Happy reading♡♡
*******
Author
"HEH TEMEN ?!"
"Aku bisa jelasin, Barb--" Barbara menarik Evan menuju tempat yang sedikit sepi.
"Semuanya udah jelas kok" kata Barbara dengan suara desis.
"Semuanya jelas VAN. LO bahkan nggak anggap gue didepan mama lo"
Evan diam saja. Cewek itu makin marah. "LO DIEM? BERARTI UDAH JELAS DONG" katanya dengan sedikit nada emosi.
"Barb.. it's complicated--" katanya dengan raut wajah melas kasihan.. cih.
Barbara memberi tatapan tajam ke arah Evan. Kini ia sudah muak dengan semuanya. Ia menyesal telah terbuai dengan sikap manis dan romantis Evan. Ternyata semua cowok itu sama saja. Brengsek. Batinnya
"Sebenarnya beberapa hari yang lalu, aku---"
"Hei! Kamu disini sayang? Aku tadi nyariin kamu" Keduanya sama-sama menoleh ke pemilik suara itu.
Angel Winata. Nama lengkapnya. Putri tunggal Nata Group-- perusahaan sejenis Makanan. Namanya aja Angel, orangnya mah eugh.. Angel dan Evan gede bersama. Orang tua mereka udah temanan bisnis sejak dulu. Angel melanjutkan pendidikannya di Japan dan baru seminggu ini Angel datang DAN Evan sebenarnya udah tau semua ini.
"Halo" Angel tersenyum menyapa Barbara.
"Ahh.. Halo" Balas Barbara dengan senyum setulus mungkin.
Evan melonggarkan dasinya--tiba-tiba aja merasa sempit atau takut? Entahlah.
"Euh, Angel.. kenalkan ini-----"
"Oalah, disini toh kalian"
"Iya Ma" kata Angel.
"Sudah kenalan?"
"Ini baru aja mau, Ma. Kenalin aku Angel" cewek itu mengulurkan tangannya ke arah Barbara. Dia benar-benar polos, nggak tau apa orang yang diajak kenalan ingin ngamuk sekarang.
"Barbara" katanya dengar suara manis--- rasanya ia ingin membunuh cowok brengsek disebelahnya ini.
"Angel ini tunangannya Evan lho. Dan calon mantunya Mama." Kata Mama Evan. Barbara hanya ber-ohh ria.. dirinya sudah menduga ini bakal terjadi.
"Ah, Mama bisa aja.." cewek itu tersipu-sipu lalu memeluk Mama Evan dengan mesra. Cih sok imut. Jiji!
Ah, rasanya emosi Barbara sudah naik. Tapi sekuat mungkin ia berusaha menahannya dan tersenyum. Dan, Evan.. ugh, cowok itu hanya bungkam. Nggak ngomong sepatah kata pun.
"Evan kok nggak pernah cerita dia sudah tunangan?" Kata Barbara dengan suara sedatarr mungkin.
"Barbara apanya Evan sih?" Tanya Mama Evan.
"Aku apanya kamu yah?" Kata Barbara ke Evan dengan tatapan tajamnya. Barbara sadar, berlama-lama disini hanya akan membuatnya sakit hati, apalagi cowok brengsek yang ada disampingnya ini tetap bungkam. Perlahan Barbara membuka cincin yang melingkari jari manisnya itu. Lalu melemparnya kesembarang arah.
Mama Evan, Angel dan Evan yang melihat aksi Barbara melotot kearahnya. Evan kini menggenggam tangan Barbara.
Persetan, Barbara nggak peduli lagi. Barbara menarik napas dalam-dalam. Berusaha keras nggak nagis didepan mereka."Kayaknya aku pulang aja deh. Udah malem-- besok kan harus ngantor"
"Kamu kerja dimana?" Mama Evan kayak nanya sesuatu, tapi saat ini semua suara yang masuk ketelinganya hanya kedengaran kayak angin berlalu.
"Bye Van.. Angel juga.. nanti kalau ketemu lagi kita ngobrol banyak ya?" Angel hanya mengangguk dengan lugunya. Dirinya seakan ingin muntah dengan situasi ini.
Sebelum pergi. Barbara memberi tatapan tajam kearah Evan lalu menginjak kaki Evan keras sehingga membuatnya meringis kesakita. "Ups.. aku nggak lihat Van. BYE" Katanya sambil melambaikan tangan. Oke kini selesai. Batin Barbara.
***
Harry merasakan ponselnya bergetar. Ia merogoh ponselnya yang berada di saku celananya. Sesaat keningnya mengkerut melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Barbara cantik. : I need u now :')
Harry : Lo dimana sekarang?
Barbara cantik : gue perjalanan ke rumah.
"Ada apa Harr?" Tanya Vallerie.
"Ngg.. kayanya aku harus pergi deh Vall" Harry mengelus tangan Vallerie lembut. "Aku minta maaf nggak bisa nganter kamu pulang" ucapnya merasa bersalah.
"Ada masalah?"
"Hmm. Barbara, dia lagi butuhin Aku. Kayaknya dia lagi ada masalah"
"Is it bad?" Harry mengangguk tanpa suara.
"Hm it's okay. Aku nggapapa kok"
"Ng. Bye. Nanti aku telfon kamu Vall"
"Bye" Vallerie menatap punggung Harry yang menghilang dari pintu restoran.
Vallerie teringat kata Mommy Harry "sejak dulu, selalu Harry sama Barbara. Kamu nggak boleh protes, apalagi cemburu. Kalau kamu berusaha misahin mereka. Mommy yakin hubungan kalian bakal berakhir.. dan Mommy nggak bisa bantuin kalian. Kalau menyangkut Barbara, Harry bisa jadi sangat keras kepala."
Vallerie menghembuskan nafasnya. Ia berusaha nggak cemburu. Vallerie berfikir.. kalau untuk mendapatkan cinta Harry harus berkorban perasaan sedikit.. Vallerie rela kok.
~~
Harry melajukan mobilnya menuju apartemen Barbara. Dipikirannya saat ini hanyalah Barbara. Setibanya didepan apartemen Barbara, Harry bergegas masuk kedalam mencari sosok Barbara.
Hati Harry sakit melihat Barbara yang kini duduk disofa dengan terisak yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan malam ini. Harry mendekati Barbara, membawanya kedalam pelukannya. Barbara menenggelamkan wajahnya didada Harry. Air matanya terus saja mengalir dipipinya.
"sshhhh.. gue disini Barr. Lo tenang yah" katanya pelan.
Harry mengecup kening Barbara. Lalu melepas pelukannya. Tangannya menangkup wajah Barbara. Mengangkatnya agar pandangan mereka bertemu. Harry mengusap air mata dipipi cewek itu. Lalu memeluk kembali tubuhnya. Setengah jam berlalu, Barbara enggan melepaskan pelukan Harry. Kepalanya terus bersembunyi didada pria itu. Harry merasakan nafas Barbara mulai teratur. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Barbara yang kini terlelap.
Pria itu mencium lembut mata Barbara kemudian kembali memeluknya dan mencium keningnya. Harry mengangkat Barbara menuju kamarnya dan membaringkan Barbara diatas ranjang menarik selimut untuk menutupi tubuh cewek itu.
Lo jangan gini Bar.. gue sakit liat lo kayak gini. Lo kenapa? Siapa yang buat lo kayak gini?" Katanya pelan. Lalu mengecup keningnya lembut.
Tanpa sadar, air mata Harry turun membasahi pipinya melihat sosok rapuh Barbara. Harry merasa benci pada dirinya setiap kali melihat orang yang paling dicintainya menangis. Bahkan dia rela jika harus membunuh setiap orang yang berani membuat Barbaranya sedih.
Aku mencintaimu Barb. Hatiku sakit melihatmu begini.. Ucapnya lirih. Harry meraih selimut dan menutupi tubuh Barbara hingga lehernya dan mencium sekali lagi keningnya lalu beranjak.
----------------------
Bersambung..
Jangan lupa vomment..
Xxo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My GIRL.
RomanceKalau ada kata lain yang melampaui kata 'sahabat' yah itulah kami. Berbagi cerita dan berbagi rahasia. Bahkan tanpa disadari, cintapun tumbuh diantara kami. Walaupun kami memilih untuk bertahan tanpa salig memiliki. Tapi sekuat apapun kami menyang...