Sementara itu diistananya ratu terdengar tertawa terbahak – bahak
" mama... " dayang han yang melayaninya terlihat binggung
" ibu suri memerintahkan tabib menambahkan jamur hitam ? haah.. bukankah itu artinya wanita itu mulai terpengaruh dengan myunghee, haaaah... sepertinya dia tidak ingin myunghee berubah, bukankah ini curang " ratu terlihat begitu senang
Ibu suri berhati dingin itu sepertinya sedikit cemas dengan perubahan myunghee
" apa mungkin... kejadian saat makan malam itu mempengaruhi daebi – mama yang mulia ?"
Ratu tersenyum " kau benar... myunghee menatapnya tanpa ragu, myunghee bahkan berkata tidak untuk menerima cangkir arak ibu suri, haaah... jamur hitam... ibu suri sepertinya sudah tak sabaran lagi"
" mama... lalu apa yang harus kita lakukan ?"
Ratu tersenyum dan menatap dayangnya dengan penuh arti, entah apalagi yang direncanakan wanita tersebut, wanita ini berjuang juga untuk membalaskan sakit hati yang dialaminya selama ini
" kita... harus mulai bergerak didalam istana, sampaikan suratku pada ayahku, kita mulai pergerakannya, sepertinya kita tak lagi membutuhkan myunghee... gadis itu sudah cukup menjadi umpan yang menarik "
" yee... mama "
Ratu terlihat sangat percaya diri sekarang, myunghee yang sejak awal diragukannya kini mulai membuatnya tersenyum
" terima kasih.... myunghee – ya, kau akan terbebas dari istana sebentar lagi " gumamnya
Ratu mengalihkan pandangannya kearah pangeran mahkota yang tertidur sangat pulas disampingnya
" semua akan ibu persiapkan dengan baik... seja, sebelum ibu mengakhiri semuanya "
*****
Myunghee terlihat membuka lantai kamarnya perlahan, myunghee membuat jalan rahasia ini ketika dirinya masih kecil dulu, jalan ini digunakannya untuk bertemu dengan sang ibu dan tidur bersama sang ibu tanpa ketahuan oleh dayangnya, jalan ini lama tak digunakannya dan baru akhir – akhir ini saja jalan ini dibukanya kembali
Myunghee keluar dengan mengendap – endap, ia masih mengenakan baju tidurnya dan tak mengenakan alas kaki, ia berjalan sendirian didalam gelapnya malam menuju istana lama milik sang ibu
Myunghee duduk disana sendirian, memandang langit malam itu yang bertaburan bintang dan bulan yang bersinar terang
" hhuuuhh " ia menghembuskan nafas, dilihatnya tangannya yang tersemat gelang pemberian yong do
" jadi aku akan segera mati... ibu... apa yang harus aku lakukan " gumamnya, dipandangnya langit yang indah malam itu, pikirannya benar – benar kacau, orang – orang yang mengatakan akan membantunya entah kenapa membuatnya begitu resah dan binggung
Bisakah ia mempercayai mereka, ataukah mereka hanya akan menggunakannya sebagai alat kebutuhan mereka, apakah mereka tulus dan banyak lagi pikiran – pikiran itu melayang dibenaknya
" apa anda pikirkan gungjo – nim " suara yong do membuatnya memalingkan pandangannya
Yong do berjalan kearahnya, kemudian berlutut didepannya, tangan kanannya mengeluarkan sepasang sepatu yang daritadi berada dibalik punggungnya
" kenapa anda keluar tanpa alas kaki mama... bukankah sangat dingin, ulurkan kaki anda yang mulia "
Myunghee mengulurkan kakinya
" bagaimana... bagaimana kau tau aku berada disini ? apa kau selalu mengikutiku ?" Tanya myunghee penasaran
Yong do tersenyum " tidak yang mulia..." yong do mendongakkan kepalanya memandang wajah cantik myunghee " hamba melihat anda berjalan kemari, apa anda lupa jika hamba adalah pengawal istana yang selalu berjaga berkeliling istana "
" aaaa... duduklah... " myunghee menepuk tempat disampingnya mempersilahkan yong do duduk didekatnya
" apa yang anda pikirkan ? anda terlihat gusar malam ini ?"
" hah... sepertinya aku mulai kehilangan kepercayaan diriku, aku merasa... orang – orang disekelilingmu seperti memandangku dengan aneh dan berbisik dibelakangku"
Yong do tercekat, itu bukan hanya pikiran sang putri namun itu adalah efek dari obat yang selama ini diminumnya, efek kecemasan dan halusinasi, obat itu sepertinya mulai menunjukkan reaksinya setelah sekian lama dikonsumsinya
" mama... itu mungkin hanya pikiran anda saja, mereka yang membantu anda pasti memikirkan anda juga "
Myunghee menatap yong do dan tersenyum " aku akan keluar dari sini, saat aku bisa keluar dari sini, aku ingin tinggal disebuah rumah sederhana bersama dengan seorang suami, membesarkan anak – anakku dan bertani, bukankah itu menyenangkan "
" yee... itu sangat menyenangkan yang mulia, begitu sederhana tapi terlihat sangat bahagia"
" ooo... kau juga berpikir seperti itu, haaaah... aku merasa kerjaku sangat lambat, yong do – ya..."
" yee mama "
" aku mungkin akan pergi mendahuluimu nanti... haaah... " myunghee berusaha tersenyum
Yong do terlihat sedih mendengarnya, myunghee menyeka air matanya yang disembunyikannya dari yong do
" mama..."
" oo..." myunghee menatap yong do kembali
" besok... ikutlah dengan hamba... hamba akan menunjukkan sebuah tempat pada anda"
" tempat ? dimana ?"
" dayang kim... bisakah anda tidak membawa dayang kim bersama anda "
" kenapa ? kenapa aku tidak bisa membawanya ?" myunghee terlihat penasaran
" itu... karena ini akan membutuhkan konsentrasi dan dayang kim aeehhh hamba tidak tahan mendengar omelannya "
" aaa..." myunghee tertawa ringan " haerim – ah... bagaimana dengan haerim "
" haerim ? gadis dari dapur istana itu ?"
" emm... haerim yang itu "
" baiklah... datanglah bersamanya, mama... bisakah anda bersiul ?"
" bersiul ? bagaimana ?" myunghee binggung
" begini " yong do mulai memajukan bibirnya dan meniupkan udara dari sana terdengar suara siutan yang lembut
" ooo... keren " myunghee terlihat terkesan
" aa.. mama... ini bukan saat untuk kagum, tirukan "
" oo.. baiklah " myunghee memajukan bibirnya dan meniupkan angin namun tak terdengar siulan dari sana " ooogg... kenapa begini ?" myunghee tak menyerah dan masih mencoba lagi tapi tak juga berhasil
Yong do terlihat tertawa terbahak – bahak " hahahah maafkan hamba yang mulia tapi anda benar – benar payah "
" yaaa !!! kau meremehkanku !!!"myunghee kesal " lihat... aku bisa melakukannya !!!"
Hahahahaha tawa renyah yong do terlihat, sementara myunghee terlihat terus berusaha
" yaaa !!! berhentilah tertawa !!!" myunghee memukuli bahu yong do
Sebuah kebahagian kecil yang seharusnya bisa dirasakan myunghee sejak dulu, sebuah rasa yang membuatnya nyaman dan membuat jantungnya berdetak pada kecepatan diatas rata – rata, namun gadis polo situ belum bisa menyimpulkan rasa itu, rasa yang dirasanya ketika yong do didekatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
The Precious Luck [TAMAT]
Historical Fiction" kau kesal bukan... jika begitu.. bunuhlah nenekmu ini.. gungjo " takdir sungguh tak memihaknya, gadis itu hidup dalam ketakutannya membuatnya menjadi gadis pengecut putri myunghee hidup di istana yang seperti penjara baginya, keluarganya di bantai...