Bab 23 - Pasar Malam (3)

12 0 0
                                    

Aku cinta fisika. Aku cinta matematika. Hehe.

- Al Rama

* * * * * * * *

Doni : Heh.

Rama : Apa?

Doni : Kalau mau pergi bilang-bilang dong!

Rama : Astaga dragon, aku lupa. Sori sori.

Doni : Kau dimana heh?

Rama : Lagi bareng Lia

Doni : Okesip, kalian nge-date dan aku sendiri

Rama : Kita ketemuan di gerbang oke?

Doni : Lucknut

Rama menepuk dahinya. Ia baru sadar, sudah hampir 2 jam ia meninggalkan Doni. Awalnya bersama Siska, sekarang Lia. Sungguh teman yang baik hati. Lia melihatnya dengan bertanya-tanya. ''Kenapa?''

''Nggak, aku ninggalin Doni.'' Jawab Rama.

''Gimana gimana?''

10 menit kemudian, Rama selesai memberikan klarifikasi kejadian kepada Lia. Lia hanya mangut-mangut. Mereka berdua tertawa bersama.

''Kamu teman yang buruk.'' Komentar Lia.

Rama berkilah, ''Bukan buruk, hanya tidak baik.''

''Tidak baik sama buruk apa bedanya Mas.''

''Beda. Buruk itu tidak ada huruf a, tidak baik tidak ada huruf u.''

''Iya, iya.''

* * * * *

Doni berjalan menuju gerbang pasar malam. Jam menunjukkan jam sembilan malam. Di perjalanan menuju gerbang, seseorang tidak sengaja menabrak badannya. Doni tidak terjatuh, hanya sedikit terkilir di kaki, tapi orang yang menabraknya terjatuh. Doni mengulurkan tangannya. Orang itu adalah Siska.

''Kamu Doni, kan, ketua klub Budaya?'' tanya Siska.

''Iya. Dan kamu...''

''Siska.''

''Oh.''

Mereka berdua berjalan berdampingan. Sesekali Doni melemparkan pertanyaan kepada Siska, dan Siska hanya menjawab singkat, tanpa balik bertanya. Begitu sampai di gerbang, ternyata Siska juga ingin berada di sana. Masing-masing dari mereka bersandar di tiang listrik dekat gerbang.

''Nunggu siapa?'' Doni mencoba menghilangkan suasana canggung.

''Teman. Kamu?'' Siska balik bertanya.

''Sama. Temanmu kemana?''

''Tiba-tiba menghilang.''

''Ah, sama seperti temanku.''

''Hilang juga?''

''Iya, tapi tidak bilang-bilang, langsung menghilang.''

5 menit kemudian, Rama melambaikan tangannya kepada Doni. Doni tersenyum, senang melihat sahabatnya. Begitu pula dengan Siska

''Rama!''

''Rama!''

Sontak, Doni dan Siska berpandangan. Mereka memanggil orang yang sama. ''Ini temanmu?'' Siska bertanya pelan.

Doni mengangguk. ''Jadi, teman yang kau tunggu... si Rama ini?''

''Hei, kalian kenapa?'' Rama menyapa Doni dan Siska yang masih kebingungan.

Disaat yang sama, Siska melihat Lia yang sedang berjalan di samping Rama. Entah kenapa, menyaksikan itu membuat dadanya sedikit berdenyut. Ia sedikit tidak suka. Hanya Doni yang langsung mengerti semuanya. Rama mengenalkan Lia kepada Siska dan sebaliknya.

''Kok ngilang?'' tanya Siska kepada Rama, dengan intonasi yang dilembutkan.

''Eh, aku lupa bareng kamu.'' Rama menjawab asal.

Mendengar kata 'bareng', sedikit membuat Lia cemburu. Siska kembali melontarkan pertanyaan, ''Oh, jadi tadi jalan bareng sama Lia?''

''Iya, tadi kami jalan bareng. Keliling.'' Malah Lia yang menjawab, dibarengi dengan senyum.

''Oh gitu, hehe. Btw, kapan-kapan beliin es krim lagi ya.'' Siska kembali memanaskan suasana.

''Tadi beli es krim berdua ya?'' tanya Lia.

''Iya. Enak lho.'' Jawab Siska.

''Wah, ajak dong.''

''Duh gimana ya, gak enak kalo bertiga.''

''Gak apa-apa, kapan lagi kan ya. Hehe.''

''Hehe. Teman Rama?''

''Iya, dari kecil, sudah akrab.''

''Oh, gitu, kirain baru kemarin.''

''Nggaklah, haha.''

''Haha.''

Rama menengahi, ''Kalian langsung pulang kan? Kamu pulang dengan siapa?'' Rama bertanya pada Lia dan Siska.

''Bareng adik.''

''Bareng temen.''

''Oh, oke deh.''

Pembicaraan macam apa ini? Doni segera menarik Rama. ''Eh, kami pulang dulu ya.''

Siska nampak kaget. ''Jadi kalian datang berdua?''

Rama mengangguk. ''Iya. Bye, Lia. Bye, Siska.'' Rama melambaikan tangan.

''Dah, hati-hati ya.'' Lia mengeluarkan senyum termanisnya.

Tak mau kalah, Siska ikut melambai. ''Sampai jumpa esok ya.''

* * * * *

Lia masuk ke mobil Jazz temannya. Di dalam, ia mengambil beberapa lembar tisu. Mengelap wajahnya yang keringatan dan air di matanya yang entah kenapa bercucuran. Temannya hanya melihat dengan tatapan heran. Lia menggeleng, mengisyaratkan untuk segera pulang.

Siska masuk ke mobil keluarganya, namun belum ada siapa-siapa disana selain dirinya dan sopir keluarganya, Pak Mul. Ia merasa kesepian, kemudian keluar mobil dan menikmati angin malam yang sejuk.

Sedangkan Rama asik bercerita kepada Doni tentang hubungannya dengan Lia yang kini membaik. Doni hanya menyimak saja, walaupun sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia bahas namun Doni masih menunggu waktu yang tepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Science, or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang