Barbara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia ingin ngebut tapi nyalinya ciut seketika mengingat tragedi memalukannya dulu.
Flashback on..
Barbara dan Emma baru keluar dari club. Mereka berdua terlihat cukup mabuk. Emma sudah tak sadarkan diri, dengan sisa tenaga dan kesadaran yang Barbara miliki, ia merangkul Emma untuk berjalan menuju mobilnya.
"Lo nyusahin banget sih Ems" Batin Barbara. Dengan langkah yang terpongah-pongah, akhirnya cewek itu berhasil menuju letak parkir mobilnya. Segera ia membuka pintu belakang kemudian mendorong Emma masuk. "Nggghh" rintih Emma tak jelas.
Barbara segera membuka pintu kemudi dan mendaratkan bokongnya ke tempat duduk. Dia menyalakan mesin mobil kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat menyadari jalanan yang sepi dan dengan sisa kesadarannya Barbara menginjak pedal gass sehingga membuat laju mobil semakin cepat. Ingin rasanya ia segera sampai ke apartemennya.
Kepala Barbara sedikit pusing, Emma terus saja meracau tak jelas membuar kepalanya semakin sakit. Pandangannya mulai kabur, nyeri dikepalanya tak dapat ditahan lagi.
BRUKK
Saking kagetnya, Barbara membolalakkan matanya. Kesadarannya seketika kembali. Ia berjalan turun dari mobil melihat apa yang ia tabrak dan ternyata hanya kumpulan kardus-kardus bekas.
Cewek itu memegang kepalanya yang teramat sakit, ia merasakan ponselnya bergetar dan segera menjawab panggilan masuknya itu.
Setelah Harry datang menjemputnya dan membawanya kembali ke apartemen dengan selamat. Cewek itu bersyukur walaupun mendapatkan omelan dan ceramah rohani dari Harry.
Flashback off..
Barbara membuka pintu apartemen Harry yang tak terkunci. Dia masuk dan melihat sekitar, mencari sosok Harry namun ia tak menemukannya.
Rasa panik dan khawatir seketika menghantuinya. Barbara mencari ponselnya didalam tas miliknya kemudian menghubungi Harry namun lagi-lagi ia tak mendapatkan jawaban.
Barbara mencari keseluruh penjuru rumah Harry, kamar mandi, kamar, dapur namun ia tak menemukan Harry. Sejenak ia berfikir kemudian melangkahkan kakinya menuju atap. Ia teringat, biasanya Harry selalu berolahraga diatap.
Barbara berlari menghampiri Harry saat menemukannya yang sedang memeluk lututnya dan menangis. Penampilan Harry sangat berantakan, Barbara merasakan hatinya memanas melihat Harry begitu kacaunya.
Barbara memeluk tubuh rapuh Harry. Membelai rambutnya "Hazz gue disini. Lo tenang yah.." bisiknya lembut ditelinga Harry.
Barbara merasakan bahunya basah akibat tangisan Harry, namun ia tak peduli. Saat ini, ia hanya ingin menenangkan Harry.
Barbara menarik kepala Harry untuk menatapnya. Wajahnya yang berantakan, matanya yang sembab karena menangis "Hazz.." panggilnya lembut. Tangannya membelai rahang kokoh Harry dan menghapus air matanya.
"Gu..gue nggak tau Barr... gue bingung sama perasaan gue sendiri.. gu..gue ngga pernah merasakan serapuh ini.. gu..gue mencin--" ucapan Harry terputus saat ia merasakan bibirnya dan bibir Barbara menyatu. Barbara mengecup lembut bibir Harry kemudian melepasnya. Harry melihat pipi Barbara merona.
Harry mendekatkan wajahnya kearah Barbara, kemudian mencium bibir Barbara lembut. Menghisap dan mengulumnya. Harry mengangkat pinggul Barbara agar duduk dipangkuannya kemudian mengalungkan lengan Barbara dilehernya. Barbara membalas ciuman Harry, ia memainkan rambut curly milik Harry.
Tangan kiri Harry menyentuh lembut tengkuk kepala Barbara membuat ciuman mereka semakin dalam. Harry memainkan lidahnya didalam mulut Barbara, mengecap setiap inchi mulut Barbara. Ciuman mereka yang lembut semakin lama semakin panas dan bergairah.
Harry mengusap lembut punggung Barbara kemudian melepaskan ciumannya dan meletakkan keningnya di kening Barbara sambil menormalkan kembali deru nafasnya. Jantung keduanya pun semakin berdetak kencang. Barbara merasakan tubuhnya semakin panas dan berharap meminta lebih saat menatap mata indah milik Harry.
Harry tersenyum kemudian memeluk Barbara, mengecup keningnya. "Udah merasa baikan?" Bisik Barbara lembut.
Harry melepas pelukannya lalu menatap Barbara dan mengangguk, kemudian berdiri sambil menggendong Barbara. Cewek itu menanamkan wajahnya didada bidang Harry. Walaupun sedikit berkeringat namun Barbara tidak merasa jijik, tubuhnya bahkan semakin panas dan bergairah saat mencium bau wangi dari tubuh Harry.
Harry merebahkan tubuh Barbara di sofa. "Gue mau mandi dulu"
Barbara hanya mengangguk, pipinya kembali merona saat mengingat ciuman panasnya bersama Harry di atap.
~
"Hazz, mending lo cerita deh kenapa lo kayak gini" Barbara meraih remote TV yang berada diatas meja kemudian menyalakan TV tanpa melihat kearah Harry yang sudah duduk disampingnya.
"Ada masalah apa sih? Kantor? Atau---"
"Mommy...." Harry menarik napas panjang "ngejodohin gue"
Barbara mengalihkan perhatiannya ke arah Harry. WHAAT?! "gimana ceritanya? Kelamaan jomblo sih lo Hazz"
"Yah gue juga ngga tau Barr. Gue ngga bisa" kata Harry datar.
"Kenapa ngga bisa Hazz? Kan bagus tuh mommy jodohin lo biar lo ga jomblo terus.." Barbara melanjutkan omongannya "atau lo punya alasan lain Hazz yang masuk akal gitu?"
"Kalaupun gue punya, gue ngga mau ngasih tau lo"
Barbara diam sejenak "ceritalah Hazz."
Cowok itu tetap bungkam.
"Hazz gue balik nih kalau lo diem-dieman kayak gitu!"
Masih diam.
"FINE. GUE PULANG" Bentar Barbara marah. Cewek itu segera berdiri dari duduknya namun tangannya segera ditahan Harry.
"Iya.. iya!" Harry menarik tubuh Barbara agar kembali duduk kemudian pandangannya lurus kedepan, kearah layar TV.
"G..gue cinta sama orang lain Bar" oke ini bukanlah masalah besar, ngga ada lagi yang dirahasiakannya. Barbara bahkan baru tau ternyata selama ini Harry yang dikenalnya yang notabennya cuek sama para gadis yang mendekatinya kecuali Barbara ternyata mencintai orang lain? Tiba-tiba Barbara merasakan hatinya sesak mendengar bahwa selama ini Harry mencintai wanita lain. Berarti selama ini Harry menyembunyikan kedekatannya dengan wanita itu dong dari gue? Batin Barbara
"Siapa Hazz? Kok lo nggak pernah cerita sama gue kalau lo dekat sama cewek?" Kata Barbara berusaha senormal mungkin. Ia tak ingin menunjukkan bahwa dirinya cemburu..
Yeah. Persetan dengan semuanya. Saat ini memang cewek itu merasakan sakit di hatinya. Ia pun bingung kenapa reaksi hatinya begitu sakit mendengar ucapan Harry.
Barbara berusaha tersenyum menatap Harry yang masih diam. Melihat Harry yang enggan menjawab pertanyaannya, ia menghembuskan nafasnya panjang.
"Lo ngomong gih sama mommy lo cinta sama orang lain. Jangan kayak orang frustasi gini dong Hazz" kata Barbara.
"Nah itu Barr.. gue udah ngomong ke mommy gitu. Tapi lo tau sendirikan gimana keras kepalanya mommy ngga mau nerima penolakan apapun" Ironis banget.
Harry tersenyum sinis mengingat betapa bersikerasnya mommy memaksa Harry menerima perjodohan sialan itu.
Harry ingin memperjuangkan cintanya. Namun diperjuangkan juga nggak ada gunanya. Toh, Barbara dah fix banget bilang : NGAK AKAN PERNAH pacaran sama sahabatnya sendiri. Kayaknya itu aja dah cukup buat nutup semua kesempatan Harry.
Harry pun mendengus bete. Kalau aja Barbara nggak buat kalimat terlarang dan sialan itu mungkin... Arrggghh pengecut lo Hazz.. batinnya tertawa sinis.
-------------------
HAPPY READING..
KAMU SEDANG MEMBACA
My GIRL.
RomanceKalau ada kata lain yang melampaui kata 'sahabat' yah itulah kami. Berbagi cerita dan berbagi rahasia. Bahkan tanpa disadari, cintapun tumbuh diantara kami. Walaupun kami memilih untuk bertahan tanpa salig memiliki. Tapi sekuat apapun kami menyang...