1

4.7K 147 5
                                    

HAPPY READING♡

****

Barbara Palvin

Aku menghempakan pantatku di pinggir ranjang Harry. Kamar Harry tak banyak berubah, bercat putih hitam dan beberapa bingkai foto yang tertempel didindingnya. Meja komputer yang berada dipojok dekat kamar mandi dan lemari kayu serta rak buku. Kamar Harry sangat-sangatlah sederhana, padahal Harry termasuk orang yang kaya. Entahlah kenapa dia lebih suka tinggal sendirian di rumah sederhana ini.

Mataku mengikuti setiap gerakan Harry ke sana kemari, mengambil ini itu untuk dipakainya hari ini. Pria itu memilih kemeja putih dari lemari dan udah dipakai juga cuman belum dikancing. Jantung gue seperti berhenti berdetak.

Aku meremas bedcover yang sedang kududuki. Sekujur tubuhku masih saja bereaksi karena Harry. Seandainya saja Harry ngga terlarang untuk gue, mungkin sekarang gue akan---ahh nggak! Gue menggeleng kepala karena membayangkan sesuatu yang kotor dengan Harry. Gue tak ingin mengorbankan persahabatan gue hanya karena nafsu.

Barbara berdehem, menenangkan diri. Membayangkan hal yang lain yang indah tapi bukan Harry. How about..... flat shoes Charles and Keith? Ahhh.. perasaannya sedikit tenang. Tapi, yaampun masih saja mikir yang jorok-jorok tentang Harry. Sabar Bar, kuatkan imann!!

"Daripada lo ngelamun yang jorok-jorok, mending lo buatin gue kopi deh!" Kata Harry tiba-tiba membuat gue jadi salah tingkah.

Barbara ngga menyangkal ucapan Harry barusan, dia sadar kalau Harry bercanda. But, kok kata-katanya bisa benar gitu. Harry tau aja kalau gue memang lagi ngelamun jorok, hehe.

"Woy. Bengong lagi?" Ucapnya ngejitak jidat gue.

"Huh apaan sih lo Hazz" gue berdiri dari duduk. Tapi wajahku merona saat pandanganku tak sengaja tertumbuk ke dada bidang Harry. Yaampun cobaan apa lagi ini. Sabar Bar.. Sabarr..., batinnya emosi.

Gue kembali dengan mug berisi kopi Latte panas pesanan Harry. Harry duduk diatas sofa dan memencet remote TV mencari siaran bagus.

Gue memandang mata Harry dari samping. Ugh bener-bener indah? Seksi? Yazh.. Bulu mata Harry yang panjang--- Argghh jantung gue tiba-tiba berdegup kencang. Kayaknya gue harus periksa deh nih jantung gue,, batinnyaa.

"Ngapain lo disitu Bar. Buruan sini" gue tersentak kaget dan salah tingkah. Akhirnya gue mendekat kearah Harry kemudian ikutan duduk disofa disamping Harry.

"Ng.. Hazz?"

"Hmm?"

"Evan ngajak gue kencan tadi malem Hazz. Dia nembak gue jadi kekasihnya. Katanya dia udah suka sama gue sejak kuliah--"

Evan adalah teman kuliah Barbara dan Harry. Mereka bertiga sering sama walaupun tidak sering banget sih. Namun yah siapa sangka, Evan ternyata menaruh perasaan buat Barbara. Barbara pernah menyukai Evan untuk mengalihkan perasaannya buat Harry dan itu sudah lamaaa sewkaliii...

Tapi sekarang? Entahlah. Barbara juga bingung dengan perasaannya ke Evan gimana.

"Ngg.. menurutmu gimana Hazz? Gue terima aja?" Barbara sangat gugup. Ia bahkan mengigit bibir bawahnya saking gugupnya. Anehnya, dia sendiri tidak tau apa yang membuatnya gugup begini dihadapan Harry.

"Ah, serius LO?!" Barbara mengangguk. Dia menceritakan kedekatannya dengan Evan seminggu ini yang tak sengaja bertemu kembali disebuah cafe dekat apartemennya setelah sekian lama tak bertemu. Terakhir, Barbara bertemu Evan saat acara wisuda kampusnya. setelah itu ia dan Harry tak pernah bertemu Evan lagi.

"Serah lo Bar" cuma itu yang bisa Harry katakan. Isi kepalanya mendadak kosong dan jantungnya seakan diremas-remas gemas. Bayangannya buram. Otaknya ngga bisa mencerna apapun saat ini.

Harry tak habis pikir, Bagaimana kalau Barbara menerima Evan? Lalu dia? Perasaannya? Lagi dan lagi harus merelakan Barbara bersama orang lain? Gimanapun juga, sahabatnya itu adalah cinta pertamanya. Rasanya Harry ingin memperjuangkan cintanya... seandainya saja Barbara ngga buat motto bodoh nan sialan itu yang ngga mau pacaran sama sahabat sendiri.

"Jadi gimana Hazz? Gue udah capek nih. Yakali aja Evan mau seriusin gue" kata Barbara yang masih menatap wajah Harry.

"Lo nggak tau aja Bar. Dari dulu gue siap kok serius sama lo. Lo nya aja yang kurang sadar" batin Harry berteriak saking sakit perasaannya. Harry menghembuskan nafasnya, kemungkinan Harry akan kehilangan Barbara selamanya. Yah, selamanya.

He will be always a BOY FRIEND--FRIENDZONE----- never a BOYFRIEND.

Harry menatap Barbara yang bersandar disofa. Ketika Barbara menatapnya tersenyum, Harry refleks membalasnya kemudian hatinya nyeri setelah itu. Teramat nyeri. Semoga aja Evan takkan menyakiti Barbara. Harry tau betul tipikal cowok itu seperti apa. Makanya Harry sedikit meragukan Evan mampu membuat Barbara bahagia bahkan mungkin sampai ke jenjang yang lebih serius. Kalau sampai Evan berani nyakitin Barbara, liat aja apa yang akan gue lakuin buat lo Van.

Mau nggak mau Harry harus membuang jauh-jauh perasaan spesialnya itu. Berusaha melupakan cinta pertamanya.

Harry merebahkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya sejenak untuk berfikir. "Kalau lo yakin sama Evan, coba aja dulu Barr." Kataku berusaha setenang mungkin. Dengan jantung yang berdebar-debar Harry menatap wajah Barbara yang tersenyum bahagia. Harrypun ikutan tersenyum melihat Barbara tersenyum.

"Lo kira nyoba baju Hazz. Coba aja dulu. Kalau ngga cocok ganti" kata Barbara terkekeh.

Harry hanya membalas ucapan Barbara dengan tertawa renyah..

Melihatmu senyum aja Bar udah buat hati gue nyaman dan tentram. Batin Harry.

---------------

Haluuu guys..

Vote and comment yak.

Xoxoo....

My GIRL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang