Bagian 17 ( Sang Penggoda *alasan Azzam)

13.3K 1K 54
                                    

Maaf kalau ada typo ya ^^

"Apa 10 menit bisa kita gunakan untuk bicara?" Tanya Azzam tiba-tiba.

Alis Symponi terangkat, "bicara?"

"He'em"

Symponi merapikan ujung dress saat dirinya mengikuti Azzam untuk duduk di sebuah kursi.

"Jadi?"

Azzam berdehem untuk memulai apa yang ingin dia katakan, "maaf" ucapnya yang terdengar lirih ditelinga Symponi.

"Kalau maksud kamu 'maaf' itu untuk kejadian beberapa bulan lalu, aku rasa sudah terlambat dan lagi itu sudah tidak penting lagi untukku"

Azzam menatap Symponi, wanita itu tetap terlihat biasa saja, tidak ada emosi yang terlihat seperti waktu lalu. Saat mereka bertemu di kampus.

"Benarkah itu sudah berlalu begitu saja. Aku tahu bahwa kamu sempat-" Azzam tiba-tiba terdiam.

"Depresi?" Symponi tertawa kecil. "Itu sudah berlalu, Azzam. Lebih baik kamu lupakan saja"

"Tapi apa kamu tak mau mendengar apa yang menjadi alasanku?" Ucap Azzam.

Symponi balas menatap Azzam, "apa itu masih berpengaruh jika kau mengatakannya sekarang?"

"Aku rasa kamu harus mengetahuinya, Symponi-"

"Untuk apa? Katakan?" Emosi yang susah payah dikontrol oleh Symponi mulai tidak bisa dikontrol.

"Aku tahu saat kamu menemui ku di kampus waktu itu kamu ingin tahu apa alasannya kan?"

Symponi terkekeh, "aku rasa kamu lupa. Waktu itu kamu sudah mengatakan jika semua yang menjadi alasanmu sudah jelas kamu tulis dalam suratmu waktu itu. Aku benar kan?"

Azzam terkejut, Symponi benar. Dia pernah mengatakan hal itu padanya, dulu.

"Tapi-. Itu bukanlah alasan yang sebenarnya" Azzam menunduk.

Symponi tersenyum sinis, "aku nggak tau apa yang menjadi alasannu untuk mengatakan semuanya padaku hari ini. Tapi kalau boleh aku akan memberimu saran. Jaga dengan baik Melati dan calon anak kalian. Mereka butuh kamu" Symponi beranjak dari duduknya.

Kepala Azzam terangkat, "Melati hamil saat itu. Aku nggak punya pilihan selain meninggalkanmu dan memilihnya"

Gerakan Symponi terhenti, dia berbalik dan kembali menatap Azzam, lelaki yang pernah mengisi hatinya selama lima tahun. Saat ini dia tahu bahwa ternyata rasa cintanya pada Azzam sudah jauh berkurang atau mungkin telah habis tak bersisa. Buktinya saat ini hatinya tidak lagi bergetar ketika melihat tatapan memelas itu.

"Apapun alasannya itu sudah terlambat. Kalian bisa berbahagia sekarang" kali ini Symponi tersenyum.

Hati Azzam terasa bergetar, tiba-tiba dia menyadari sesuatu bahwa ternyata hatinya masih milik Symponi, sama seperti dulu.

"Apa bisa kita kembali bersama jika seandainya aku sudah tidak lagi bersama Melati?"

Saat Symponi akan menjawab, tiba-tiba saja Diva datang.

"Masih lama?" Tannya polos.

Symponi langsung tersenyum lebar. "Tidak, sudah selesai"

Tangan Diva melingkari pinggang Symponi, "kalau begitu ayo kita pergi" ajaknya dan Symponi mengikuti langkah Diva.

"Symponi, kamu belum menjawab pertanyaanku" ucap Azzam dan itu sukses membuat langkah Symponi terhenti. Tubuhnya berbalik dan dia meninggalkan Diva disana.

Kakinya mendekat ke arah Azzam, lelaki itu tersenyum ke arah Symponi tapi saat mereka berhadapan, satu tamparan mendarat di pipi Azzam.

Plak!

"Maaf, seharusnya aku melakukannya sejak dulu tapi baru hari ini aku sadar, lelaki seperti apa yang pernah aku cintai dulu. Aku harap kamu bisa tahu jawabanku sekarang" setelah mengatakan itu, Symponi meninggalkan Azzam yang masih terpaku ditempat.

Saat ini dia menyadari satu hal, bahwa Symponi telah berubah.
.
.
.

Diva mengenggam jemari Symponi erat. Saat langkahnya terhenti, Symponi langsung memeluk tubuh Diva erat, "aku mau memeluk kamu, lama. Apa boleh?" Pintanya.

Diva tersenyum, "tentu, tapi kita harus pergi dari sini karena aku tak mau menjadi tontonan"

Symponi melepaskan pelukannya dan baru menyadari bahwa ternyata mereka masih berada di mall.

"Ayo ikut" Diva kembali menggandeng tangan Symponi.

Setelah 10 menit perjalanan mereka berdua sampai di sebuah taman, disini cukup sepi, cocok untuk menenangkan pikiran.

"Jadi, apa kamu cerita tentang apa yang terjadi tadi?" Tanya Diva.

Symponi menyandarkan kepalanya pada bahu Diva.

"Dia mengatakan alasan kenapa dia meninggalkanku" jawab Symponi lirih.

"Lalu, apa kamu akan kembali padanya?"

Symponi mengangkat kepalanya dan mata mereka bertemu, saling mengunci untuk beberapa saat sebelum Diva memutusnya, "aku nggak akan kembali pada laki-laki seperti Azzam karena aku-"

Diva kembali menatap Symponi, "karena apa?"

"Karena aku sudah punya kamu. Kamu adalah yang special sekarang"

Diva tersenyum, "apa boleh aku merasa senang?"

Symponi tertawa, lalu tangannya mencubit hidung mancung milik Diva, "apa masih perlu bertanya, heem?"

Tangan Diva terulur untuk memeluk Symponi, "aku sayang kamu"

"Aku juga"

"Bagaimana kalau kita mencari sesuatu yang bisa mengganjal perut? Aku lapar, sayang"

Symponi tersenyum lalu mengangguk, "baiklah, ayo kita pergi"
.
.
.

Sepanjang perjalanan pulang Azzam terus saja memikirkan semua kata-kata Symponi.

"Maaf, seharusnya aku melakukannya sejak dulu tapi baru hari ini aku sadar, lelaki seperti apa yang pernah aku cintai dulu. Aku harap kamu bisa tahu jawabanku sekarang"

Kata-kata itu seperti kaset rusak yang terus berputar di kepalanya.

Apa baru sekarang dirinya merasa menyesal?
Apa baru sekarang dirinya menyadari bahwa ternyata Melati tak lebih hanya 'sang penggoda' baginya?
Cinta sesaat yang datang disaat dirinya sedang bosan.
Cinta yang hanya diisi oleh nafsu.

Lalu apakah cinta seperti ini yang dia inginkan? Jawabnya tentu tidak. Azzam baru menyadari jika sekarang bukan Symponi yang kehilangan dirinya tapi dirinya lah yang kehilangan Symponi.
.
.
.
Play list ini kayaknya cocok ya^^

Kalau play list kamu?

Banjarbaru, 25 April 18

Symponi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang