Happy Reading
☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Barbara yang kaget melihat air mata Harry pun seketika khawatir nggak tau harus ngapain. Raut Wajahnya yang panik karena melihat Harry yang tiba-tiba mengeluarkan air mata, tangannya menyentuh pipi Harry dan menghapus air matanya.
Barbara memeluk tubuh Harry, "apapun masalah lo Hazz, gue siap kok dengerin. Kapan aja lo mau cerita sama gue" bisiknya lembut ditelinga Harry.
Saat itulah Harry merasakan gejolak pada dirinya. Bisikan Barbara membuatnya semakin mengeluarkan air matanya. Katakanlah dia pria lemah. Harry tak peduli. Saat ini ia hanya ingin memeluk Barbara, ia hanya ingin bersama Barbara. Harry melepas pelukan Barbara kemudian tersenyum lebar ke arah Barbara "gue mau jujur sama lo Bar" Ucapan Harry membuat jantung Barbara berdetak kencang.
Ia penasaran apa yang ingin Harry katakan padanya. Tubuhnya memanas saat Harry menyentuh pipinya lembut "gue--"
Saat itulah Harry merasakan ponsel disaku celananya bergetar, Harry menjilat bibirnya yang mendadak kering dan melepaskan tangannya dari pipi Barbara. Harry menarik napas kemudian menghembuskannya. "Siapa?" Tanya Barbara.
"Mommy"~
Harry melangkahkan kakinya dengan lebar selebar lebarnya ke halaman rumahnya. Setelah menerima telfon dari mommynya, Harry langsung pamit ke Barbara. Barbara memaklumi, ia masih harus sabar menunggu penjelasan Harry nanti.
"I'm homee" teriak Harry saat dirinya masuk kedalam rumah yang besar itu.
"Kau sudah datang nak?" Ujar ibu Harry tiba-tiba kemudian menghampiri Harry dan mencium kedua pipinya. Harry pun ikut mencium kedua pipi ibunya itu.
"Kenapa mom menyuruh Harry pulang? Apa ada masalah dirumah?"
Ibunya menggeleng dan tersenyum kemudian menarik lengan Harry menuju meja makan. Saat sampai dimeja makan, Harry kaget melihat suasana meja makan sangat ramai. Ada Daddy, Gemma dan Louis (suaminya) juga Keisya dan keyla anak kembar mereka. Harry menyeritkan keningnya saat melihat orang lain yang juga berada dimeja makan.
"Siapa mom?" Bisik Harry ditelinga mommynya.
"Kenalin Harr, ini sahabat mommy dan daddy, tante Melisa dan om Ren. Juga putri mereka Vallerie"
Harry berdehem. Sadar kemana arah maksud mommy nya ini. Harry menarik kursi kemudian ikutan duduk. Harry tersenyum ke arah Melisa, Ren juga Vallerie.
"Ini loh Mel, Harry anak sayang. Yang mau aku jodohin sama Vallerie" kata mommynya.Harry terbatuk dari minumnya. Ucapan mommy nya barusan membuat otaknya menangkap sinyal buruk. Harry menelan ludah "Kok mommy nggak pernah ngasih tau Harry sih?" Katanya dengan nada sedikit meninggi.
"Mommy nggak perlu ngasih tau kamu kok karena mommy yakin kau pasti akan menolak"
"Terserah mommy lah" ujar Harry pasrah.
"Semoga kalian cocok yah sayang"
~~
Keringat bercucuran membasahi seluruh tubuhnya. Napasnya memburu ketika hitungan dalam kepalanya sudah mencapai seratus. Tangannya mulai terasa pegal dan otot-ototnya terutama lengan atas terasa nyeri akibat push up yang dilakukannya.
Harry menghela napas panjang, tiba-tiba saja dia teringat kenapa dia merasa sepi begini. Sambil melipat kaki, Harry sedikit menyesali dirinya yang menerima perjodohan mommynya dengan Vallerie. Yah walaupun Vallerie cewek yang cantik, lumayan seksi juga. Tapi dipikirannya hanya ada Barbara. Dirinya sudah berjanji takkan mencintai wanita lain bahkan menikah sebelum melihat Barbara menikah dengan pria (walau bukan dirinya)
Penampilan Harry bahkan sangat terlihat buruk, rambut berantakan, kucel, keringat yang bercucuran membasahi badannya yang tak memakai baju dan trening abu-abu berlogo Adidas yang dipakainya pun sampai berubah warna saking keringatnya.
Sejam yang lalu, Harry menelfon Theo--sekretarisnya itu untuk mencancel semua jadwal meetingnya hari ini. Ia ingin sendiri. Harry menguap bosan saat merebahkan diri di atas lantai. Dipandangi langit biru yang cerah diatasnya. Refleks tangannya terangkat, ia ingin meraih langit indah diatasnya. Hembusan angin yang menerpa kulitnya membuat perasaannya sedikit tenang.
Suara getaran halus disaku celana trening Harry menandakan ada sms masuk.
#from Barbara cantik : temanin gue nonton yak nanti malem.
Harry menghela napas, dia sengan nggak mood ngapa-ngapain. Jangankan turun dari atap apartemen tempatnya olahraga saat ini, Keluar rumah aja ogah.
Saat ingin mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Barbara, telfonnya berbunyi menandakan panggilan masuk.
"Lama banget sih lo balas Hazz" bentak Barbara dari seberang sana.
"Baru baca gue Barr"
"Lo ngga kerja kan? Gue telfon kekantor lo tadi kata Theo lo nggak masuk" tanyanya dengan nada masih marah-marah.
"Gue lagi push up. Ngurusin diri. Gendut gue kata mommy" kata Harry dengan tawanya yang renyah
"..."
"Beneran Hazz?"
"Humm"
"Lo lagi ada masalah?" Nada suara Barbara kedengaran khawatir
"Maksud lo?"
"Heh, gue kenal lo Hazz. Lo biasanya langsung olahraga gila-gilaan kalau lagi ada masalah. Dan, helloww.. gila kali lo yak. Ngehina gue? Yakali badan lo yang ho-- maksud gue badan lo gendut? Gendut dari mananya sih hah? Lo kira gue bakal percaya sama omongan lo? Pintar nyari alasan dikit lah Hazz"
"Gue pernah bilang nggak, sok tau salah satu sifat nyebelin lo?"
"Yeah. Whatever.. tapi itu juga yang bikin gue selalu tau kalau lo butuh tempat curhat"
"Siapa? Elo?" Harry tertawa mengejek.
"So, gimana? Gue udah nawarin diri lho ini. Gratis tanpa embel-embel."
Harry diam aja. "Kok malah diem sih? Lo baik-baik ajakan?"
"Ng.. i-iya Barr. Tenang aja kok. Gue baik-baik aja. Lo ngga usah khawatir--"
"Masih jual maha aja lo Hazz. Kayak baru kenal gue aja"
"Yaelah Bar. Lo sibukkan, sono urus kerjaan lo. Bye"
"Hazz---" saat itu pula Barbara mendengar sambungan tutt tutt.
Brengsek lo Hazz, matiin telfon gue sepihak. Liat aja lo gue botakin tuh rambut geriting lo.. batin Barbara esmosi.
Barbara mendengus. Sambil mengetuk-ngetukkan telunjuk dipermukaan meja, ia bertanya dalam hati "kenapa sih ini anak"
Pikiran Barbara tidak fokus melihat data-data baju yang akan dibuat website. Pikirannya terus ke Harry. Perasaannya kini di hantui rasa cemas dan khawatir. Tapi hati dan pikirannya tak bisa berpikir. Akhirnya setelah hati dan pikirannya menyatu yang membuatnya akan mengunjungi apartemen Harry, ia segera menyambar tas miliknya kemudian pamit dengan Emma.
Emma yang melihatnya sedang terburu-buru dengan raut wajah yanh cemas hanya kebingungan menatap kepergian Barbara. Baru saja ia hendak bersuara namun Barbara sudah menghilang dari gedungnya itu.
-----------------
Comment and vote..
![](https://img.wattpad.com/cover/131357000-288-k392071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My GIRL.
RomanceKalau ada kata lain yang melampaui kata 'sahabat' yah itulah kami. Berbagi cerita dan berbagi rahasia. Bahkan tanpa disadari, cintapun tumbuh diantara kami. Walaupun kami memilih untuk bertahan tanpa salig memiliki. Tapi sekuat apapun kami menyang...