20

1.5K 53 2
                                    

Happy Reading!

***

"Selamat pagi" Harry menarik Barbara mendekat padanya. Diciumnya bahu telanjang Barbara dengan sayang.

Barbara tersenyum penuh arti kearah Harry. "Selamat pagi" Lalu meletakkan kepalanya diatas dada Harry dan bersorak ringan dalam hati karena mendengar suara jantung cowok itu berdegub lembut untuknya.

"Tadinya, aku--ehm gue kira kita bakal kena awkward moment setelah semua kegilaan ini"

"Jujur, gue ngerasa sedikit aneh ngeliat lo dalam keadaan begini"

"He-eh"

"Lo.. udah gituan sama Vallerie?"

"Ngg.. gue ngga mau bahas soal begituan ah!"

"Nggak ada lagi yang disembunyiin diantara kita" Barbara mengingatkan sambil tersenyum lebar.

"Tapi pertanyaan lo ngerusak suasana banget tau"

"Suasana gimana sih? Lo kata begini romantis?"

"Yeah. Gue selalu berfantasi kayak gini tentang lo"

"Heh?" Barbara menyeritkan alisnya bingung.

"Ya gini. Rebahan berdua ditempat tidur. Lo nyenderin kepala di tangan gue sambil lo meluk gue mesra banget"

"Gitu doang?"

"Ngg.. ngga sih. Euh, malu juga ngomongnya."

"Ngomong aja"

"Yeah. Gue pengen kita ngomongnya lebih mesra. Aku-kamu gitu"

Barbara tertawa terbahak-bahak.  Cowok itu berusaha ikut tersenyum tapi terasa hambar. "Emang bodoh sih.." sambungnya lirih.

Barbara terdiam saat mendengar gumaman cowok itu barusan. Ditatapnya cowok itu beberapa saat, lalu berkata "hmm.. gimana yah?"

"Jadi..?" Harry memicingkan mata, menunggu ucapan Barbara selanjutnya.

"Jadii.. kamu belum jawab pertanyaan aku tadi sayang. Udah tidur sama Vallerie?"

Harry diam sejenak. Dia ingin bilang Barbara adalah yang pertama untuknya tapi takut bakal terdengar rada creepy.

"Ya" kata cowok itu dengan bohong akhirnya. "Kalo kamu sama Evan?"

"Menurut perkiraanmu sendiri gimana?" Jawabnya sedikit dingin. Eh? Kenapa? Apakah pertanyaan cowok itu salah?

**

"Barb, sepulangnya dari sini kita bakal bersikap kayak biasa?" Tanyanya ragu-ragu setelah mereka merapikan barang mereka kedalam koper.

"Mau ngga mau harus! Lupa, kamu masih punya Vallerie?"

Entah kenapa saat menyebut nama orang itu, Barbara merasa hatinya sakit. Tapi dia harus. Mengingatkan kembali bahwa hubungan mereka nggak punya masa depan.

Tapi gimana kalo yang seperti itu mungkin aja terjadi? Pikirnya. Barbara menggeleng cepat menghilangkan perasaan itu dan memilih mengabaikannya sepenuh hati. Louis adalah bukti rusaknya persahabatan mereka dulu. Dan Barbara ngga ingin hubungannya juga berubah kayak Louis.

"Lagian udah deh. Nggah usah mikir berat-berat kayak gitu. Kita nikmatin aja yang ada sekarang" Barbara tersenyum manis. Lalu mendekat kecowok itu. Mendaratkan ciuman panas dan basah kebibir Harry.

**

Sekarang Harry dan Barbara akhirnya nyampe dibandara dengan selamat. Penerbangannya lancar.

Suara keramaian yang identik dengan bandara semakin terasa ditelinga. Siang yang panas, orang-orang yang menunggu didepan pagar, dan supir taksi yang kelewat agresif menawarkan jasa.

Barbara mengenakan baju kemeja putih dengan motif bunga serta celana pendek dan sandal bali warna pink. Sandal baru tentu saja, dan dia punya satu lagi kembaran sama Emma didalam tas.

Dia ngga menyadari tatapan memuja Harry saat melihat cewek itu berjalan didepannya. Harry makin jatuh cinta. Kedekatan mereka di sisa hari-hari di Bali nyaris seperti mimpi. Sarapan ditempat tidur, curi-curi ciuman bahkan mandi bareng... Harry merasa, dialah cowok paling beruntung saat ini.

Tiba-tiba, tatapan keduanya bertemu. Baik Harry dan Barbara tak bisa membohongi reaksi tubuh masing-masing. Barbara diam-diam mulai menyalahkan kerja tubuhnya yang ngga terasa beres setiap kali Harry ada disekitarnya. Bawaannya mules dan berasa aneh. Tapi cewek itu ngga berniat sama sekali untuk ngalihin pandangannya dari Harry.

"Jadi.. kita gimana?" Tanya cowok itu.

"Nggak ada 'kita'. Just Harry dan Barbara" katanya berusaha mengingatkan dan kecewa pada saat yang sama.

"Yeah" jawabnya lirih. Harry ngga bisa membohongi dirinya sangat sakit sekarang. Seperti ada tangan kasat mata yang besar meremas hatinya.

Bagi Barbara, liburan bersama Harry adalah yang terbaik yang pernah dialaminya seumur hidup. Dan akhirnya buka-bukaan soal perasaannya kecowok itu benar-benar solusi tepat.

Dadanya terasa plong sekarang. Kelewat lega sampai membiarkan rasa cinta itu semakin tumbuh subur didalam dirinya.

"Sesulit apapun itu. Kamu dan aku harus ngelupain semua yang udah terjadi selama di Bali." Katanya sambil menatap dalam manik mata cowok itu.

"Dan kita bisa berhenti ber-aku kamu" kata Harry, berusaha mencerna omongan Barbara barusan.

"He-eh itu juga" walaupun rasanya begitu sakit. Cewek itu berusaha mengabaikan perasaannya.

Harry ingin melakukannya. Kalau cewek itu pengennya bgtu, kenapa nggak? Tapi.. bakal susah ngga sih? Harry bakal berusaha. Toh selama ini juga dia udah bertahan sampai sekarang.

"........"

"......."

"Yuk aku antar pulang. Theo sudah datang" Ajak Harry akhirnya memecah keheningan diantara mereka.

"Ya"

***

Tbc.

Maaf pendek:') makin gaje juga gaksih? Huff

Jangan lupa Vomment.

Xxo.

My GIRL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang