"kamu udah daritadi? Maaf ya telat." kata ku sambil membuka coat dan topi.
"gak papa, aku juga baru sampai beberapa menit kok. Habis latihan, langsung kesini pasti butuh waktu. It's ok, Jin-oppa." jelasnya, sambil tersenyum.
"ah, kamu memanggil ku seperti itu. Aku kan tidak se-tua itu, hahaha... Kita hanya beda setahun kan...?"
Dia mengangguk.
"oke deh, se-nyaman kamu aja, mau memanggil ku apa."
"oke. Mau pesan apa?"
"aku mau makan banyak, kamu juga ya..." ajak ku.
Dia mengangguk lagi, lalu kami memesan kimchi, bulgogi, bibimbap, japchae, soda dan makgeolli.
Sementara makanan belum datang, Dia mempersiapkan note-nya.
"sebelum aku bertanya, apa Jin-oppa sanggup menghabiskan semua makanan itu?"
"aku sanggup. Kenapa? Kamu gak ikut makan?"
"aku takut, kalau itu semua gak habis. Aku makan dengan porsi yang cukup. Tidak banyak, dan tidak sedikit."
"oh, pemikiran yang bagus. Tapi karena aku laki-laki dan aktivitas ku banyak. Aku butuh energi yang banyak. Makanya aku suka makan apapun, hahaha..."
"aku suka dengan orang yang bertanggung jawab atas makanan yang dia makan. Kadang aku juga membenci orang yang seenaknya membuang makanan. Padahal di situ ada nilai nya."
"ya, menghargai. Kamu menarik, Chef. Aku suka cara berpikir mu yang unik. Oh ya, sebelum aku, siapa yang sudah kamu interview?"
"memang kalian gak mengobrol?"
"gak. Sejin-hyung menyuruh kami untuk menjaga rahasia, khusus interview dengan mu, Chef."
"Suga. Kami sudah bertemu kemarin lusa."
"oh, ada yang mendahului ku ternyata, hahaha... Ayo kita mulai interview nya."
"kamu juga boleh bertanya tentang aku, apapun itu, Jin-oppa"
Aku mengangguk mengerti. Dia mulai bertanya, dan aku pun juga ikut bertanya. Banyak hal yang awalnya aku gak tahu, dan sekarang aku mulai tahu dan mengenalnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menu yang kami pesan pun datang. Dia tersenyum, ketika melihat semua hidangan yang sudah ada di depan.
"asal kamu tahu, Jin-oppa."
"ada apa?"
"ini yang pertama, kita makan bersama. Aku menyukai hal seperti ini."
"kebersamaan." tambah ku dan kami tersenyum.
"betul."
"setelah ini kamu kembali ke Vegan Café?"
"iya. Kamu juga harus syuting, kan?"
"seperti itulah, hahaha... Titip salam buat Kai. Udah lama dia belum menemuiku lagi. Menyebalkan, hahaha..."
"Kai? Maksud Jin-oppa, Kai..."
"Park Woo Jin, dia sahabat ku sejak kami sekolah. Apa dia masih playboy? Hahaha..."
"jjinja?! Aku merasa dunia terasa sempit ketika di sini, dan ternyata benar. Bagaimana kamu bisa tahu, soal Kai? Padahal aku belum..."
"aku tahu semua, hahaha..."
"oh, okey. Tapi sifat playboy nya itu belum lepas sampai detik ini. Sekarang dia masih sibuk syuting."
"hahahaha, sudah ku duga. Menyedihkan jika melihatnya, hanya di TV."
"apa kalian sangat dekat?" tanyanya.
"sangat intim, hahaha... Makanlah, Chef. Aku melihat kamu, lebih banyak meneguk makgeolli, daripada makan."
"hahaha, aku menyukainya." jawabnya, sambil tersenyum.
"ayo, cheers!" seru ku.
Waktu begitu cepat, padahal kami hanya mengobrol. Waktu begitu cepat, padahal kami hanya makan bersama. Semua proses ini, bermula dari makanan. Aku berharap, dia bisa menghadirkan berbagai macam proses di dalamnya nanti.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.