3

3.1K 97 2
                                    

HAPPY READING

****

Saat ini, Emma sedang cuti keluar negeri dengan sang kekasih. Jadilah Barbara harus kerja super ekstra sendiri sementara menunggu Emma pulang.

Barbara membantu Lisa, salah satu karyawannya yang sedañ memotret baju mereka minggu ini. Barbara masangin atasan modelnya namun tidak lama kemudian salah satu karyawannya ngelapor, katanya ada tamu. "Siapa?" Tanya Barbara tanpa menoleh.

"Hi" Barbara refleks membalikkan badannya mendengar suara rendah dan familiar ditelinganya itu.

"Hi! Kok dateng nggak bilang?" Cewek itu menghampiri Evan kemudian melemparkan senyum kearahnya.

"Aku mau ngajak kamu makan malam. Kamu belum makan kan?

Barbara mengangguk "yaudah ayok. Aku ambil tas dulu yah"

~

Mereka makan nggak jauh. Cuma di cafe dekat apartemen Barbara yang juga kantornya itu. Mereka cukup berbincang banyak hal. Btw apartemen Barbara itu dua lantai. Lantai bawah dijadiin tempat bisnis onlinenya, katanya buat hemat biaya. Lalu lantai atas itu dijadikan ruangan pribadinya sekaligus ruang istirahatnya.

Saat balik lagi, karyawannya pada pulang semua. Barbara menarik Evan naik kelantai dua. Barbara membawa Evan ke sofa lalu duduk disampingnya.

Saat mereka berpandangan, Evan sadar kalau Barbara nggak benar-benar nikmati kebersamaannya itu. "Mikirin apaan Bar?" Tanyanya lembut.

"Tentang hubungan kita.."
Evan manggut-manggut. Dia mengerti masalahnya sekarang.

"Aku nggak ngerti harus ngomong apaan. Intinya aku malah semakin bingung dengan perasaan aku ke kamu gimana---"
Evan meletakkan telunjuknya dibibir Barbara "aku nggak mempermasalahkan kapan kamu mau jawab Bar.. aku akan menunggu jawaban kamu kok. Aku cuman pengen kamu tau, aku sayang sama kamu"

Barbara masih diam. Rasanya bibirnya itu tak sanggup mengeluarkan sepatah kata. Evan mengusap lembut punggung Barbara.. Barbara menahan napasnya. Ia tak bisa menahan panas yang diakibatkan sentuhan Evan. Rasanya seperti terbakar.. dan perasaan itu sedikit membuatnya khawatir..

"I love you Bar.."

Evan mendekatkan diri dan mencium bibir Barbara dalam dan lembut. Barbara tersenggal karena ciuman Evan yang tiba-tiba namun bagi Evan itu adaah isyarat untuknya menyelipkan lidah kedalam mulut Barbara lalu menekan bibirnya lebih dalam.

Evan mengangkat pinggang Barbara agar naik di pangkuannya. Ciumannya tak terburu-buru tapi pelan-pelan semakin panas karena kini Barbara mulai membalas ciuman Evan. Tangan Evan menelusuri punggung Barbara dan Barbara melingkarkan lengannya keleher Evan.

Tangan Evan bergerak turun hingga mencapai pinggul Barbara lalu menyelipkan ke balik kaus putih yang dikenakannya. Ketika terdengar suara ketukan dari luar, keduanya langsung memisahkan diri dengan paniknya.

"Ngg..mmasukk!" Kata Barbara gugup. Napasnya masih tak beraturan akibat ciuman tadi.

"Surpris----WHOOAA!"

~~

Sebenarnya ini bukan kali pertama Harry melihat Barbara makeout dengan pria. Namun dirasakannya ini yang paling menyakitkan untuknya. Melihat Barbara berciuman dengan pria lain membuat darahnya mendidih, namun apalah dayanya.

"Sori ganggu.." Harry membalikkan tubuhnya cepat sebelum ngeliat terlalu banyak. Jantungnya berdegup kencang. Hatinya merasakan sakit seperti ditusuk ratusan ah ribuan jarum. Harry tak bisa menganggap ini biasa saja. Ini bahkan terlalu menyakitkan untuknya dilihat. Padahal Harry selalu melihat adegan seperti itu saat nonton film bokep. Tapi kali ini situasinya sangat berbeda.

"Nggapapa kok Harry. Sante aja" didengarnya Evan berkata dengan nada suara yang nggak enak hati.

Evan berdiri menghampiri Harry kemudian merangkul bahunya "udah lama gue nggak liat lo Harr"

"Mau aku bikinin kopi nggak?" Tawar Barbara kepada Harry dan juga Evan.

"Boleh Bar" ujar Evan. Harry melirik ke arah Barbara yang berjalan menuju dapur. Kemudian kembali melirik ke arah Evan.

"Sori Van, gue ganggu acara lo sama Barbara."

"Ah santai kali Harr. Gimana kabar lo?"

Harry tersenyum paksa ke arah Evan. Ingin rasanya ia menonjok wajahnya itu "seperti yang lo lihat. Gue masih hidup" ujar Harry datar.

Kemudian Barbara datang membawa mampan yang diatasnya terdapat tiga gelas mug berisi kopi dan meletakkannya di atas meja. Harry langsung mengambil mug untuk dirinya lalu menghirup aromanya. Ahh menenangkan. Dan menyeruput kopinya itu. Barbara duduk disisi kursi lain yang berada disamping Harry dan juga meminum kopinya.

"Lo bawa apaan Hazz?" Kata Barbara melirik kearah paper bag yang dibawa Harry tadi yang diletakkannya dibawa meja.

"Ahh oleh-oleh dari mommy" Ujar Harry santai dan masih meminum kopinya.

Barbara meletakkan kembali kopinya itu diatas meja kemudian berdiri menuju paperbag yang dibawa Harry. "WHOOOAAAA" Barbara teriak saking kagetnya. Dia diberi tas merek gucci produk terbaru mereka. Barbara loncat kemudian memeluk Harry. "Makaaasih Hazz" sambil mencium pipi Harry.

Evan yang melihat adegan itupun berdehem. Barbara tersadar jika ada Evan disini. Ia turun dari pangkuan Harry kemudian duduk kembali disofa. "Eh maaf Van." Ucapnya terkekeh.

"Kayaknya gue harus balik deh Bar, masih ada urusan"

"Eh lo serius? Tinggal dulu aja Van lebih lama" kata Barbara.

"Thats okay. See you tomorrow. Kay? Love you" kata Evan mencium sekilas bibir Barbara.

Barbara hanya mengangguk kemudian mengantar Evan hingga kebawah. Harry menghembuskan nafasnya kasar, 'tadi kek lo pulang' batinnya emosi.

Setelah mastiin Evan pulang. Harry kembali meminum kopinya. Saat melihat Barbara muncul dari pintu, ia tersenyum lebar kearah cewek itu. "Duduk sini" Harry menepuk-nepuk tempat kosong disebelahnya.

Barbara berjalan kemudian mendaratkan pantatnya disofa samping Harry. "Lo udah jadian sama Evan?"

"Ng.. gue belum ngasih jawaban ke Evan Hazz"

Harry menatapnya lama sebelum bertanya pelan "Terus, tadi itu---"
"Ahh itu refleks Hazz. Terbawa suasana gue. Tapi kayaknya gue udah yakin deh sama Evan"

Harry manggut-manggut. Harry menelan ludah. Sambil memejamkan matanya berjuang memikirkan hal selain fakta Barbara akan segera menjadi milik Evan.

"Kok diem?" Barbara menyenggol lengan Harry dengan sikutnya.

"Ah ngga kok. Lagi mikir gue"

"Emang lo ngga setuju Hazz gue sama Evan? Kalau lo ngga setuju gue ngga terima Evan kok."

"Ngg.. ngga kok Bar. Gue setuju, lo yakin sama diri lo aja Barr. Lo kan udah tau mana baik dan buruk buat diri lo. Gue dukung lo kok. Asal lo bahagia" kata Harry terlihat meyakinkan. Hatinya merasakan sakit yang teramat dalam mengatakan kebohongannya.

'Maafin gue Barr. Maafin kebohongan gue. Gue cuman berharap semoga Evan sudah berubah' batin Harry.

Harry membuka lebar tangannya, siap memberi pelukan kepada Barbara. Barbara menyambut dan segera memeluk Harry.

Selama Barbara belum sampai ke jenjang pernikahan lo masih punya harapan Harr. Kata hatinya berteriak.

Barbara melepas pelukannya dan memandang Harry dengan tatapan aneh "lo kenapa Hazz? Lo ada masalah? Cerita sama gue"

Harry memandang lurus ke mata Barbara. Mata biru yang mampu memberikan ketenangan bagi Harry, Mata biru yang mampu menundukkannya dan membuatnya luluh. Mata biru yang selama 27 tahun sudah dikaguminya. Yah.. Kini perasaannya seakan ini berteriak, berteriak ke arah Barbara 'gue cinta sama lo Bar. Sangat sangat mencintai lo.' Tanpa sadar, air mata Harry menetes membasahi pipinya.

--------------

Vote and comment guys..

Xoxo...

My GIRL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang