Bagian 8 ( Symponi yang indah )

10.6K 998 31
                                    

Maafkan jika ada typo ^^

"Dan ku terus mencintaimu
Engkau terus melupakanku"

Melodi semakin cepat melangkah saat dirinya melihat Symponi yang sedang duduk di kursi taman sendirian. Wajah sang kaka masih sama seperti seminggu yang lalu, saat terakhir kali mereka bertemu. Terlihat murung dan sedih.

Sesampainya di sana, Melodi langsung mengambil duduk tepat di samping Symponi.

Symponi yang semula sedang melamun, kini mengarahkan pandangannya ke samping. Sebuah garis lengkung kecil langsung tercipta begitu dia tahu bahwa adiknya Melodi lah yang datang.

Melodi sempat terkejut tapi kemudian dia memilih untuk memeluk Symponi erat. Dia begitu merindukan sosok hangat yang ada dipelukannya ini.

"Kaka, cepat sembuh, cepat pulang. Melodi kangen" ungkapnya lirih.

Tangan Symponi terulur untuk mengelus lembut bahu Melodi. Walau tak berkata apapun tapi Melodi tahu bahwa kakanya ini sudah jauh lebih baik dari minggu lalu.

Ada senyuman kecil dan sebuah pelukan hangat dari Symponi yang begitu dia rindukan. Hanya ini tapi bisa membuat Melodi begitu banyak mengucap syukur.

Saat ini yang menjadi fokus dia dan keluarga adalah kesembuhan Symponi. Tak ada hal lain yang dia minta, hanya kesembuhan Symponi.

Setelah pelukan hangat itu terlepas, Melodi menatap jauh ke dalam manik mata Symponi. Di sana masih ada kesedihan yang besar dan rasa kecewa yang dalam. Walau kejadian itu sudah terjadi lebih dari satu bulan yang lalu.

Bahkan dari kabar yang diterimanya, 2 orang pengkhianat itu akan segera menikah 2 bulan lagi.

Melodi sempat bertemu dengan Azzam di kampusnya dan lelaki tampan itupun mendapat sebuah tamparan keras dipipinya saat masih dengan santainya bertanya kabar tentang Symponi padanya.

Tak ada balasan, karena Azzam tau bahwa itu adalah bentuk kekecewaan Melodi padanya dan dia bisa menerima itu.

"Abi dan umi kemana, de?"

Pertanyaan pertama sejak Symponi memilih untuk diam satu bulan yang lalu.

Melodi mencoba sebiasa mungkin tersenyum dan menyembunyikan rasa harunya di dalam hati, dia juga kembali bersyukur akan keadaan Symponi saat ini.

Satu senyuman lebar Melodi berikan pada Symponi, "abi dan umi ada di rumah kak. Umi lagi ga enak badan" jawab Melodi.

"Umi sakit?" Wajah Symponi terlihat begitu khawatir.

"Cuman masuk angin. Kemarin seharian nemenin abi mancing"

Symponi mengangguk, "bilang sama umi dan abi, kakak kangen"

Melodi kembali memeluk Symponi dari samping, "besok besok kalau umi udah sehat, pasti aku ajak ke sini kak. Mereka juga kangen banget sama kakak"

"Oya kak-" Melodi mengambil sesuatu yang tadi dibawanya, "ini biola kakak. Kalau kakak bosan, kakak bisa main ini"

Symponi tersenyum ketika melihat kotak biolanya yang diberikan oleh Melodi. Sudah hampir 2 bulan benda yang mengeluarkan suara indah itu tak dia sentuh. Tiba-tiba rasa rindu ketika memainkan benda itu terasa sangat besar.

"Coba mainkan kak. Melodi kangen permainan kakak"

Symponi membuka kotak itu lalu mengambil biolanya. Benda ini begitu banyak menyimpan kenangan untuk Symponi, khususnya kenangannya bersama Azzam.

"Nanti ya de. Kakak masih belum siap" ucap Symponi sambil menutup kembali kotak itu.

Melodi tersenyum, dia bisa mengerti kenapa sang kakak masih belum siap untuk memainkannya.

"Gimana kabar Mas Azzam?"

Senyuman Melodi hilang dan berganti dengan raut penuh kebencian.

"Melodi kira dia baik, lagian ga ada gunanya kakak tau kabar dia" jawabnya sarkas.

Symponi mencoba tersenyum, "syukurlah kalau dia baik-baik saja" Symponi memandang langit dan menghirup banyak udara dari hidungnya. Mendengar kabar bahwa Azzam baik-baik saja membuat sebagian hatinya merasa senang tapi sebagian lagi sakit karena ternyata laki-laki itu bisa hidup bahagia tanpanya. Tidak seperti dirinya yang berakhir menyedihkan, seperti sekarang.

Diam-diam Melodi menatap kasian pada kakaknya, coba lihat, kurang baik apa kakanya ini. Bahkan walaupun sudah disakiti begitu dalam tapi tetap menanyakan kabarnya. Hanya lelaki tolol seperti Azzam yang tak bisa melihat semua itu.

"Kakak masih cinta sama dia?"

Pandangan mata Symponi menerawang ke depan kini menatap Melodi kemudian dia tersenyum getir, "siapa yang bisa melupakan orang yang sudah hidup di sini-" Symponi menunjuk dadanya, "selama bertahun tahun dalam hitungan bulan. Kakak masih belum bisa"

"Walau dia udah nyakitin kakak, mengkhianati kakak, ninggalin kakak dan buat kakak malu. Iya kak?"

Symponi menahan tangisnya, "dia berharga de buat kakak. Kenangan dia masih ada di kepala kakak. Kakak harus bagaimana? Apa kakak harus hilang ingatan dulu supaya bisa melupakan dia?"

Melodi tak tahan lagi, dia memeluk tubuh Symponi dan menangis, "lupain dia kak. Melodi mohon"

Akhirnya Symponi menanagis. Melodi tahu itu, kakak nya sudah lama memendam rasa sedihnya, malunya dan sakitnya sendiri tanpa mau menceritakan semuanya padanya. Melodi juga tahu jika dengan air mata, mungkin bisa membuat hati sang kakak sedikit lega.

"Melodi siap melakukan apa aja asal kakak kembali seperti dulu jadi sekarang berjuang lah kak"

Symponi terdiam dalam tangisnya. Semua kejadian, rasa sakit, rasa malu dan kecewa yang berat masih terus menghantuinya. Dia tak bisa lupa akan hari itu. Hari dimana semua kebahagiaannya berubah menjadi kesediahan.
.
.
.

Sejak setengah jam yang lalu Melodi sudah pergi dan Symponi masih berada di taman ini sendirian, matanya menatap kosong ke arah depan. Bagaimana dia akan melanjutkan hidup jika terus begini? Apakah kebahagiaan akan kembali datang padanya.

Symponi membuka kotak biolanya lalu tangannya mengusap permukaan halus dari biola itu. Disini juga banyak kenangan Azzam yang tersimpan apik. Biola ini yang membawanya pada pertemuan pertama mereka. Symponi mengambil biola itu dan meletakannya di atara bahu dan kepalanya. Tangan satunya sudah siap untuk menggesek senar dari biola itu.

Seketika alunan musik yang terdengar sedih keluar dari benda itu. Symponi memejamkan matanya untuk menghayati lagu yang dia mainkan.

Ada sepasang mata yang melihatnya dari jauh. Mata yang penuh cinta itu merasakan kesedihan dari Symponi. Dia tahu bahwa lagu itu pasti perwakilan dari rasa sedihnya Symponi.

Walau alunan musik itu terdengar indah tapi ada rasa sakit dari sang pemain yang ingin dia sampaikan.

Symponi yang indah untuk sebuah hati yang terluka.

"Semoga suatu saat kamu bisa melupakannya dan izinkan aku untuk mengantikan dia yang telah pergi meninggalkanmu"

***

Alhamdulillah kelar juga nulisnyaaa...
Niatnya mau besok atau lusa Up nya tapi ko ga tega juga. Akhirnya aku kebut deh nulisnya..semoga tak msngecewakan yaa^^

Banjarbaru, 30 Jan 18

"

Symponi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang