Di sisi lain istana nampak dayang kim yang berlari menerobos lebatnya hujan menuju klinik istana guna menemui tabib han, tabib yang selama ini membuatkan ramuan obat untuk sang putri atas perintah ibu suri
" tabib han..." dayang kim memanggil tabib han seraya mengusap – usap pakaiannya yang terasa dingin karena basah oleh air hujan
" oo.. kim sanggong.. ada apa malam – malam berkunjung ? apa gungjo – mama baik – baik saja ?" tanya tabib han yang tengah menakar ramuan di timbangannya
" tabib han... daebi – mama... " dayang kim nampak ragu untuk mengatakannya
" ada apa dengan daebi – mama ?" tabib han mulai memperhatikan dayang kim dengan seksama
" daebi – mama neun... daebi – mama menyuruh anda menambah dosis obat gungjo – mama"
" apa ?!!! tapi itu..." tabib han nampak tak menyangka dengan apa yang di dengarnya " kim sanggong..."
" ini perintah tabib han " sebenarnya dayang kim juga tidak tega untuk mengatakan hal ini
" tubuh gadis itu tidak akan bisa menahannya lebih lama lagi jika kita terus menambah dosisnya kim sanggong... kau tau itu bukan ?"
" aku tau tabib han tapi... daebi – mama.. sepertinya ingin mengakhiri ini dengan cepat "
" hhuuuuhh " tabib tua dengan janggut memutih itu nampak tak tau harus mengatakan apa lagi, selama ini dia memberikan obat untuk putri dengan hati yang merasa bersalah
Obat yang membuat sang putri menderita selama ini, hati kecilnya memberontak tapi sebagai bawahan tapi tabib han tak bisa berbuat banyak untuk menolong putri myunghee
***
Kediaman putri terlihat begitu sunyi dan gelap, di sana hanya terlihat temaram lilin yang menerangi depan kamar sang putri yang di bawa oleh para dayang yang duduk berjejer dengan rapi di depan kamarnya
Putri nampak gusar di dalam tidurnya, keringatnya mengucur dengan deras
"aa.. jangan.. tidak... tidak..." putri meracau
Sekelebat ingatan pahit yang menyedihkan selalu mampir kedalam mimpinya sang putri, teriakan – teriakan ketakutan, kobaran api yang membara, darah – darah yang berlinang di hadapannya membuatnya tak tenang
Suara desingan pedang dan senapan terus terngiang di telinganya, ia ingat betul ketika pedang menancap di dada mendiang raja yakni ayahnya dan sang ibu yang meninggal di dekapannya, darah – darah mereka membuat gaun putih sang putri menjadi sangat merah. Bau anyir darah masih jelas tercium di hidungnya
Ingatan – ingatan gambaran masalalu itu selalu mampir dalam mimpinya dan membuatnya tak tenang setiap kali ia memejamkan matanya
" tidak... tidak... TIDAAAKKK !!!!!" myunghee berteriak dan langsung membuka kelopak matanya dengan cepat, nafasnya memburu raut wajahnya nampak begitu ketakutan , badannya gemetar hebat
" mama " dayang kim masuk bersama dayang lain dan segera menerangi kamar sang putri
Myunghee menoleh ke arah dayang kim masih dengan raut wajah ketakutannya, dayang kim mendekat
" dayang kim... i.. itu..." myunghee manatap selimut bagian bawahnya yang terlihat basah
" hamba mengerti mama " dayang kim segera memberi isyarat pada dayang lain untuk membantunya
Setiap kali mimpi buruk karena sangat ketakutan hal itu sampai membuat myunghee "mengompol " dayang kim mengerti akan hal itu, dia tidak kesal tapi malah merasa sangat prihatin dengan gadis yang tak memiliki siapapun tersebut dan hidup dalam bayang – bayang ketakutannya
" mama... minumlah perlahan " dayang kim membantu myunghee meminum segelas air untuk menenangkannya, dayang kim menatap kasihan pada sang putri yang masih gemetar tersebut, setiap malam sang putri selalu takut ketika akan tidur, ia selalu meminta di buatkan obat agar bisa tidur dengan tenang namun sepertinya obat tak bisa menghilangkan trauma – nya atas kejadian 10 tahun silam tersebut

KAMU SEDANG MEMBACA
The Precious Luck [TAMAT]
Ficción histórica" kau kesal bukan... jika begitu.. bunuhlah nenekmu ini.. gungjo " takdir sungguh tak memihaknya, gadis itu hidup dalam ketakutannya membuatnya menjadi gadis pengecut putri myunghee hidup di istana yang seperti penjara baginya, keluarganya di bantai...