ㅤ"SUDAH kurang lebih dua minggu usianya. Sekali lagi selamat ya, Bu." Perempuan dengan seragam khasnya itu berujar, tersenyum simpul begitu menjelaskan hasil pemeriksaan kepada Yeri.
ㅤYeri terdiam, mematung. Matanya terus mengerjap, berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh sang dokter. Ia hamil? Astaga, kejutan apa lagi sekarang? Sungguh, Yeri tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan benar-benar hamil sekarang. Bahkan, meskipun kemarin ia sempat menggunakan alat testpack, ia masih meragukan tentang kehamilannya.
ㅤ
ㅤ"Uwah! Yeri! Sebentar lagi kamu jadi ibu!" Irene memekik, memeluk Yeri erat. Wajahnya girang, tak bisa menahan rasa bahagianya. "Ya ampun, Yer! Aku beneran nggak nyangka! Sekali lagi selamat, ya! Uh... kamu yang hamil kok aku yang bahagia kebangetan, sih."ㅤ"Rene... aku... ha―"
ㅤ"Astaga, kamu ini!" Irene menggeleng, memijat pelipisnya tak habis pikir. "Iya, Yeri. Kamu beneran hamil! Masih nggak percaya juga? Tuh, Dokter Rein yang bilang sendiri. Udah, intinya sekarang tuh kamu harus siap-siap jadi ibu! Iya nggak, Dok?"
ㅤ"Betul itu." Dokter bernama Rein itu mengangguk, membenarkan ucapan Irene. "Mulai sekarang, ibu harus sering-sering atur pola makan yang lebih sehat. Jangan terlalu kecapekan. Juga ibu harus sering-sering konsultasi untuk cek perkembangan. Saya jamin, dengan ibu melakukan pola rutin itu, janin akan tumbuh sehat, sampai lahiran nanti."
ㅤ"Nah." Irene tersenyum tipis, mengusap bahu Yeri pelan. "Pokoknya, nanti kamu sama Jungkook harus rajin-rajin konsultasi ke dokter. Kalaupun suatu saat Jungkook sibuk, aku siap kok antar kamu ke sini. Bisa kan, Dok?"
ㅤDokter Rein mengangguk lagi.
ㅤ"Ah... gitu...." Yeri menundukkan kepalanya perlahan. Sejujurnya, ia tak dapat menahan rasa bahagia sekarang. Rasanya ia ingin cepat-cepaf kembali ke rumah, memberitahu kabar bahagia ini kepada Jungkook. "Iya, Dokter. Nanti... nanti saya usahain untuk cek perkembangan secara rutin. S-sekali lagi... terima kasih, Dok."
ㅤYeri dan Irene segera meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan bahagia yang tak dapat ditutupi. Sama halnya dengan Irene, yang langsung menghampiri Taehyung―tampak antusias untuk menceritakan soal keadaan Yeri.
ㅤ"Kamu serius?" Taehyung membulatkan mata, tak percaya saat mendengar cerita Irene. Manik matanya kini beralih menatap Yeri yang tengah tertunduk, tampak malu-malu. "Yeri? Kamu beneran hamil? What a surprise!"
ㅤYeri mengangguk malu-malu.
ㅤ"Kalau gitu, sekarang mending kamu kita anter pulang ke rumah, ya! Sekalian, kamu kasih tahu soal ini ke Jungkook. Aku yakin deh, pasti dia seneng banget. Gimana? Kamu mau nggak?" tawar Irene. "Sayang, kamu mau kan nganterin Yeri ke rumahnya?" Perempuan berambut panjang itu segera menyikut lengan Taehyung, bertanya.
ㅤTaehyung mengangguk, "Boleh. Tapi Yeri nya sendiri memangnya sudah mau pulang ke rumah?"
ㅤ"A-aku... aku mau pulang ke rumah." Yeri merendahkan suaranya, kembali tertunduk. "T-tapi, aku takut. Aku... aku takut kalau Jungkook marah. Aku bingung, Rene, Mas." Yeri lantas terduduk di salah satu kursi ruang tunggu, menutup wajahnya. "Aku takut Jungkook marah besar ke aku karena aku sudah ngilang beberapa hari. Aku... nggak berani pulang."
ㅤ"Yeri, dengerin omongan saya, ya." Taehyung berdiri di hadapan perempuan itu, menarik napas panjang. "Semarah apapun Jungkook sama kamu karena kamu sudah kabur tanpa izin, kalau kamu pulang dengan bawa berita bahagia, apa dia masih tega untuk marahin kamu juga? Oh, c'mon, Yer. Saya percaya dia juga kangen berat sama kamu di rumah. Memangnya, kamu nggak kangen apa? Dia butuh kamu. Dan saya percaya itu."
ㅤIrene hanya bisa terdiam, seraya memeluk Yeri.
ㅤ"Sekarang saya sama Irene antar kamu pulang. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Your Wife?
FanfictionㅤPernikahan adalah hal yang paling Yeri tunggu-tunggu sejak dulu. Terlebih lagi, seminggu sebelum hari bahagia itu datang, Wonwoo dan Yeri sibuk menyiapkan berbagai macam hal untuk pesta pernikahannya nanti. Sayang, nasib sial menimpa Yeri. Te...