-GLORIA-
"Kalau gue bilang gue sayang lo, apakah lo akan percaya? Atau menurut lo gue hanya membual? "
***
Sampainya di sekolah, sudah jelas sekali mereka bakalan telat. Sekarang jam sudah menunjukan jam tujuh telat dua puluh lima menit, wow super sekali bukan.
"Semua ini gara-gara lo!" Tuding Gloryn frustasi, demi Tuhan. Baru kali ini Gloryn telat datang kesekolah.
"Yap, lo benar. Semua ini gara-gara gue," Ucap Vero bangga tanpa rasa bersalah.
"Terus gimana ceritanya kita bisa masuk kesekolah tanpa mesti di hukum elah? Lo sih" Tanya Gloryn gusar sekaligus bingung, dia tidak mau di hukum. Apalagi di hukum karena terlambat bukanlah pilihan yang menyenangkan.
"Manjat pagar," Cetus Vero tiba-tiba.
"Emang lo pernah?"
"Enggak, tapi gue sering banget baca cerita di wattpad yang kalau mereka terlambat mereka bakalan manjat pagar, ceritanya seru loh"
Gloryn mengangguk. "Tapi gimana cara manjatnya? Pagarnya lumayan tinggi elah?"
"Ya pakai tangga lah biar mudah,"
"Gue tau. Tapi disini gak ada tangga,"
"siapa bilang?"
"Gue," Jawab Gloryn males.
"Tuh ada," Tinjuk Vero pada tangga yang tak jauh terletak di dekat mereka. Tangga itu terletak di sebuah gedung yang belum jadi, mungkin tadinya tangga itu bekas pertukangan.
Gloryn menoleh, dan benar ada tangga di sana. Dan dengan tatapan mata Gloryn menyuruh Vero membantunya membawa tangga itu. Vero memurut memgerti, seolah-olah tau arti dari tatapan mata Gloryn.
Utungnya kondisi sekolah saat itu sedang sepi, jadi Vero dan Gloryn dapat menkalankan aksi mereka dengan lancar. Tanpa ada hambatan, dan kepergok oleh petugas piket. Selangkah selanjutnya Vero dan Gloryn meloncat bebas ke bawah, hingga kaki mereka menginjak rumput.
Vero dan Gloryn segera berlari berlindung, takut-takut saja ada saksi mata yang melihat mereka. 'kan berabe jika mereka kena aduin. "Lo ngapain ngikuti gue?" Tanya Gloryn sensi pada Vero, karena dari tadi cewek itu selalu mengikuti di mana pantat Gloryn pergi.
Vero cengengesan, "Gue bingung mau kemana. Ikut lo ya?" Mohonya sambil masih saja mengikuti Gloryn.
"Aduh neng, neng. Gue mau ke kelas elah, masa lo mau ikut juga. Ingat woi lo itu IPS, gue itu IPA!" Gloryn berkata kesal, jalannya masih saja ngendap-ngendap. Seperti maling amatiran yang pertama kali merampok rumah.
Vero cemberut, sebelum akhirnya terdiam. Pandangan matanya berubah menjadi sayub, menatap dua orang yang sedang berjalan berdua yang jaraknya tak jauh dari mereka.
Gloryn berbalik melihat ke arah Vero, karena entah mengapa rasanya menjadi aneh. Tidak seperti biasanya, biasanya Vero akan merespon ucapan Gloryn dengan sanggahan yang tidak masuk akal. Gloryn tersenyum, melihat apa yang sedang di lihat cewek itu. "Dia aja cuek, dia aja masa bodoh, dia aja gak perhatian, bahkan. Mungkin dia nya aja gak nganggap lo ada apa enggak. Tapi kenapa lo masih ngarepin dia?"
Mendengar itu, seketika dada Vero terasa sesak. "Terkadang, berharap itu penting. Walaupun terkadang lo udah tau kalau itu gak akan pernah mungkin terjadi"
"Ver," Gloryn datang mendekat, penepuk-nepup pundak cewek itu. "Jangan baper kalau cuma di chat doang. Hahaha" lanjut Gloryn dengan tertawa lepas, "Berpikirlah posistif, mungkin kemarin dia chat lo karena lagi bosan"
"Entah mengapa, gue rasa lo tidak seperti sedang menyemangati gue?"
"Hahaha, emang."
Vero tersenyum lirih, "Entah gue harus senang atau malah sedih ya. Tapi kok kenyataan nya sepahit ini, kemarin lo bilang kak Rudy gay. Sekarang kak Rudy lagi jalan sama cowek"
"Makanya jangan sok-sok an mau selingkuh, pacaran bo'ongan aja gayaan mau selingkuh."
"gue mah, ada yang mau aja nyukur. Gimana mau selingkuh?"
"Lo terlalu ngenes untuk di jadiin pacar, tapi tak apalah. Ingat bro kita pacaran," Ucap Gloryn sambil menaik turunkan alisnya. Membuat Vero memutar matanya mau muntah.
"Gue kira lo beda, tapi taunya sama aja!"
"Sama apanya?"
"Sama-sama gak waras kaya teman-teman lo. Oh Oppa, datanglah"
Gloryn mendengus, "Nampaknya hidup lo kurang micin, masa cowok ganteng, kece badai kaya gini di samain sama orang gila," ucap Gloryn sambil terkekeh geli, membuat Vero ingin muntah sakin gelinya.
"Please Gloryn gue lagi sakit hati,"
"Trus, lo mau gue ambilin obat gitu? Ogah!" Tolak Gloryn mentah-mentah.
"Gue gak butuh obat,"
"Terus?"
"Butuhnya lo," Entah Vero belajar menggombal dari mana. Tapi yang jelas cewek itu berhasil membuat pipi Gloryn merah merona bagaikan sebuah tomat.
"Hah? Please Vero. Hidup gue itu udah berat, dan jangan di buat berat lagi dengan keanehan lo!"
"Hidup lo berat? Hahaha. Kalau gak kuat, di dorong aja," Vero menjawab asal dan sangat-sangat tidak nyambung. Nampaknya otak dia dan Gloryn sudah sama-sama gesrek karena manjat pagar tadi pagi, apa jangan-jangan. Mereka kesambet hantu penunggu pagar tadi pagi?
"Vero, lo itu jelek!" Gloryn berucap sesuka hati, dan entah mengapa. Vero menanggapinya biasa-biasa saja, bukan karena dia sering dikatai jelek. Tapi, entah mengapa ucapan ejekan Gloryn di kupingnya sudah terasa seperti angin lewat.
"Oh ya? Tapi kok gue gak percaya ya kalau gue itu jelek? Dan biasanya nih, orang yang suka menjelek-jelekkan orang itu. Sebenarnya dia yang jelek, lagian maklumi aja. Namanya juga orang jelek, pasti sukalah ngejelek-jelekkan orang,"
"Vero, gue gak ngejek-jelekkan lo. Tapi lo memang jelek. Tapi tak apalah, gue tetap suka sama Pisang." Gloryn lagi-lagi berucap tidak nyambung, membuat Vero harus berfikir keras mencerna maksud omongan Gloryn yang mungkin memang tidak ada artinya.
"Pisang ? Apa lo cuma suka sama pisang?" Entah terpikir darimana jawaban itu, tapi yang jelas. Pertanyaan itu terucap begitu saja di otak Vero.
"Enggak, gue juga suka sama lo" Ucap Gloryn sambil tercengir, menampilkan deretan gigi susunya.
Deg.
Vero sedikit deg-degan mendengarkan gombalan basi ala Gloryn. Namun detik selanjutnya, dia bersikap biasa-biasa saja. Namanya juga teman, wajarlah kalau ada sedikit gombalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLORIA
Humor[COMPLETE] Takdir? Siapa yang bisa menolak? >Don't copy my story please! Rank > 149 in humor (11.09.2017)