17

6.4K 875 152
                                    

JUNGKOOK mengetukkan jemarinya secara bergantian ke atas meja, tampak bosan. Sesekali, matanya melirik ke arah jam dinding yang menempel. Ini sudah jam 12 siang. Waktunya ia untuk beristirahat. Tentu saja ia sedang menunggu Yeri membawakan makan siang ke kantornya. Namun, kenapa sampai sekarang Yeri tak kunjung memunculkan batang hidungnya?

ㅤMulanya, Jungkook khawatir dengan Yeri. Mengingat semalam istrinya itu benar-benar menangis semalaman, entah ada masalah apa. Yeri tak ingin bercerita sama sekali. Beruntung, ia tetap memakluminya. Karena Jungkook tahu, Yeri sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

ㅤPintu ruangannya tiba-tiba terbuka, menampakkan sosok Yeri yang sudah berdiri di ambang pintu. Perempuan itu diam sejenak, melemparkan senyumannya ke arah Jungkook. Inilah yang ia tunggu-tunggu sejak setengah jam yang lalu. Melangkah mendekat, Yeri kemudian menaruh sebuah rantang kecil di atas meja Jungkook, lantas terduduk di hadapan laki-laki itu.

ㅤSejenak, Jungkook memandang Yeri dengan tatapan menyelidik. Dari ujung atas sampai ujung bawah, tak luput dari pandangannya. Hei, ada yang salah dengan Yeri hari ini, tampaknya.

Matanya sembap banget. Dia nangis lagi?

ㅤ"Mata kamu makin sembap. Kamu habis nangis lagi?" Jungkook bertanya, tak dapat menahan rasa cemasnya.

ㅤYeri menggeleng, tetap tersenyum. "Nggak, kok. Ini masih sembap karena semalam aja. Aku nggak nangis lagi." Perempuan itu berusaha meyakinkan, berharap Jungkook tidak semakin cemas. "Kamu nggak usah khawatir, Jungkook. I'm fine and i'm okay. Nggak ada yang harus kamu khawatirkan selagi aku bisa jaga diri baik-baik."

ㅤMenghembuskan napas panjang, Jungkook bangkit dari kursi, segera melingkarkan kedua lengan di leher Yeri. Menopang dagu di atas kepala sang istri, lantas ia terdiam sejenak. "Kamu kalau ada masalah, kamu boleh cerita. Apapun itu. Kalaupun masalah itu berat, saya berusaha untuk bantu kamu, Yeri."

ㅤYeri membatu, antara gugup sekaligus tidak mampu mengutarakan isi hatinya. Dia ingat betul pesan terakhir dari sang mertua kemarin. Pesan yang benar-benar membuatnya tak tenang, hingga Yeri berpikiran ingin meninggalkan Jungkook sekarang. Sungguh, ia tak bohong.

'Kamu jangan coba-coba adu ke Jungkook ataupun ibumu. Atau saya akan menyakiti keduanya.'

ㅤBagaimana Yeri bisa menceritakannya jika ancaman mertuanya seperti itu?

Sungguh. Lebih baik aku yang pergi daripada dua orang yang kusayangi harus tersakiti.

ㅤ"Yeri, saya nggak mau lihat kamu sedih seperti ini lagi." Laki-laki itu memejamkan matanya sejenak, segera menurunkan dagunya ke atas bahu Yeri. "Sekarang, daripada kamu diam ngelamunin yang nggak jelas, mending kamu kasih tahu kamu bawa makanan apa aja hari ini."

ㅤYeri sampai lupa kalau tujuannya ke sini untuk mengantarkan makan siang Jungkook. Ia tersentak, segera meraih rantang yang ia taruh, membuka beberapa penutup rantang makanan tersebut. "M-maaf. Ini... makan siang kamu. Ada nasi kari ayam, sedikit salad sayuran sama potongan buah semangka. Ngomong-ngomong... maaf aku nggak bisa buat makanan yang enak buat kamu. Kamu tahulah, aku kan nggak jago masak. Makanan buatanku ya selalu begini-begini aja. Mungkin kamu bosen, ya?"

ㅤ"Kata siapa?" Jungkook menarik sudut bibirnya, hingga terbentuk sebuah lengkungan kecil. "Kalau saya bosen, saya nggak mungkin nyuruh kamu capek-capek datang ke sini. Saya beneran kangen masakan kamu."

ㅤ"Mmm...."

ㅤ"Tapi lebih kangen sama yang buat masakannya." Jungkook bergurau, sontak membuat Yeri lantas tertawa kecil mendengarnya. Rasanya sudah terlalu sering mendengar rayuan maut yang keluar dari mulut Jungkook. Bosan? Tidak. Yeri menyukai itu. Meskipun memang kadang kala rayuan Jungkook pun terdengar menyebalkan.

Am I Your Wife?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang