Lukisan wajah cantik sang putri tersebut menjadi pesan yang di sampaikan kepada si pandai besi,
Si pandai besi tersebut di kenal sebagai ketua dari para " pemburu" seluruh warga kampung tersebut juga tau akan hal itu karena pekerjaan utama mereka juga adalah " pemburu" mereka memburu orang - orang yang di perintah untuk di buru dengan imbalan yang besar tentunya, pekerjaan mereka terkenal sangat rapi dan tak berbekas
Perkampungan ini sangat sulit jika di " cari " dan sangat mudah jika di " butuhkan "
***
Pagi ini udara begitu segar setelah hujan menguyur dengan lebat semalaman, di beberapa sudut istana genangan - genangan air sisa hujan semalam masih belum meresap sepenuhnya ke dalam tanah
Pagi ini myunghee nampak duduk di paviliun dekat istananya membolak - balik buku bacaan di depannya
" Bukunya habis.." Tanpa myunghee sadari ia sudah membaca sampai halaman belakang dan menyisakan cover belakang buku tersebut, di alihkannya pandangannya pada dayang kim yang tengah menyiapkan teh dan beberapa kudapan untuknya
" Kim sanggong " panggilnya lemah, semakin hari sinar wajah myunghee emakin melemah dan memucat selayaknya mayat hidup yang tinggal menunggu kematiannya saja
Dayang kim menghentikan pekerjaannya dan memandang sang putri
" Apa anda membutuhkan sesuatu... Gungjo - mama !?"
" Bisakah kau.. Membawakan buku yang lain untukku ?!" Pinta myunghee
" Yee mama.. Akan hamba laksanakan"
" Omo.. Putri myunghee sedang bersantai rupanya " suara jernih ibu suri menyapanya
Myunghee berbalik dan ketika mendapati ibu suri di belakangnya gadis itu langsung tunduk memberi hormat
" Kau juga sedang menikmati udara segar ternyata " kata sang ibu suri seraya menaiki tangga pavilliun myunghee " baguslah jika kau mulai keluar untuk menikmati udara segar itu bagus untuk kesehatanmu"
" Yee halma - mama "
Ibu suri muda itu kemudian duduk di depan myunghee, myunghee benar - benar tak berkutik jika berhadapan dengan ibu suri, ia nampak cemas dan memainkan kukunya di balik dangui berwarna biru yang di kenakannya saat itu
" Kau suka membaca gungjo ? Buku apa yang kau baca ?!" Ibu suri nampak basa - basi
" Sastra penyair dari ming, halma - mama" myunghee tak berani menatap ibu suri
" Eemm.. Jadi kau suka sastra... Itulah sebabnya kenapa kau begitu lemah dan lambat " ibu suri berkata seperti menyindirnya, ibu suri mengangkat cangkirnya dan meminum tehnya
" Lalu.. Ku dengar gungjo tidur lebih awal akhir - akhir ini.. Apa karena sakit kepalamu ?!" Tanya ibu suri seraya meletakkan cangkirnya
Myunghee nampak gusar, raut wajahnya tak bisa menyembunyikan kecemasannya, matanya mulai berkaca – kaca ia seperti hendak mengatakan sesuatu namun ragu dan tiba – tiba myunghee kemudian membungkukan tubuhnya hingga hampir menyentuh tanah
" Halma - mama.. Hentikan pemberiaan obat pada hamba, obat itu... Obat itu membuat hamba mual hingga perut hamba seperti terbakar" myunghee akhirnya mengeluarkan juga uneg- unegnya tersebut
Sang ibu suri meletakkan teko tehnya dan menatap myunghee
" Jadi.. Itukah yang membuatmu terlihat gusar sedari tadi ? Gungjo.. Kau sakit, lihatlah betapa pucat dan lemahnya tubuhmu.. Kau harus terus meminum obat itu, itu obat herbal dan akan membantu pemulihanmu"
" Halma - mama... Hamba tidak sakit.. Hamba baik - baik saja, hamba mohon.. Jika halma - mama ingin membunuh saya lakukan saja.. Berikan hamba racun dan dengan senang hati hamba akan meminumnya "
" Gungjo " ibu suri membentak
Membuat myunghee tersentak dan tak berani bicara lagi, ibu suri berjalan menghampirinya, memegang dagu myunghee dengan kasar dan menghadapkannya ke arahnya
" Gungjo... Apa maksudnya itu... Mana mungkin nenek akan membunuhmu" wajah dingin ibu suri membuat myunghee bergidik
" Halma - mama " gumamnya lirih airmatanya menetes, terlihat sekali ketakutan diwajah cantiknya tersebut
" Kau pasti begitu membenci nenek.. Geurom.. Kenapa kau tidak membunuh nenekmu ini ? Aaa... Gungjo sangat takut bahkan gemetar" suara tawa sang ibu suri menggelegar entah apa yang membuat tawanya pecah, apakah itu karena ketakutan myunghee ? atau karena ia merasa puas mempermainkan hidup gadis itu
Myunghee menitikkan airmata, ia benar – benar membenci dirinya sendiri yang bahkan tak mampu menatap ibu suri dalam
" Keluargamu pasti akan menangis darah melihat mu yang pengecut seperti ini " senyum sinis tersungging di wajah wanita muda tersebut
Myunghee nampak mengenggam tangannya erat karena kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa berbuat apa - apa
" Jika kau.. Tidak punya keberanian itu.. Maka.. Tetaplah diam !!!" Ibu suri membuang muka myunghee dengan kasar dan menatap tajam ke arahnya,Ibu suri berdiri kemudian
" Dayang kim "
" Yee daebi - mama "
" Siapkan putri untuk acara besok, aku ingin dia terlihat cantik untuk acara di festival alam di sungai yongbok "
" Yee daebi - mama "
" Daebi - mama " dayang sang ibu suri nampak membisikkan sesuatu di telinganya
Senyum sinis sang ibu suri tersungging, sepertinya ada sebuah berita yang membuatnya merasa tertarik
" Apa dia akan melahirkan putri lagi ? Benar - benar tidak berguna... Haaah.. Kenapa istana di penuhi dengan orang - orang tidak berguna seperti mereka " ibu suri melirik kearah myunghee yang masih berlutut di sana
Kemudian ibu suri beranjak pergi meninggalkan myunghee dengan kekesalannya
" Gungjo - mama " dayang kim menghampirinya
Myunghee tak bisa lagi menahan tangisnya, tangisnya pecah dan ia terisak disana, ia begitu kesal pada dirinya sendiri yang penakut dan bodoh, ia ingin sekali menghunuskan pedang menghujam jantung neneknya tersebut namun keberaniannya selalu saja menguap seperti asap yang menyebar di udara
Putri myunghee selalu tak berkutik di depan neneknya sang ibu suri yang seperti bisa membaca semua pikirannya
Entah kapan ia bisa mendapatkan keberaniannya atau ia malah akan berakhir dengan tragis di istana, di tangan sang nenek seperti keluarganya
" mama... tenanglah.." dayang kim memeluknya, myunghee terus menangis terisak disana
Dayang kim dengan lembut menepuk – nepukpunggung myunghee untuk menenangkannya
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
The Precious Luck [TAMAT]
Ficción histórica" kau kesal bukan... jika begitu.. bunuhlah nenekmu ini.. gungjo " takdir sungguh tak memihaknya, gadis itu hidup dalam ketakutannya membuatnya menjadi gadis pengecut putri myunghee hidup di istana yang seperti penjara baginya, keluarganya di bantai...