Bagian 4 ( Haruskah? )

11.7K 1K 31
                                    

Maafkan kalau ada typo ya ^^

"Tidak ada orang tua yang benar benar ingin melihat air mata dari anaknya, kecuali air mata bahagia"

Peran keluarga sangat dibutuhkan disaat seperti ini dan Symponi seberuntung itu. Dia memiliki keluarga yang sayang dan peduli padanya.

Adik perempuan yang begitu perhatian dan kedua orang tua yang selalu memberikannya cinta.

Setiap hari Melodi selalu mengajak Symponi untuk berbicara, walau pada akhirnya dia hanya berbicara sendiri tanpa ada respon dari Symponi.

Bahkan Salamah juga mengundang beberapa teman dekat Symponi. Nessa dan Dita, mereka datang dan berusaha mengajak Symponi untuk berbicara tapi hasilnya tetap sama, Symponi diam sambil menatap lurus ke depan, ke halaman rumahnya.

Entah sudah berapa air mata yang Salamah tumpahkan disetiap doanya tapi Symponi tetap sama.

Pengobatan sudah berjalan tiga hari, Symponi pun tak keberatan meminum obat antidepresan nya tapi masih belum ada hasil.

Hari ini, Salamah dan Fuad kembali memeriksakan keadaan Symponi.

Klinik dr. Rudi

Setelah berbincang bincang dengan dr. Rudi, Salamah dan Fuad kembali membawa Symponi pulang dan saat di perjalanan pulang, Fuad mendapat telepon  dari seorang sodara yang menganjurkan untuk membawa Symponi keluar dari kota ini.

Mereka berencana akan membawa Symponi untuk melakukan proses penyembuhan disebuah tempat yang sudah terkenal. Disana Symponi tidak hanya akan di jadwal untuk minum obat secara tetatur tapi juga akan di ajak berbicara, melakukan aktivitas, ditangani oleh dokter ahli, dll.

Fuad setuju akan saran itu, walau Salamah menggelengkan kepalanya. Tapi Fuad telah bertekad apapun akan dia lakukan untuk Symponinya.
.
.
.

Salamah mengemasi semua pakaian Symponi dengan berderai air mata, baginya jauh dari Symponi adalah mimpi buruk. Apalagi disaat keadaan Symponi yang seperti ini.

"Umi, udahan dong nangisnya" pinta Melodi.

"Haruskah de, kakak mu mengalami ini? Kenapa harus dibawa pergi? Umi masih belum bisa melepas kakak kamu, de" Salamah kembali terisak.

Melodi memeluk tubuh Salamah dari samping, "ini untuk kakak, mi. Ini semua untuk melupakan laki laki brengsek itu. Kakak perlu suasana baru yang membuatnya lupa dengan semua rasa sakit ini"

"Umi mau ikut"

"Kalau bisa, Melodi juga mau ikut, mi. Tapi ini demi kakak, mi. Umi percayakan semuanya pada mereka ya?"

Akhirnya Salamah mengangguk paham. Rela tak rela, Salamah harus melakukan ini. Demi putrinya Symponi, demi kesembuhan yang mereka inginkan. Salamah harus bisa.

Semua pakaian Symponi sudah siap di dalam kopernya, bahkan Symponi sendiri sudah berpakaian rapi. Hati Salamah sedih saat ini, tinggal beberapa jam lagi dia akan berpisah dengan putrinya. Tapi dia mencoba menguatkan hati dan menahan air matanya. Semua demi Symponi.
.
.
.

"Masih ada waktu, mi, kita bisa peluk Ka Symponi dulu puas-puas" ucap Melodi mencoba menghibur Salamah.

"Iya juga sih, umi malah kepikiran mau puas puasin foto dulu bareng kakak kamu, de" jawab Salamah sambil merapikan beberapa rambut Symponi yang menutupi wajahnya.

"Kita masih bisa jenguk kakak kapanpun kita mau ko" Sahut Fuad sambil menarik koper milik Symponi menuju keluar.

Salamah beranjak dari kursi dan mengikutinya dari belakang, " abi yakin? Ini tempat pasti bersih dan nyaman kan, bi?" Tanya Salamah memastikan.

Symponi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang