Bab 17 - Kejutan

87 2 2
                                    

Tak perlu sempurna untuk bahagia. Not important be perfect to happy.

Elz.

- - - - - - -  - -- - - - - -  - - -

''Laju reaksi, koloid, teori asam basa, stoikiometri larutan, sudah berapa materi ini?'' tanya Bu Kinan, guru Kimia.

''Lupa Buuu.'' sekelas serempak menjawab. Rama hanya menguap pelan, ngantuk.

''Kalau gitu dirumah baca materi tentang larutan penyangga dan hidrolisis garam ya.'' kata Bu Kinan.

''Iyaa Buu.''

Bu Kinan melangkah keluar kelas. Beberapa siswa berdiri, menyalaminya. Rama tetap di mejanya. Ia melipat tangannya. Ia benar benar mengantuk. Setelah pulang dari rumah lamanya, Rama terjebak macet selama hampir 3 jam, ia berdesakan di dalam bus bersama penumpang lainnya. Sampai di kosan jam 11 malam. Paginya langsung sekolah. Tidak sarapan. Baju belum disetrika.

Baru sebentar ia menutup mata, ia merasa ada yang membangunkannya. Benar, seorang perempuan berdiri di depannya. Perempuan itu tersenyum. Rama menatapnya dengan heran.

''Ada apa?'' tanya Rama.

Perempuan itu memperbaiki posisi kacamata yang ia pakai. ''Kudengar dari Bobi kamu pinter Kimia.''

''Ooh, Bobi yang itu. Memang ada apa?'' balas Rama. Ia menguap.

''Bisa ajarin nggak?''

''Ajarin apa?''

''Termokimia.''

''Kan gampang itu?'' jawab Rama. ''Tapi nggak apa apalah. Ajak yang 2-3 orang ya, nggak enak kalau cuma berdua.''

Perempuan itu tersenyum. ''Makasih ya, kutunggu di pendopo sekolah.''

Rama mengangguk. ''Sama sama.''

''Aku Rosa.''

''Rama.''

Saat istirahat, bersama Rosa, Bobi dan tiga orang lagi di pendopo sibuk membahas pelajaran yang diminta Rosa. Selain belajar, diselingi dengan candaan dan bermain, Rama menikmati saat itu. Saat dimana bermain bersama orang yang disebut dengan 'teman'.

- - - - -  - - - - - - -- 

Jam 15.00, pelajaran selesai. Kelas bubar. Rama melangkah pulang. Ia berjalan sendirian. Saat berjalan ia berpapasan dengan Rosa. Rosa menghampirinya. Rosa menyodorkan sebuah buku.

''Apa ini?'' tanya Rama.

''Dari Siska.'' kata Rosa.

Rama menerima buku itu. Buku kecil bersampul putih yang dari dulu ingin ia pinjam. Rama menaruhnya di dalam tasnya.

''Makasih ya.'' kata Rama.

Rosa mengangguk. Ia berjalan meninggalkan Rama. ''Daah.'' katanya sambil melambaikan tangan.

Rama membalas lambaian tangannya. Terbesit di hati Rama untuk menjemput Lia ke kelasnya. Rama menunggu di dekat gerbang sekolah. Setelah 5 menit, Lia muncul.

''Hai.'' sapa Rama.

''Hai.'' balas Lia.

Rama berjalan berdampingan dengan Lia. Sesekali mereka berdua berbincang akrab. Lia biasanya dijemput. Entah kenapa kali ini Lia pulang sendirian.

''Kenapa sendiri?''t anya Rama.

''Ya karena belum dapet pacar.'' jawab Lia.

''Bukan itu maksudnya Bapakkkk.'' kata Rama dengan tawa kecil. ''Maksudnya kenapa nggak dijemput.''

Science, or You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang