Bab 15 - Selembar Foto dan Seorang Gadis

70 3 0
                                    

Setiap manusia Itu UNIK.

- - -  - - - - - - - - - - -

Beberapa tahun yang lalu...

Seorang anak lelaki berumur 8 tahun terlihat berlari kencang. Ia berlari ke seorang perempuan yang kira kira seumuran dengannya. Anak perempuan itu melihatnya dengan bingung.

''Kamu kenapa?''tanyanya.

Anak laki laki itu masih kelelahan. Nafasnya tidak teratur. Ia menarik nafas panjang, ''Kamu mau pindah?''

''Iya.''

''Kemana?''

''Tidak tahu, kata Papa mungkin ke Pulau Jawa.''

''Jauh sekali.''

''Begitulah.''

''Kenapa tidak disini saja?''

''Aku maunya begitu, tapi Papa pindah kerja.''

''Mamamu?''

''Mama ikut Papa. Aku bisa apa?''

Anak laki laki itu tanpa sadar menitikkan air mata. Ia masih belum sanggup berpisah dengan temannya, anak perempuan itu. Ia mengusap air matanya.

''Baik baik ya disana.''kata anak laki laki itu.

Anak perempuan itu mengangguk. ''Iya, tenang saja.''

Anak laki laki itu menyodorkan sesuatu. Sebuah buku kecil bersampul putih.

''Terimalah.''katanya. ''Ini adalah buku kumpulan rumus yang kita buat.''

Anak perempuan itu menerimanya. ''Makasih.''

Anak perempuan itu lalu naik ke mobilnya. Ia melambaikan tangan kepada temannya. Setelah agak jauh, anak perempuan itu bergumam lirih, ''Aku akan kembali, Al.'' Anak perempuan itu menuliskan namanya di belakang buku itu.

Siska.

-- - - - -  -- - - - 

Sudah seminggu tantenya pulang. Rama kembali sendirian. Di rumah, tidak ada yang istimewa. Rama melewati hari harinya dengan biasa. Doni sedang pulang kampung, menjenguk neneknya yang sakit. Tapi, yang ia herankan, ia tidak bisa lagi berkomunikasi dengan Lia.

Setiap ia mengirim pesan, pesan itu hanya dibaca. Bila ia chat, hanya dibaca. Kalau ia telepon, selalu dimatikan. Ia merasa Lia mengacuhkannya. Ia sendiri tidak tahu, kenapa Lia bersikap seperti itu. Terakhir kali ia kirim e-mail, namun tetap diacuhkan.

Padahal bagi Rama, Lia itu adalah teman terbaiknya, sahabatnya. Bahkan sebenarnya Rama menganggap Lia sebagai saudari kandungnya sendiri. Bagaimana tidak, Lia selalu ada di sampingnya, Lia selalu membantunya, Lia yang menghibur ia saat ia sedih, Lia pula yang menolongnya bila ada masalah. Kini, tanpa Lia, Rama merasa sepi, sangat sepi.

Rama meraih hapenya. Ia kirim pesan lewat WA.

Rama : Lia?

2 menit, status Read.

Rama : Lia? (read)

Rama : Lia? Sedang apa? (read)

Rama : Sibuk tidak? (read)

Rama : Jangan hanya dibaca, balas (read)

Setelah bertubi tubi pesan yang dia kirim, tidak satupun dibalas, hanya dibaca. Rama menyerah. Ia taruh hapenya di sampingnya. Apa salahku Lia?

Rama menatap sekeliling kamarnya. Berantakan sekali. Ia berdiri, dan mulai beberes. Tantenya benar, tempat tinggalnya benar benar kotor. Sampah dimana mana dan debu di setiap celah. Buku buku berantakan, tidak pada tempatnya. Cucian numpuk. Rama menggulung lengan bajunya.

''Sip, hari beberes nasional!! SEMANGAT!!''pekik Rama.

- - -  --  - - - - -- -  -

Lia menatap pesan dari Rama. Ingin rasanya ia balas, namun ia masih belum bisa melupakan kejadian tempo hari. Saat dimana ia melihat Rama dengan akrabnya bersama Siska. Saat dimana Siska duduk di samping Rama dan mereka berdua mengobrol. Lia masih belum bisa menghapuskan ingatan itu.

Terkadang ia berpikir, dia ini siapanya Rama? Mengapa ia cemburu melihat Rama dan Siska berduaan? Ia bukan ibu, bibi, kakak, atau adik Rama. Dan juga, ia bukan kekasih atau pacar Rama. Kenapa dia harus marah? Kenapa dia harus cemburu? Bukankah itu hak Rama? Buat apa dia mengekangnya?

''Tau ah, pusing!!!"pekik Lia. Ia menutup kepalanya dengan bantal. Tiba tiba bayangan Rama dan Siska melintas di kepalanya.

''RAMA NYEBELIN!!!!"teriaknya. Ia melempar bantal ke arah pintunya. Disaat bersamaan, pintu kamarnya dibuka oleh Kak Naomi dan bantal itu mengarah ke kepala kakaknya. Melihat itu, Lia tertawa. 

''Aduh, maaf kakakkk.''kata Lia disela sela tawanya.

Kakaknya menatapnya dengan tatapan seorang yang marah. Ia balas lempar ke Lia. Lia hanya tertawa. Kak Naomi duduk di sampingnya.

''Kenapa sih, teriak teriak?''tanya Kak Naomi.

Lia diam. ''Nggak kenapa kenapa kok Kak. Cuma...''

''Galau?''potong Kak Naomi.

''Nah, itu! Eh, kok Kakak tahu?''tanya Lia, sedikit kaget.

Kak Naomi tersenyum. ''Tahulah. Kamu galau kenapa?''

Lia diam. Kak Naomi melanjutkan, ''Ooh, kamu galau karena cowok yang kamu stalk kemarin ya?''

Lia masih diam. ''Berarti benar ya?''kata Kak Naomi lagi. ''Galaunya karena apa?''

Lia belum menjawab. ''Cowok yang kamu stalk itu bareng cewek lain?''

Lia bangun. Kakaknya sungguh hebat dan peramal!

''Kakak makan apa? Kok tahu?''kata Lia.

''Kamu dari tadi diam, berarti tandanya iya.''jawab Kak Naomi. ''Kamu galau karena itu?''

Lia mengangguk. ''Iya Kak, aku kok kerasa kayak cemburu gitu ya, pacar bukan, kekasih bukan, cuma rasanya sesak gini.''

Ya itu memang cemburu adikku sayang, kata Naomi dalam hati. Ia merangkul adiknya. ''Dia ada kirim pesan atau chat?''

''Ada.''jawab Lia.

''Kamu balas?''

''Nggak.''

''Kenapa gak dibalas?''

Lia diam. Kak Naomi mengurut keningnya. ''Secemburu apapun kamu ke dia, kamu harus buktiin, kamu itu bisa lebih baik dari dia. Salah satunya balas chat dia. Dengan begitu, cowok yang kamu suka itu. Jadi, siapa tahu entar dia berubah. Mulai dari hal kecil saja dulu.''jelas Naomi.

Lia melongo. ''Bisa ya begitu?''

''Ya bisala. Intinya, jangan nyerah.''

Lia memeluk kakaknya. ''Makasih Kak.''

-  - - - - - - - - -

Rama duduk di kursi ruang tamunya. Ternyata tidak mudah membersihkan tempat tinggalnya. Benar benar harus detail dan rapi. Rama mentapa sekeliling, sudah rapi dan bersih. Tapi, ada satu rak yang belum dia bersihkan.

''Ayolah, satu lagi.''Rama berdiri dan mulai bersih bersih. Ketika membuka rak itu, ternyata ada selembat foto di rak itu. 

''Ini apa?''katanya. Di foto itu, seorang anak laki laki dan seorang anak perempuan bersama di sebuah rumah. Yang menarik, anak perempuan itu memegang buku bersampul putih yang amat persis seperti mirip Siska.

''Kayaknya aku kenal... tapi siapa ya?''

Disaat sedang mengamat foto itu, hapenya berdering. Lia!

Lia : Maaf baru balas.

Rama cepat cepat membalas.

Rama : Nggak apa apa. Sedang apa?

Rama lalu chatting dengan Lia sampai jam 2 siang. Selesai chat, Rama meraih foto itu. Foto yang masih menjadi tanda tanya di kepalanya. Dan seorang gadis yang tak ia kenal.



Science, or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang