2

3.7K 115 0
                                    

Happy reading♡

~~~~~~~~~~~~~~~~

Barbara memiliki usaha toko online dengan sahabatnya semasa kuliahnya dulu ----Emma. Emma yang notabennya adalah teman baiknya sejak kuliah tentu mempercayakan untuk membuka bisnisnya itu bersama.
Emma kuliah dijurusan Fashion dan Barbara dijurusan Design. Sama yak. Anggap bedalah.

Sepulang dari apartemen Harry, Barbara langsung menuju apartemennya. Ia membuat apartemennya menjadi studio tempat mereka melakukan bisnis onlinenya itu. Kebetulan Emma berada disana, ia memiliki kunci apartemen Barbara sehingga memudahkannya keluar masuk ruangan itu. Emma sedang fokus dengan layar laptopnya.

Barbara ngeliatin aja dipinggir, di dekat sofa lalu meletakkan laptop miliknya dipangkuan. Emma nawarin segelas air mineral untuk Barbara, dan disambut Barbara sambil tersenyum manis.

Tanpa basa basi Barbara menceritakan soal hubungannya dengan Evan. Yah awalnya Emma kaget namun ekspresinya berubah menjadi biasa saja. "Jadi menurut lo gimana Ems?"

Emma malah memberinya tatapan aneh. "Lo kan yang jalani Bar. Lo pasti taulah jawaban lo itu apa. Ikutin kata hati lo aja deh. Kalau lo yakin buruan jawab 'iya' sebelum ia berubah pikiran. Ga usah pake acara nimbang-nimbang. Bocah tauk"

"Tapi kan Ems, gue ngga mau asal nerima sekarang. Lo kan tau, mantan-mantan gue semua kayak gimana. Yah gue takutnya Evan kayak gitu doang. Awalnya aja sweet. Lama lama juga bosan"

"Dan lo taukan Evan gimana orangnya. Baiklah dia. Coba aja dulu"

Barbara terdiam. Dia memikirkan jawaban bijak untuk membalas ucapan Emma tapi otaknya buntu. Emma ada benarnya. Dia juga tau Evan orangnya buuaaiik banget. Cowok idaman emang.

"Coba aja dulu Bar. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya hubungan kok" Barbara angkat bahu. Bibirnya tetap bisu. Pandanganya kosong kedepan.

"Apa ada orang lain?" Selidik Emma dengan nada datar.

"Gilaa. Ngga adalah Ems." Barbara tertawa canggung.

"Terus? Kenapa lo kelihatan kaku gitu? Biasanya kan lo asal terima aja gitu kalau ada yang nembak."

"Gue juga nggak ngerti Ems" ujar Barbara dengan menghembuskan nafasnya.

"Yaelah Bar.. coba aja dulu"
Barbara hanya mengangguk sambil memejamkan matanya.

Ponsel Barbara bergetar, menandakan 1 pesan masuk. Ia meraih ponselnya yang berada di atas meja lalu melihat pesan yang masuk. Pesan dari Hazzew.

"ngirim apaan sih ini orang?" Dibukanya pesan dari Harry..

Brengsek.. umpatnya saat melihat gambar yang dikirim Harry.

~

Satu jam berlalu, setelah rapat dengan klien, Harry kembali keruangannya. Saat duduk di kursi kebesarannya ia menelfon sekretarisnya menanyakan jadwal selanjutnya. Namun ternyata tadi adalah meeting terakhirnya hari ini.

Harry menghela nafasnya, tiba-tiba dia kepikiran mengirimi Barbara sesuatu. Ia mengutak-ngatik gambar di galerynya kemudian mengirimkan ke Barbara sambil tersenyum setan.

Harry mengalihkan pandangannya ke layar laptonya. Membaca satu per satu email yang masuk. Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk. 1 pesan from Barbara cantik

#from Barbara cantik : Maksud lo apaan hah ngirim gue foto ginian?!

#for Barbara cantik : yah kali aja ada gunanya buat imajinasi lo sama Evan Bar..

#from Barbara cantik : BANGKEE!! ga butuh gue.

Harry tersenyum-senyum membaca pesan dari Barbara. Kemudian ide jahil muncul dikepalanya.

#for Barbara cantik : kalau foto telanjang gue, lo mau pasti kan Bar? *emoticon kedip mata manja*

#from Barbara cantik : Najis gue.

Aku tertawa membaca pesan dari Barbara. Tanpa Harry sadari ternyata Theo-- sekretaris Harry melihat tingkah konyolnya itu yang tertawa dan tersenyum sendiri.

Harry terlonjak kaget ketika menyadari keberadaan Theo didepan mejanya. "Ngagetin aja lo yo" katanya dengan nada syok.
"Lo udah gila ternyata Harr. Senyum-senyum sendiri, ketawa-ketawa sendiri" ujar Theo.

"Gue abis ngerjain Barbara yo" ujar Harry sambil tersenyum kearah Theo.

Theo dan Harry adalah teman kuliah. Mereka sudah akrab sejak kuliah dulu. Selain sama Evan tentunya. Theo lah yang tau gimana perasaan Harry ke Barbara namun Harry selalu berusaha menyangkalnya.

Harry menjadikan Theo sebagai sekretarisnya karena dia percaya sama Theo, lagian dia juga malas jikalau sekretarisnya wanita.. Bukan, bukann.. Harry bukannya nggak normal dan nggak suka cewek, tapi dia tak ingin digoda sama sekretarisnya nanti. Bisa merepotkan pikirnya. Lagipula hanya Barbara yang selalu dipikirannya.

"Awalnya gue kira lo sama Barbara itu pacaran Harr" Harry tertawa renyah.. "ngga mungkinlah yo. Tau sendiri lo kan Barbara gimana antinya dia pacaran sama sahabat sendiri"

"Hmm" kata Theo dengan muka lempengnya.

"Ngapain lo masuk tiba-tiba?" Kata Harry.

"Ahh.. gue cuman mau nyerahin berkas kok. Lo sisa tanda tangan." Theo menyerahkan beberapa tumpukan kertas dan meletakkan dimeja Harry.

Harry mengangguk kemudian mengambil pulpennya yang berada diatas meja kerjanya lalu mulai membolak-balikkan berkas yang diberikan Theo.

"Harr, gue cuman mau saranin lo nih. Perjuanginlah cinta lo sama Barbara. Keburu diambil orang tuh anak" ujar Theo yang masih berdiri memandangi Harry yang sedang sibuk membaca berkasnya.

Harry menutup kembali berkasnya kemudian menyandarkan punggungnya di kursi. "Telat Yo, Barbara dah jadian sama Evan" ujarnya lirih. Namun sebisa mungkin ia menunjukkan senyumnya.

"Evan mantannya Bella?" Harry mengangguk. Mata Theo terbelalak, refleks tangannya memukul keras meja Harry membuat Harry melonjak kaget.

"Ah maaf Harr.. Refleks gue" Harry menghembuskan nafasnya kasar. Ia kembali melanjutkan membaca berkas yang diberikan Theo.

"Lo tau kan Harr, Evan itu brengsek? Lo ngga bilang itu di Barbara? Lo mau Barbara tersakiti?" Tanya Theo tanpa henti.

"Percuma kali Yo, lo tau sendiri Barbara orangnya gimana. Batu banget dia mah. Ditanya berapa kalipun gabakal dengar" Harry mengusap wajahnya kasar. Ia menandatangani berkas terakhir yang diberikan Theo lalu memberikannya kepada Theo.

"Udahlah Yo. Barbara kan udah gede. Taulah dia yang mana benar mana salah" Harry berdiri dari duduknya kemudian mengambil jasnya yang tergantung lalu memakainya. "Udah beres kan? Gue balik dulu yah"

Theo tersenyum kearah bosnya itu "Rapat besok jam 10 Harr" katanya.

Harry hanya menaikkan jempolnya menandakan oke kemudian berjalan keluar ruangannya.

Theo menggelengkan kepalanya melihat tingkat bosnya. bosnya itu memiliki sifat keras kepala sama dengan Barbara. Semoga mereka berdua mendapatkan yang terbaik. Batinnya berdoa

-------------------

Tinggalkan Vote dan Comment kalian guys..

Xoxoo..

My GIRL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang