10K 1.4K 216
                                    

"HALO, Rene." Yeri mengangkat sambungan telepon tersebut, seraya terduduk di atas sofa yang menghadap langsung ke arah luar jendela. Kali ini, Irene—salah satu teman semasa SMA-nya—yang menelepon. "Iya nggak apa-apa, kok. Kamu nelfon aja aku udah seneng. Kamu apa kabar?"

"Iya nih, aku tadi habis ngurusin pesanan. Banyak banget. Makanya aku nggak bisa dateng," Irene mengaduh pelan, berbagi sedikit cerita. "Kabarku? Baik, kok! Kamu sendiri gimana? Ah... sebelumnya, aku mau ikut berduka—"

"Iya, Makasih, Rene." Yeri buru-buru memotong pembicaraan. "Kabar aku... baik-baik aja," balasnya, tersenyum tipis.

Walaupun 'baik' nya aku dalam makna konotatif.

"Sebelumnya aku minta maaf terlalu lancang. Tapi... kenapa ujungnya kok kamu bisa sama dia sih, Yer?" Irene bertanya, penasaran. "Sementara kamu kan udah sayang sama almarhum Wonwoo lama banget. Ending nya malah sama Jungkook itu... rasanya aneh banget."

ㅤYeri hanya tertawa getir mendengarnya. "Aku cuman nggak mau Wonwoo kecewa," balasnya, melirih. Perempuan itu menarik napas, menghembuskan pelan. "Kalau Wonwoo udah percaya dia bisa jagain aku, aku bisa apa sekarang?"

ㅤIrene diam. Bingung sekaligus iba mendengar cerita Yeri.

ㅤ"Yang penting sekarang kamu doain aku, ya. Semoga... semoga ke depan semuanya bakal baik-baik aja," ujar Yeri, berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Namun, tetap saja gagal. Lagi-lagi, ia menangis dalam diam.

"Kuat ya, Yer." Irene tidak bisa berbuat banyak juga sekarang. Andai saja ia berada di sisi Yeri saat itu, Irene pasti berusaha untuk membuat Yeri tenang. "Semuanya sayang kamu. Wonwoo juga."

ㅤ"Thanks," balas Yeri, setengah sesenggukan. "Kalau gitu, aku tutup teleponnya, ya. Aku... mau nyiapin teh dulu buat Jungkook. Dia lagi ngerjain tugas kantor. Kayaknya bakal lembur malam ini."

"Oke. Bye, Yer!"

ㅤLalu sambungan telepon terputus begitu saja. Yeri menghela napas pendek, menghapus air matanya perlahan.

ㅤPikirannya kembali lagi mengingat masa indah bersama Wonwoo.

Tunggu. Sekarang... tanggal berapa?

ㅤYeri dengan gesit segera mengecek tanggal di ponsel putihnya. Mendadak ia terdiam, memandang tanggal yang tertera di layar tersebut.

12 Desember.

ㅤTepat lima tahun yang lalu, Yeri mengenal sosok Wonwoo di sebuah taman kecil yang berada di tengah kota, hanya karena sebuah insiden kecil.

Selamat tinggal, 12 Desember.

Selamat tinggal, Jeon Wonwoo.

  
  
❁ ー ❁

   

ㅤMalam itu, Jungkook sibuk berkutat dengan Laptop di hadapannya. Seperti biasa, malam ini Jungkook harus merelakan jam tidurnya untuk mengerjakan pekerjaan kantor yang menumpuk. Cukup melelahkan memang. Tapi, ini memang sudah tugasnya.

ㅤSesekali, pria itu menguap. Entah sudah berapa cangkir kopi yang ia habiskan agar tidak mengantuk. Namun rasa kantuk itu tidak hilang juga. Untuk beberapa saat, Jungkook memejamkan mata, berusaha menjernihkan pikirannya. Yah, siapa tahu saja rasa kantuknya bisa hilang.

ㅤMata Jungkook kembali terbuka tatkala merasakan suara pintu ruangannya terbuka perlahan. Ia mendongak, menatap sosok Yeri—istrinya—sudah di ambang pintu, tampak membawa sesuatu.

Am I Your Wife?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang