Sudah empat hari sejak kedatangan Siska ke sekolah Rama. Dan tentu saja, tidak butuh seminggu, Siska langsung menjadi sorotan di sekolah Rama.
Seluruh siswa laki laki di sekolah Rama niscaya akan terpaku diam tak berdaya melihat kecantikan Siska yang telah mewabah di sekolah Rama. Mereka semua tak bisa menampik cahaya yang bersinar dari Siska
Rama pun juga sebenarnya sedikit terpikat dengan kecantikan Siska. Siska memang mempesona. Bahkan beredar gosip bahwa sudah banyak yang menyatakan cinta ke Siska tapi Siska selalu menolaknya.
Rama berpikir dengan kepopuleran Siska, pasti banyak yang iri dengannya. Dan dengan ketenarannya, Rama berpikir bahwa Siska akan menjadi tinggi hati dan sombong. Tapi Rama salah. Siska sangat rendah hati dan baik. Siska tidak pernah membeda bedakan teman. Siska juga tidak pernah menyombongkan diri. Selain itu, Siska disenangi oleh seluruh siswa kelas Rama karena suka menolong.
Bagi Rama dan siswa laki laki lainnya, pelajaran paling menyenangkan itu adalah saat pelajaran olahraga. Karena saat itu, mereka (termasuk Rama) bisa melihat Siska dengan rambut yang dikuncir yang semakin menambah kecantikannya.
Bukan hanya siswa laki laki yang terpikat dengannya, kakak kelas Rama yang kelas 3 juga sudah banyak yang terpikat. Selain itu, tidak ada satupun siswi perempuan yang benci atau iri dengan Siska. Mereka semua bersahabat.
Siska termasuk orang yang bersahabat dan menyenangkan. Siska selalu tersenyum. Jarang sekali Rama melihat Siska cemberut atau marah.
Hanya saja, Rama sedikit masih menyesali kesalahannya pada Siska dulu.
Rama memang sudah meminta maaf, dan Siska memang memaafkannya. Rama berpikir bahwa setelah ia meminta maaf maka mereka akan baikan dan akrab.Tapi, sampai sekarang Rama tidak pernah bisa akrab dengan Siska.
Rama jarang mengobrol dengan Siska. Karena Rama bukanlah jenis orang yang akan memulai obrolan, apalagi Siska. Mereka hanya mengobrol apabila ada hal hal penting, seperti pinjam pena, pinjam catatan, dans sebagainya.
Terbesit di hati Rama untuk bisa mengakrabkan diri dengan Siska. Tapi setiap ia hendak memulai obrolan, mulutnya terkunci rapat rapat.
Rama teringat dengan impiannya untuk hidup bagai rangkaian seri, lurus. Nyatanya, hidupnya tidak pernah lurus dan selalu mendapat masalah dari sana sini bagai rangkaian paralel.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rama terduduk lesu di kursinya dan menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Selama pelajaran bahasa Indonesia tadi, dia tidak fokus mendengarkan karena perut kosong. Tadi malam, dia sibuk main game sampai lupa makan malam dan tidur jam setengah dua belas. Paginya bangun jam setengah tujuh dan tidak sempat sarapan plus tidak siap membawa bekal dari rumah. Uang jajan pun tidak bawa.
Rama berjalan keluar. Di pendopo ada temannya Doni, yang sedang membaca buku. Rama senang, lalu bergegas menghampiri Doni.
Doni adalah satu satunya teman cowok Rama. Doni berada di kelas C. Berbeda dengan Rama dan Lia yang berbakat di bidang mata pelajaran tertentu, Doni pas pasan. Doni menganggap semua pelajaran itu sama saja.
Tapi bila ada orang yang paling kreatif di sekolah Rama, maka Doni lah orangnya. Urusan kreativitas, Doni melampaui Lia dan Rama, bahkan mungkin seluruh siswa di sekolah Rama. Doni pernah ikut lomba desain banner dan spanduk dan menjadi juara 1. Doni juga pernah ikut aktif sebentar di OSIS saat kelas 1.
Doni mirip dengan Lia, yaitu atlit andalan sekolah. Bila Lia menonjol di basket, maka Doni berbakat di basket, takraw dan futsal. Doni pernah menjadi kapten tim futsal sekolahnya dan memenangi kejuaraan tingkat provinsi. Saat kelas 2, Doni mundur dan menjadi pemain inti.
Doni adalah teman curhatnya Rama bila Rama ada masalah yang pelik. Rama mengenal Doni sebagai orang yang selalu memiliki jalan keluar dari setiap permasalahan. Serumit apapun masalah yang Rama dapatkan, Donilah jalan keluarnya.
Doni melihat Rama mendekatinya dengan wajah layu dan tanpa semangat. ''Kamu kenapa?'' tanya Doni.
Rama duduk di samping dekat Doni. ''Aku lapar..''
''Kalau begitu ke kantin, jajan.'' jawab Doni enteng.
''Nggak ada duit.''
''Bekal?''
''Nggak bawa.''
Doni menatap Rama dengan kebingungan. ''Kok bisa?''
''Tadi malam aku keasikan main game dan telat bangun.'' kata Rama sambil tersenyum.
Doni geleng geleng kepala. ''Aku ada roti, mau?'' Doni memperlihatkan sebungkus roti coklat.
Rama berbinar binar. ''Wah, mau!''
Doni menyodorkannya. ''Nih.''
''Makasih ya.''
Doni mengangguk dan melankutkan membacanya. Rama memakan roti itu pelan pelan. Sesekali Rama melihat buku yang Doni baca. Buku Undang Undang.
''Sejak kapan kamu jadi rajin baca buku beginian?'' tanya Rama heran.
''Gara gara Bu Merri, nanti dia mau tes hafalan undang undang.''j awab Doni sambil terus membaca.
Rama mengangguk paham dan melanjutkan makannya. Tak butuh waktu lama, roti itu habis. Rama melihat di dekat lapangan basket, Siska sedang mengobrol dengan seorang perempuan. Mereka terlihat akrab dan seperti sudah lama bertemu. Terbesit di hati Rama untuk bisa bersahabat juga dan memiliki banyak teman seperti Siska.
Doni melihat Rama memerhatikan Siska. ''Siska itu teman kelasmu, kan?''
Rama mengangguk. ''Iya, benar.''
''Dia terkenal?''
''Iya.''
''Hati hatilah, Rama.''
''Kenapa?''
Doni menutup buku yang dibacanya. ''Dia itu....juga pintar matematika dan fisika seperti kamu, Rama.''
Rama menguap. ''Oh, begitu..''
Doni geleng geleng kepala melihat temannya. ''Dia itu...mungkin saja melebihi kamu, Rama. Kamu tahu apa panggilannya pas SMP?''
''Apaan?''
''Gadis Fisika.''
Hilang sudah kantuk Rama. ''Mengapa?"
''Tadi kan sudah kubilang. Kamu buktikan saja sendiri. Nanti belajar IPA kan?''
''Iya.''
''Nah, buktikan saja.''
Lonceng masuk berbunyi. Rama segera masuk ke kelasnya. Pelajaran selanjutnya adalah IPA oleh Bu Maya. Perkataan Doni tentang gadis fisika tadi hilang dari pikiran Rama.
Nyatanya, perkataan Doni datang setelah Rama menyaksikan keajaiban dunia di dunia pelajaran.
Bu Maya mengeluarkan soal kimia, dan seluruhnya dijawab oleh satu orang. Bukan Rama. Tapi Siska. Setiap Rama hendak menjawab, selalu didahului oleh Siska. Siska pun tidak membuka rumus ataupun buku.
Rama teringat kembali dengan panggilan Siska yang ia tahu dari Doni.
Gadis Fisika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Science, or You?
Teen Fiction"Mengejar fisika, atau dirinya?" Rama itu cinta banget dengan yang namanya 'matematika' dan 'fisika'. Yah, dia nggak jago jago amat sih, tapi dia itu paling minat sama dua pelajaran itu. Tapi sayangnya, Rama sama sekali nggak ada bakat buat bersosia...