Bab 21 - Pasar Malam (1)

12 3 0
                                    

Aku menyukaimu, dan itu urusanku. Bukan urusanmu.

- Siska Anindya Dewina Zahra

* * * * * * *

Doni : Woi

Rama : Apa?

Doni : Hari ini ada pasar malam. Kesana yuk!

Rama : Ngapain?

Doni : Mencari kitab suci

Rama : Hah?

Doni : Ya mainlah Bambang. Refreshing. Kapan lagi?

Rama : Emm..

Doni : Oke, kujemput jam 5 ya!

Rama : Hah?

* * * * *

Jam 5 sore, Doni menjemput Rama dengan motornya. Rama berpakaian simpel, kaos berkerah lengan panjang berwarna biru tua dengan celana chino berwarna krim. Beda dengan Doni yang nampak stylish, yang menggunakan kaos putih dibalut jaket bomber hitam dan celana jeans abu-abu. 

Rama naik di belakang motor Doni. ''Siap bos?'' tanya Doni.

Jarak dari rumah Rama menuju pasar malam lumayan jauh, sekitar 45 menit. Jalanan kota Jakarta menjadi penghibur selama perjalanan. Jam sore begini pun, berbagai kendaraan masih terlihat. Mungkin baru pulang kerja, atau masih bekerja. Trotoar jalan masih disesaki banyak orang dan penjual. Yah, beginilah Jakarta. Dalam perjalanannya, ia melihat seorang anak laki-laki sedang menjajakan sesuatu, sepertinya makanan. Anak itu berkeringat banyak, namun ia masih terus mengangkat tangannya sembari menawarkan dagangannya. Rama tersenyum, bersyukur ia masih dapat menikmati berbagai kebutuhannya tanpa harus mencari lelah.

''Woi, udah melamunnya?''

Rama terhenyak. Ternyata mereka sudah sampai. Sudah tiga kali Doni menyuruhnya turun. Rama cengar-cengir. Mereka berdua memasuki pintu masuk pasar malam. Begitu masuk, berbagai wahana permainan, stand, dan penjual souvenir bertebaran dimana-mana. Suasana begitu ramai dan riuh.

Doni melihat ke kiri-kanan. ''Sedih sekali hidupku.'' Ujarnya.

''Kenapa?'' Rama bertanya.

''Lihat.'' Doni menunjuk sepasang kekasih yang sedang makan es krim berdua.

''Kau iri?'' tanya Rama lagi.

Doni mengangguk. ''Kapan ya aku bisa begitu?''

''Bila nanti saatnya telah tiba...'' Rama bernyanyi.

''Diam.'' Doni sewot mendengar temannya bernyanyi.

Sambil jalan, Rama memperhatikan pasar malam ia kunjungi.

Rama tidak suka pasar malam.

Sejak SMP, ia tidak suka keramaian dan kerumunan. Terkadang, otaknya pusing sendiri melihat begitu banyak orang yang berlalu-lalang di sekitarnya. Rama lebih menyukai suasana yang tenang. Seperti di perpustakaan sekolah atau di kamarnya sambil membaca, makan, dan mendengarkan musik. Atau main game. Setelah itu tidur. Namun, karena itu pula ia menjadi cowok yang pemalu, kuper, dan penyendiri. 

Tiba-tiba, bayangan wajah Lia muncul di pikirannya. Rama tahu, Lia berbanding terbalik dengannya. Lia menyukai pasar malam. Rama ingat Lia sering bercerita tentang serunya pasar malam. Lia juga tidak kuper. Lia adalah perempuan yang asik, seru, dan baik hati. Wajar saja dia memiliki banyak teman dan pergaulan. Selain itu, dia pintar pula. Kurang apa coba.

Apa jangan-jangan Lia juga kesini? Rama bertanya dalam hatinya. Muncul sebuah harapan di hatinya agar semoga ia dapat menjumpai Lia di tempat ini. Diedarkannya pandangannya ke seluruh tempat, berharap dapat menemukan sosok Lia. Namun nihil, ia hanya mendapati orang asing dan anak-anak saja.

Science, or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang