setiap malam sang putri selalu takut ketika akan tidur, ia selalu meminta di buatkan obat agar bisa tidur dengan tenang namun sepertinya obat tak bisa menghilangkan trauma – nya atas kejadian 10 tahun silam tersebut
" apa anda perlu sesuatu mama ? apa hamba perlu mengambilkan anda sebuah buku ?"
Myunghee mengeleng " kim sanggong... maaf.. karena selalu membuatmu repot "
" animida mama... hamba tidak merasa keberatan, silahkan beristirahat kembali, mama "
Dayang kim sebenarnya tidak ingin melukai sang putri, dayang kim juga sangat prihatin pada keadaan putri, ia kasihan melihat gadis itu selalu termenung meratapi nasibnya, ia tak tega melihat ibu suri selalu menyakitinya namun apa boleh buat, dia hanya seorang pelayan yang harus mengikuti segala perintah tuan yang telah membantu keluarganya
Myunghee nampak berbaring kembali di tempat tidurnya, dayang kim lalu mematikan semua lilin di kamar myunghee dan meninggalkan myunghee sendirian di dalam gelap,
Gadis berusia 19 tahun tersebut memang hidup sebatang kara di istana, semua keluarganya tewas dalam pemberontakan yang di lakukan oleh sang paman yakni raja yang memimpin sekarang ini, tak segan – segan mereka membantai semua keluarga myunghee, ayah, ibu dan kedua kakaknya tewas di malam berdarah tersebut dan menyisakan myunghee yang hidup dalam penderitaan
Myunghee sebenarnya sangat membenci paman dan sang nenek yakni ibu suri yang menjadi dalang dari kudeta malam itu, ia menyimpan begitu banyak amarah di dalam dirinya atas mereka namun setiap kali ia berusaha mengumpulkan keberanian untuk melawan keberanian itu seketika akan menguap dan sirna ketika ibu suri menatapnya, tatapan ibu suri yang tajam membuat myunghee tertekan dan ketakutan
Myunghee bahkan kesal pada dirinya sendiri yang begitu pengecut dan tak bisa berbuat apapun demi membalaskan dendam keluarganya, tak punya dukungan dan kekuatan myunghee akhirnya memilih pasrah pada hidupnya.. pasrah.. pada kematian yang akan segera menghampirinya
***
Di perbatasan sebelah hutan yongro, terdapat perkampungan tidak ada yang istimewa dengan perkampungan ini memang, semua warga desa nampak melakukan aktivitas seperti biasanya, berdagang, berbelanja, menjual – membeli, berjudi dan lainnya
Di sudut pasar terdapat seorang pandai besi yang wajahnya nampak begitu menyeramkan, sebelah matanya di tutup dan ada bekas luka goresan di pipinya, laki – laki itu di kenal sebagai pembuat senjata yang bagus di perkampungan tersebut
" ceogiyo... geum dal – ssi ?" seorang lelaki berpakaian durumagi [ pakaian bangsawan ] berwana ungu nampak menyapanya
" ada perlu apa kau ?" tanya si pandai besi acuh
" itu.. tuan han memerluka ekor ayam bekisar " kata lelaki itu setengah berteriak karena suaranya bertarung dengan suara dentingan besi yang tengah di tempa
Si pandai besi tiba – tiba berhenti dan menatap lelaki tersebut, sesaat kemudian si pandai besi mempersilahkan lelaki tadi memasuki rumahnya yang nampak sederhana
" apa ada pesan ?" tanya si pandai besi
Lelaki itu mengeluarkan sebuah gulungan yang ada di dalam lengan bajunya dan menyerahkannya pada si pandai besi, si pandai besi menerimanya dan langsung membukanya
" aaa... ini buruan yang bagus ternyata... kapan tuan han memerlukan ekornya ?"
" 2 hari lagi.. saat festival alam di adakan "
" eemm... " si pandai besi nampak mengingat – ingat " apa di sungai yongbok ?"
Lelaki itu mengangguk tanda membenarkan ucapan si pandai besi tua tersebut
" yong do... Ya !! Yoon Yong do !!!" si pandai besi nampak berteriak memanggil seseorang
" ayah memanggilku ?" seorang pemuda tampan nampak berdiri di balkon lantai 2 rumah tersebut menatap ke arah si pandai besi tua yang berada di bawah
" caaahhh.. pekerjaan untukmu " si pandai besi tersebut melemparkan gulungan itu kepada pemuda yang di panggilnya yong do itu
Dengan sigap yong do menangkapnya dan melihat isi gulungan tersebut
" baiklah.... kalau begitu saya pamit " lelaki itu memberi hormat, kemudian pergi
" bagaimana ?" tanya si pandai besi kepada sang anak
" ini mudah... akan kulakukan " yong do seperti menerima pekerjaan tersebut, ia melemparkan gulungan tersebut ke atas meja begitu saja dan berjalan pergi setelah menyambar panahnya
Gulungan itu terbuka dan disana terpampang lukisansang putri joseon, putri myunghee
KAMU SEDANG MEMBACA
The Precious Luck [TAMAT]
Fiksi Sejarah" kau kesal bukan... jika begitu.. bunuhlah nenekmu ini.. gungjo " takdir sungguh tak memihaknya, gadis itu hidup dalam ketakutannya membuatnya menjadi gadis pengecut putri myunghee hidup di istana yang seperti penjara baginya, keluarganya di bantai...