Di rumah kosnya, Rama termenung sambil memegang kertas ulangan matematikanya yang kemarin. Ia mendapat nilai tertinggi, nomor dua.
Nomor satu adalah Siska.
Rama kini paham apa maksud perkataan Doni kemarin. Siska kini harus ia perhitungkan. Setelah membuat Rama terpaku di Ipa, kini Siska mengejutkannya lagi di Matematika. Kemarin ia harus mengakui kecepatan Siska dalam menjawab soal.
Rama menggeleng geleng.
''Masih ada kesempatan.''gumam Rama pelan.
''Aku hanya perlu belajar lebih keras dan giat lagi.''ucap Rama.
Rama menarik kursi mejanya dan mulai belajar. Pelajaran pertama, Fisika. Pelajaran kedua, Biologi. Ketiga Kimia dan terakhir Matematika. Selama 8 jam penuh ia belajar.
Tak lama kemudian terdengan azan maghrib berkumandang. Rama menutup bukunya dan mulai berwudhu. Ia mulai shalat maghrib. Setelah shalat, Rama membuka hpnya dan memutar lagu 'Closer' yang dinyanyikan oleh The Chainsmoker.
I know i breaks your heart~
Moved to the city in a broke down car~
And four yeas no call~
Now you're looking pretty in a hotel bar
And i can't stop
No, i can't stop
Rama menyanyi sambil membuka buku hariannya. Di salah satu lembarannya bertuliskan , mencari teman.
Rama membuka jendela kamarnya. Angin malam membuat tubuhnya menggigil.
''Teman, ya?''
-------------------- ------------- -----------------
Rama kali ini tidak terlambat ke sekolah. Malah ia kecepatan datang ke sekolah. Sekolah masih sepi. Yang ada hanya Pak Yayan, satpam sekolah yang sedang asik minum kopi sambil membaca koran.
Rama yakin hanya ia orang pertama yang akan ada di kelasnya. Tapi ia salah. Rupanya ada Siska yang mendahuluinya. Siska sedang membaca sebuah buku.
''Cepat banget datangnya?''kata Rama sambil berjalan ke arah tempat duduknya.
Siska menoleh. ''Nggak boleh?''
Rama tidak menjawab. Setelah duduk Rama mengeluarkan buku intisari Fisika yang ia beli saat Smp dulu. Rama membaca dengan serius sambil sesekali komat kamit menghafal.
Siska melirik buku yang dibaca oleh Rama. Hanya sekilas, setelah itu ia tak peduli lagi dan meneruskan membaca.
Rama selesai membaca. Rama menutup bukunya. Rama melihat ke arah buku yang Siska baca. Judulnya 'The Case Book of Sherlock Holmes'.
Rama tahu buku itu. Buku favoritnya malah. Buku itu bercerita tentang detektif yang bernama hebat yang bernama Sherlock Holmes yang memberantas semua kasus dan misteri bersama rekannya Dr.Watson.
Novel itu adalah novel tentang detektif yang paling terkenal yang ditulis oleh Sir Arthur Conan Doyle.
Rama melihat ke luar jendela. Rupanya belum ada satupun yang datang.
Siska masih terus membaca. Rama mencoba berpikir untuk mengajak Siska. Masalahnya adalah Rama tidak tahu bahan obrolan apa yang bagus.
Pandangan Rama terhenti pada novel Sherlock itu. Rama mendapat ide.
''Seru bukunya?''tanya Rama iseng.
Siska mengangguk. ''iya.''
Singkat amat, kata Rama dalam hati.
''Jadi?''kata Rama lagi.
Siska menoleh. ''Jadi apa?''
''Apa Holmes berhasil menemukan pelaku pencurian batu Mazarin?''
Siska menutup bukunya. ''Tunggu, kamu tahu darimana kalau dia lagi mencari batu Mazarin?''
Rama tersenyum. Kena kamu.
Rama tak menjawab. Ia hanya tersenyum puas. ''Bagaimana?''
''Apanya?''kata Siska lagi. Ia terlihat bingung.
''Apa Miss Dunbar adalah pelaku di Kasus Jembatan Thor?''
Kali ini Siska tak terlihat bingung. Raut wajahnya malah mengatakan kalau ia sedang terkagum kagum.
''Hebat. Kamu udah pernah membaca?''tanya Siska.
Rama mengangguk. ''Udah habis.''
Rama kira Siska akan memasang wajah terkagum kagum. Tapi tidak. Siska malah lanjut membaca.
''Ngomong ngomong, selamat ya karena udah mendapat nilai tinggi kemarin.''ucap Rama.
Siska hanya mengangguk kecil. ''Makasih.''
''Kamu jago banget ya.''kata Rama lagi.
''Jago apanya?''tanya Siska.
''Ipa dan Matematika.''
''Ah, aku masih kalah kalau dibandingkan dengan seorang temanku.''
''Teman?''
''Iya.''
Rama memperbaiki posisi duduknya. ''Maksudnya?''
Siska menaruh bukunya. ''Ini rahasia, ya?''
Rama buru buru mengangguk. ''Iya.''
''Aku punya seorang teman pas masih di sekolah dasar dulu. Dia itu pintaaarr banget. Ipa dan Matematika dia lahap habis. Dia itu bisa dibilang lebih pintar dari aku. Dulu, mustahil semua nilai Ipa dan matematika nya dibawah 95!''jelas Siska.
Rama terkagum kagum. ''Hebat sekali.''
Siska tersenyum. ''Pastinya. Asal kamu tahu aja, aku suka Ipa dan Matematika karena temanku itu. Dulu aku nggak suka banget sama dua mata pelajaran itu.''
Rama diam. ''Terus?''
''Yah bisa dibilang dia kayak kasih semangat gitu sih. Berkat dia aku jadi begini. Sayang kami harus berpisah.''
''Kapan?''
''Begitu tamat sekolah dasar, papa aku ada kerjaan, jadi keluargaku pindah ke Jakarta. Aku ninggalin dia sendiri.''
''Terus?''
''Terus...aku..eh, udah ah!''
Rama heran. ''Lho, kenapa?''
Siska menggeleng. ''Sisanya rahasia.''
''Ya udah.''jawab Rama. Rama teringat dengan buku kecil bersampul putih milik Siska.
''Sis, kamu ada bawa buku kecil putih kemaren, nggak?''
Siska membuka tasnya. ''Waduh, nggak. Sorry ya.''
Rama menghembuskan nafas. ''Iya deh.''
''Oh iya, kamu harus tahu, buku itu ditulis oleh dia lho.''kata Siska.
''Dia siapa?''
''Temanku itu.''
Rama mengangguk ngangguk. Rama melihat jam. Sudah jam setengah delapan pagi tapi sekolah masih sepi. Rama membuka hpnya dan mengsms Doni.
''Doni, kamu nggak sekolah?''
Tak lama kemudian datang balasannya.
''Lho, sekarang kan hari Minggu?''
Rama melongo. Datang lagi balasan dari Doni.
''Sekolah kan libur. Ngapain kamu datang ke sekolah?''
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Science, or You?
Teen Fiction"Mengejar fisika, atau dirinya?" Rama itu cinta banget dengan yang namanya 'matematika' dan 'fisika'. Yah, dia nggak jago jago amat sih, tapi dia itu paling minat sama dua pelajaran itu. Tapi sayangnya, Rama sama sekali nggak ada bakat buat bersosia...