22

1.6K 66 7
                                    

Dan disinilah Harry. Menunggu sang pujaan hati yang mengajaknya janjian di tempat nongkrong favorit mereka. Kalaupun Barbara ngga ngajak mereka ketemuan, Harry yang bakal tetap pengen ketemuan. Tentunya ada hal yang harus dibahasnya.

Siang tadi, Theo melaporkan kondisi penurunan omzet dicabang baru perusahaannya. Harry sempat lemas dikursinya. Baru aja dia ingin melebarkan sayap perusahaannya di berbagai wilayah Indonesia namun hasilnya masih kurang memuaskan.

Dia harus turun tangan disana, melihat langsung kinerja para pegawainya dan mencari penyebab masalah kenapa omzet mereka bisa menurun karena setaunya tidak ada yang salah apapun. Peminatnya pun masih banyak sampai sekarang. Jadi kemungkinan dia bakal ngecek langsung kesana. Bisa jadi para kerja pegawainya yang ceroboh atau gimana. Dia ngga tau. Makanya harus dipastikannya sendiri.

Dan mungkin dengan waktu yang lama, sekalian ngecek perusahaannya dibeberapa wilayah lainnya kata Theo-- (semacam kunjungan lapangan gitu mungkin)

"Sorry telat" kata Barbara tiba-tiba, membuyarkan lamunan Harry tentang masalah perusahaannya. "Didepan macet gila--jakarta makin lama makin parahh deh!" Gerutunya.

Harry tersenyum menanggapi. "Mo pesan apa?"

"Samaan aja deh" lantas cowok itu mengangguk, lalu memberi isyarat ke pelayan.

"Kamu pengen ngomongin apa?" Tanya cowok itu setelah pelayan pergi.

Wajah Barbara spontan berubah. Membuat Harry ikut menegang mengikuti ekspresi orang dihadapannya.

"Ada apa, Barb?" Tanyanya lagi, tapi kali ini tanpa senyum.

"Kok putus sama Vallerie ngga bilang aku sih?"

"Tau dari mana?" Tanya Harry tiba-tiba datar.

"Nggh.. mama kamu. Aku ngga sengaja ketemu tadi pagi dicafe dekat rumah. Terus beliau bilang kamu udah putus sama Vallerie. Dan beliau ngga mau maksain kamu juga katanya."

"Oh." Harry menarik napas panjang.

Keduanya tak saling bicara selama beberapa menit. Ada kerjap sesuatu di mata Barbara yang membuatnya waspada. Cowok itu khawatir, sekali saja dia salah milih kata, bisa-bisa bakal berubah jadi amarah.

Cowok itu berdehem lalu berkata "mutusin Vallerie itu murni keputusan aku" cowok itu memberi jeda sambil menyeruput air dihadapannya.

"Aku cuman ngga pengen aja berlama-lama ngebohongi dia yang udah tulus sayang aku apa adanya" sambungnya.

"Gue, eng.. aku juga tau itu" kata Barbara lirih "cuma Hazz, apa bener kita harus kayak gini?"

Kening cowok itu berkerut karena jawaban Barbara yang ngga masuk akal barusan.. "begini kayak apa maksud kamu?"

"Ngga jelas?"

"Ngga jelas?!" Emosi Harry mendadak membara. "Kamu nyuruh aku malem-malem kerumah kamu itu dibilang hubungan nggak jelas? Jujur lebih cocok disebut 'pasangan selingkuhan' sih sebenarnya-- memang bener begitu kan sebelum aku putus sama Vallerie"

"Tarolah aku yang salah milih kata. Tapi Hazz, aku tuh pengennya hubungan kita yang sekarang jangan diubah-ubah. Keep like a friendship with love on the side. Aku.. jujur ngga pengen lebih."

"...."

"Hazz, say something" Kata Barbara.

"Kamu pengen aku ngomong jujur?"

Barbara mengangguk, "please.."

"Aku nggak pengen hubungan kayak gini"

"Hazz, pls dont childish gitu dong---"

"Oke. Aku memang kekanakan." Kata Harry, berusaha menahan emosi.
"Justru sekarang aku pengen nanya balik sama kamu, kamu pengen hanya hubungan kayak begini? Mo sampai kapan? Sampai kamu ketemu dengan seseorang terus ninggalin aku gitu?"

Barbara terdiam.

"Coba deh aku tanya.. Barb, kita nggak selamanya muda. Bentar lagi, umur kita bahkan udah 27. Kamu ngga capek cari kesana kemari? Kamu nggak pernah kepikiran buat punya keluarga send---"

"WHOA." Barbara sontak terlonjak dari kursinya "Aku nggak maksud sejauh itu" sambungnya.

"Sayangnya, aku iya" Kata Harry lemah. "Barb, sejak aku sadar jatuh cinta sama kamu, aku selalu ngebayangin pengen punya anak-anak dan membangun keluarga kecil kita sama kamu. Aku selalu membayangkan itu dan berharap suatu saat bakal terwujud"

"...."

Cowok itu menghela napas panjang. Dia lelah. Masalah dikantor belum beres ini malah nambah masalah dengan Barbara.

"Kamu pikirin lagi Barb. Sori aku musti pulang duluan. Banyak kerjaan yang harus aku selesain secepatnya" katanya lalu berdiri dan melangkah menuju pintu keluar.

Barbara memandang punggung cowok itu sampai menghilang dibalik pintu masuk cafe ini.

***

Malemnya, sekitar pukul dua belas malam. Barbara mengirim SMS ke Harry.

Gw ttp g bisa. Sorry.
Gw ttp g pgn lebih
Pilihannya cm 2: terusin aja kaya gini ato udahan aj.

Kurang dari semenit cowok itu memberi jawabannya.

Aku tetep ga pengen hubungan kasual gini.
Sori kyknya aku milih yg kedua.
Gnight:)

**

Tbc.

Updatenya ga tentu.

Happy reading!

My GIRL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang