terlihat daru menghentikan langkahnya begitu telah melewati pintu kamar dari kamar yang akan gue dan daru tempati
" kenapa ru...?" tanya gue begitu melihat daru yang tengah berdiri terpaku, dan kini tanpa mengeluarkan jawaban apapun untuk menjawab pertanyaan gue itu, daru memberikan isyarat agar gue menghampirinya
" lu kenapa sih ru...?" tanya gue kembali begitu menghampiri daru yang tengah mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamar, yang memang telah sedari sore tadi gue biarkan dalam keadaan sedikit terbuka
" lu sebenarnya lagi lihat apa sih ru...?"
Untuk pertanyaan yang terucap dari mulut gue kali ini, gue mulai merasa tidak nyaman atas tatapan mata daru yang terlihat tidak berkedip dalam menatap pintu kamar
" tadi....tadi itu...gue seperti melihat ada yang menggerak gerakan pintu itu bang...." jawab daru dengan menyertakan sebuah isyarat mata agar gue memperhatikan pintu kamar, tapi kini setelah beberapa saat gue memperhatikan pintu kamar dan tidak menemukan adanya keanehan pada pintu kamar, gue memutuskan untuk berjalan ke arah pintu kamar guna memeriksa keadaan di dalam kamar
KAMU SEDANG MEMBACA
WARISAN
Horror" bang....lu kenapa...?" tanya daru begitu melihat gue yang menghentikan pergerakan tangan ini dari menarik tali timba, mendapati pertanyaan daru tersebut, gue kembali menggerakan tangan ini untuk menarik tali timba " kenapa sih bang..." tanya daru...