Bagian 19 ( Perasaan )

11.8K 970 39
                                    

Yang belum temenan sama aku di IG bisa follow @minmiee'aquarius yaa... nanti aku infoin kapan MHS akan mulai PO nya ^^

Jika kejadian dua minggu lalu dianggap angin lalu oleh Symponi, maka berbeda dengan Melati, dia merasa tak karuan dalam tidurnya. Dia takut kehilangan Azzam, suaminya.

Gerakan gelisah dari Melati akhirnya mau tak mau turut menganggu tidur Azzam.

"Kamu kenapa? Nggak bisa tidur lagi?" Tanya Azzam sambil mengucek-ngucek matanya. Dia masih sangat mengantuk saat ini dan Melati menganggu tidurnya.

Melati mengangguk, "pah, aku mau nanya sesuatu, boleh?"

Azzam mengubah posisi tidurnya menjadi bersandar pada kepala ranjang. "Tanya apa?"

"Emm...kamu masih cinta sama Symponi?"

Azzam tampak tak suka dengan topik pembicaraan ini. Rahangnya langsung mengeras. "Kamu nggak lagi cari-cari bahan buat ribut kan? Ini udah malam, Melati. Orang tua aku sudah tidur. Aku malas jika harus beradu kata denganmu"

Melati mengacak ujung selimutnya kuat. Apa yang dia rasakan memang benar, Azzam berubah.

"Aku nggak maksud ngajak kamu ribut, pah tapi-"

"Tapi apa? Dengan kamu mengungkit masa lalu aku itu sama aja kamu ngajak aku ribut tau nggak!"

"Iya aku tau kalau topik kita ini tuh sensitif ditelinga kamu. Tapi maksud aku-"

"Kalau kamu sudah tau kenapa masih dibahas, hah! Kurang kerjaan kamu, iya"

"Pah! Kamu kenapa jadi kasar gitu sih ngomongnya sama aku?" Melati mulai terpancing.

"Aku nggak bakalan ngomong gini kalau kamu yang nggak mulai duluan. Kamu tau aku nggak suka kamu bahas lagi soal Symponi tapi kenapa kamu nggak pernah dengerin aku sih!"

"Itu karena aku takut. Perubahan sikap kamu ke aku selama sebulan ini bikin aku takut, pah!"

"Takut apa?"

"Aku takut kamu ninggalin aku dan kembali dengan Symponi"

Azzam tertawa sinis, "kamu ini lucu, aku suami kamu sekarang, milik kamu. Apa yang ditakutkan sih! Sudahlah aku ngantuk, mau tidur. Lebih baik kamu tidur daripada memikirkan hal yang tidak-tidak. Ingat kamu sedang msngandung" setelah mengucapkan itu Azzam kembali berbaring dan menarik selimutnya.

Melati juga ikut berbaring tapi dia mengambil posisi memunggungi Azzam, hatinya merasa sangat sakit saat ini, Azzam tak memikirkan bagaimana perasaannya sekarang. Bahkan butiran air matanya sudah menetes tak tertahan lagi. Malam ini Melati kembali menangis.
.
.
.

"Sayang, kamu jadi pergi?" Wajah Diva sudah tampak segar, terlihat sekali jika lelaki itu baru saja menyelesaikan mandinya. Buktinya ada butiran air yang menetes diujung rambutnya.

"Iya jadi. Nanti aku berangkatnya sendiri" Symponi menopang dagunya dengan kedua tangan. Sesi video call nya dengan Diva pagi ini memang tidak biasa karena Symponi akan pamit pergi ke rumah kerabatnya yang ada di Kota Rantau. Dua jam perjalanan jika dari kota tempat tinggal Symponi.

"Loh, kenapa? Melodi nggak jadi ikut?" Sejenak Diva menghilang dari layar. Lelaki itu sedang mengenakan kemejanya. Setengah jam lagi dia akan berangkat berkerja.

"Nggak jadi. Tiba-tiba dia ada tugas yang nggak bisa ditinggalin" Symponi tersenyum saat Diva kembali menghilang dari layar ponselnya.

"Aku khawatir, yang. Kamu nggak naik travel aja gitu? Aku takut kamu nyetir sendiri selama dua jam" Diva kembali muncul dengan pakain rapinya, berbeda dengan tadi hanya yang hanya memakai kaos dan celana pendek.

"Aku udah biasa, sayang. Nggak usah khawatir ya"

"Iya deh. Tapi janji kalau kamu capek harus istirahat dulu dan kasih kabar ke aku, oke?"

"Oke, boss ku"

"Ya udah, kamu siap-siap. Nanti sore aku akan ke Rantau juga buat ketemu kamu."

"Iyaaa. Dadah"

"Dadah, sayang. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Symponi mematika sesi video callnya dengan Diva. Lalu mulai bersiap untuk pergi. Kali ini mungkin dia akan menginap disana, agar bisa lebih lama bersama Diva.
.
.
.
"Capek?" Diva menyeka keringat yang ada di dahi Symponi.

"Lumayan, pinggang aku pegel" Symponi melakukan gerakan gerakan kecil untuk meregangkan otot pinggangnya.

"Kasian banget sayangnya aku. Mau dipijit?"

Symponi terkekeh, "baik banget sih sayangnya aku ini"

"Baru tau ya?"

Symponi mengangguk, "baru tau kalau ternyata kamu itu gemesin kalau lagi sok perhatian gini"

Diva tertawa kecil, dia menarik tangan Symponi dan menciumnya berkali-kali.

"Kamu tadi lagi nggak sibuk kan?"

"Enggak ko. Oya, mama aku mau ketemu sama kamu, yang. Kapan kamu siapnya?"

Symponi terkejut, "ketemu?"

"Iya. Mau liat calon menantu katanya"

"Kamu ceriya soal aku?"

"Yup, bahkan dari awal kita ketemu dulu mama sudah tau"

"Mama kamu nggak marah?"

"Kenapa harus marah sih, sayang?"

"Kali aja, aku kan pernah..."

Diva tertawa, "pernah apa? Depresi? Ya Allah, sayang. Kamu mikirnya apa sih?" Diva mencubit pipi Symponi, "mama aku malah nggak sabar mau ketemu kamu"

"Serius nggak apa-apa?"

"Iyaa... kamu nggak percaya sama aku?"

Symponi menggeleng, "percaya kamu ntar mushrik" Symponi tertawa.

"Bisa ngelucu kamu ya"

"Baru tau kamu"

Diva terkekeh. Saat ini hatinya tengah berbunga-bunga. Dia tak menyangka jika ternyata Symponi membalas perasaannya. Awal mereka bertemu dia melihat Symponi yang menyedihkan tapi sekarang dia bisa melihat senyum itu terus mengembang dari bibir Symponi. Rasa cintanya sederhana, dia hanya ingin Symponi terus bahagia.
.
.
.

Bisa Update lagi... ^^
Pengen cepat kelarin cerita ini, biar bisa nulis cerita yang baru lagi ^^
Makasih buat yg sudah mampir dan meluangkan waktu untuk klik tanda ☆ dan kasih komennya.. kaliaann luaar biasa...

Banjarbaru, 3 Mei 18

Symponi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang