Bagian 13 ( Menguak Luka Lama )

12.3K 947 59
                                    

Maaf jika ada typo yaa ^^

Satu bulan sejak kembalinya Symponi ke rumah, dia sudah mulai kembali aktif mengajar. Semua murid sekolah musiknya begitu senang ketika kelas biola kembali dipegang oleh Symponi.

Mereka bahkan memberikan Symponi kejutan kecil yang membuat Symponi terisak kecil.

"Selamat datang kembali Miss Symponi yang kami sayang" ucap mereka serempak.

Symponi membekap mulutnya, dia tak percaya jika ternyata, anak-anak didiknya begitu menyayanginya seperti ini. Selama ini, Symponi merasa bahwa kelas biolanya diisi oleh anak-anak yang kalem dan manis. Tapi ternyata mereka juga bisa membuat kejutan yang manis seperti ini.

Ada kue tart yang dipenuhi oleh bunga dan yang terlihat sangat manis adalah, ada boneka barbie yang sedang bermain biola di atasnya.

"Makasih anak-anak, miss ga tau harus bilang apa. Kalian manis sekali" Symponi menyeka sudut matanya.

"Kami sayang miss dan kami ga mau sampai miss sakit lagi. Miss harus sehat terus dan semangat untuk kami" ucap Bilal, salah satu anak didiknya yang paling tua. Dia berumur 12 tahun dan dia adalah anak didik terlama Symponi. Sejak dia berumur 8 tahun, Bilal telah bergabung dan banyak menorehkan prestasi.

"Makasih anak-anak miss. Miss janji akan selalu sehat untuk kalian. Miss sayang kalian semua."

Beramai-ramai mereka menuju dimana Symponi berdiri dan memeluk Symponi bersamaan.

"Kalian salah satu harta miss yang paling berharga" lagi-lagi Symponi menangis.

"Jangan nangis miss. Kami ga niat bikin miss nangis ko" Ucap Salwa sambil memberikan Symponi selembar tisunya.

"Miss menangis bukan karena sedih, tapi karena miss senang. Makasih ya semuanya."
.
.
.

Rasya menunggu kelas Symponi selesai di halaman depan. Laki-laki itu memainkan ponselnya sambil bersandar pada dinding.

Setelah 15 menit menunggu Rasya melihat anak-anak didik Symponi telah berhamburan keluar. Bibir Rasya langsung tersenyum ketika melihat Symponi sedang berjalan ke arahnya.

"Hai," Rasya melambaikan tangannya tapi Symponi berdiri mematung. Tubuhnya juga terlihat tegang. Matanya memandang lurus ke depan, lebih tepatnya melihat ke belakang Rasya.

Kamu harus tenang Symponi. Dia sudah tidak berarti apa-apa lagi untuk kamu. Symponi terus melapalkan kalimat itu berkali-kali dalam hatinya.

Azzam datang menjemput Sakti bersama Melati. Dua sejoli itu tampak bahagia. Symponi bisa melihat itu semua dari senyum yang Azzam berikan pada Melati.

Saat mata mereka bertemu, Azzam juga memberikannya senyuman. Sebuah senyumam yang dulu sering Symponi lihat dan dia begitu menyukai senyuman itu. Begitu manis dan menenangkan.

Tapi sekarang berbeda, senyuman itu seperti sebuah sengatan listrik yang menyakitkan hatinya.

Symponi tak bisa bergerak dari tempatnya. Hatinya kembali terasa sakit. Dan air matanya keluar begitu saja. Bahkan sampai mobil Azzam telah pergipun, Symponi masih tak bisa bergerak.

Ternyata hatinya masih belum sembuh. Sekarang lukanya kembali terasa sakit, bahkan kembali berdarah.

Rasya menghampiri Symponi dan mengenggam tangannya. "Dia sudah pergi, Symponi. Apa kamu mau pergi dari sini?" Tawar Rasya.

Symponi hanya bisa mengangguk. Bahkan dia pasrah saja saat Rasya menuntun tubuhnya ke dalam mobil.

Setengah jam mereka hanya berputar-putar tak jelas. Rasya tak tahu bagaimana cara menghibur Symponi. Sedari tadi dirinya mencoba mengajak Symponi bicara tapi hasilnya nihil.

Symponi masih terus diam sambil sesekali menangis.

"Kamu mau makan sesuatu?" Tanya Rasya.

Kali ini Symponi menggeleng.

"Antarkan aku pulang" jawabnya dengan suara serak.

Rasya memutar balik mobilnya, dia mengerti. Mungkin yang Symponi butuhkan saat ini adalah sendiri.
.
.
.

Saat makan malam tiba, Melodi mencoba membujuk Symponi untuk ikut makan bersama tapi Symponi menolak. Dia lebih memilih untuk mengurung diri di kamar.

Melodi tahu jika saat ini kakanya kembali sakit. Sakit yang diciptakan oleh pasangan kurang ajar itu.

Seandainya Salamah tidak mencegahnya. Melodi sudah pergi ke rumah Melati dan memakinya. Dia juga berencana akan mengeluarkan Sakti dari sekolah musik milik Symponi. Melodi tak mau ambil resiko lagi. Baginya sudah cukup kejadian hari ini yang membuat kakanya kembali sakit.

"Bagaimana melodi? Apa kakak mu mau makan?" Tanya Salamah.

Melodi menggeleng. "Kayaknya malam ini aku akan menghubungi dr. Diva, umi"

"Umi juga pikir begitu. Ya sudah, kamu hubungi saja dia sekarang."

"Baiklah umi"

Melodi menghungi Diva dan tentu saja laki laki itu langsung mengiyakan permintaan keluarga Symponi.

Dia bahkan melajukan motor sportnya kencang.

Saat ini yang ada dipikirannya adalah Symponi.

Laki laki yang bernama Azzam itu, membuka kembali luka lama Symponi yang telah perlahan dia lupakan.
.
.
.

Kangen Diva ga ?
Atau kangen Azzam? Haha

Sorry pendek aja.. ^^

Banjarbaru, 27 Mar 18

Symponi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang