Maaf jika ada typo ya.^^
Diva sampai lebih cepat di rumah Symponi. Bahkan saking tidak sabarnya, kakinya beberapa kali menabrak benda-benda disekitarnya.
"dr. Diva, mari masuk" ucap Melodi, dia sengaja menunggu kedatangan Diva diteras rumahnya.
"Maaf, saya buru-buru jadi tidak membawa perlengkapan apa-apa" Diva mengikuti langkah Melodi dari belakang, hingga mereka sampai di depan kamar Symponi.
"Silakan masuk, dok" ucap Melodi.
Diva mengangguk dan membuka knop pintu, begitu terbuka, yang pertama dilihatnya adalah Symponi yang tengah duduk di kursi depan jendela kamarnya.
"Symponi ...." panggil Diva.
Symponi mengenali suara itu dan dia juga tahu bahwa Diva datang. Dia bisa melihat pantulan Diva dari jendela kamarnya.
Merasa tak ada respon, Diva berjalan mendekat. Lelaki itu duduk berjongkok di depan Symponi.
Melihat dalam ke dalam mata yang penuh kesedihan itu sekali lagi. Diva tahu bahwa Symponi kembali tenggelam dalam kesedihannya.
"Kamu mau menceritakannya padaku?" Tanya Diva.
Symponi mengalihkan padangannya pada Diva, seakan mendapat air ketika dipadang pasir, Symponi menghambur ke dalam pelukan Diva. Ntah magnet apa ada pada diri Diva saat ini, yang pasti saat melihat wajah yang teduh itu, Symponi merasa nyaman.
Sedangkan Diva masih terperangah karena terkejut.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Diva setelah Symponi memeluknya beberapa saat.
Dalam pelukannya Symponi menggeleng.
"Baiklah, bagaimana posisi yang nyaman untuk kita bicara?"
Symponi mengerti, dia melepaskan pelukannya pada Diva. Ada air mata yang keluar dari kedua sudut matanya.
"Mau ikut aku kesuatu tempat?" Tawar Diva dan Symponi langsung mengangguk.
"Baiklah, aku akan izin pada orang tuamu dulu."
Setelah meminta izin pada Salamah dan Fuad, akhirnya Symponi ikut bersama Diva naik motor sportnya.
Posisi Symponi yang berada di belakangnya membuat Diva melajukan motornya dengan pelan.
Setelah setengah jam berkendara, mereka sampai di sebuah bukit. Ada terdapat sebuah pondok kecil disana.
Mereka berjalan beriringan menuju pondok itu. Begitu Diva mengambil posisi duduk, Symponi mengikutinya dengan duduk di sampingnya."Kamu ketemu sama dia?" Tanya Diva memulai.
Symponi melihat ke arah Diva sejenak lalu kembali menatap ke depan, tepat ke hamparan pohon di bawah sana yang terlihat rindang.
"Dia bahagia bersama Melati" jawab Symponi. Ada rasa sakit yang tertahan saat dia mengucapkan kalimat itu.
"Lalu?"
"Aku tak tau kenapa senyumnya masih begitu berpengaruh pada hatiku. Dia disana seolah-seolah sedang mengejekku yang sedang merasakan sakit disini." Air mata Symponi menetes.
"Kalau memang benar dia bahagia, kenapa kamu bersedih? Cinta memang tak seharusnya menyakiti tapi cinta juga berhak memilih. Aku bukan membenarkan tindakan Azzam tapi kamu harus mengambil sisi positif dari semuanya. Tidak semua luka itu menghancurkan tapi kadang ada luka yang akan membawa kamu untuk lebih bahagia. Jika bukan dengan dia, mungkin dengan orang lain. Tidak sekarang, mungkin nanti. Aku tak pantas untuk menempatkan diriku diposisi kamu karena kita berbeda. kami laki-laki menggunakan logika sedangkan perempuan menggunakan hati. Karena wanita itu lembut dan rapuh. Tapi Symponi, jika kamu ingin bahagia. Belajarlah untuk ikhlas. Merelakan emas pergi untuk mendapatkan berlian kurasa tak apa" ntah kenapa kali ini Diva lebih tegas pada Symponi. Dia ingin Symponi sadar.
"Maaf ...." ucap Diva setelah beberapa menit Symponi tak merespon ucapannya.
Symponi merasa tertampar dengan kata-kata Diva. Dia menggigit bibir bawahnya karena menahan tangisnya.
Diva memalingkan wajahnya dan melihat bahu Symponi yang bergetar. Direngkuhnya Symponi kedalam pelukannya. Mengusap bahu yang bergetar itu berulang-ulang agar Symponi menjadi lebih tenang.
"A ...aku merasa sangat bodoh saat ini. Aku yang menangis menahan sakit tapi mereka tertawa bahagia. Aku memang belum bisa merelakannya sampai-sampai hati ini sulit untuk bisa bahagia saat melihatnya tersenyum. Sesulit itu kah arti ikhlas?"
Diva sekali lagi mengusap bahu Symponi lembut. Dia tahu jika saat ini Symponi tengah meluapkan apa yang dia rasakan.
"Aku mencintainya bertahun-tahun jadi untuk melupakannya aku rasa tidak bisa semudah itu"
Diva tak tahan ingin menyela, "kalau begitu beri seseorang kesempatan untuk berada dibagian hatimu yang lain. Biarkan seseorang itu perlahan menyembuhkan luka dengan cintanya."
Symponi mengangkat kepalanya hingga matanya bertemu dengan mata milik Diva.
"Apa maksud kamu?"
"Beri seseorang kesempatan. Kamu perlu merasakan cinta yang lain. Mungkin saja dia akan bisa menyembuhkan luka hati kamu, Symponi"
Symponi melepaskan pelukannya dan menatap dalam ke mata Diva.
"Siapa orang itu?"
Diva salah tingkah dibuatnya.
"Apa kamu orangnya?"
Diva menundukan wajahnya. Dia tak siap jika harus mendengar penolakan dari Symponi sekarang tapi jelas-jelas dia lah yang memulai semuanya.
"Aku tak mau jika dianggap sebagai mengambil kesempatan disaat pikiran kamu kacau seperti sekarang"
"Jadi benar kamu orangnya?"
"Aku akan menunggu saat semuanya sudah lebih baik"
"Kamu menyukai ku?"
"Bukan sekarang waktunya Symponi. Kamu perlu memikirkan semuanya baik-baik" oke sekarang aku seperti orang yang tidak punya pendirian, jelas-jelas akulah yang meminta kesempatan sekarang tapi malah minta Symponi memikirkannya lagi.
"Jadi beneran kamu. Kamu menyukai ku? Sejak kapan? Katakan Diva!" wajah Symponi terlihat frustasi dari sebelumnya.
"Tarik nafas Symponi, hembuskan perlahan. Tenangkan dulu pikiran kamu, baru kita akan bahas soal ini, oke"
Symponi menggeleng kuat, dia harus memastikan perasaan orang yang ada di hadapannya saat ini. Symponi tak ingin semuanya tak pasti.
Setelah mengikuti saran Diva, Symponi menormalkan kembali debaran jantungnya yang sempat melaju.
"Jadi sejak kapan?"
"Sejak pertama kali aku melihat kamu"
"Aku bukan wanita yang tepat"
"Tepat tidaknya itu bukan kamu yang menilai, tapi aku"
"Aku pernah mengalami depresi, bahkan sampai sekarang masih"
"Aku tahu"
"Aku wanita yang gagal move on"
"Itu hanya masalah waktu" jawab Diva.
"Aku... aku masih menyimpan nama Azzam di sini-" Symponi menunjuk dadanya.
"Aku tahu dan itu akan lama jika kamu tak mau berjuang bersamaku untuk menghapus nama itu"
"Aku...aku... takut" Symponi menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Aku akan menjaga kamu, menyembuhkanmu, Symponi" Diva melepas tangan yang menutupi wajah Symponi lalu digenggamnya erat tangan itu.
"Aku wanita yang banyak kurangnya, Diva. Kamu bisa mencari wanita yang jauh lebih baik daripada aku."
Diva menggeleng, "berikan aku kesempatan untuk berada disamping kamu bukan sebagai dokter tapi sebagai orang yang akan melindungi kamu."
.
.
.Ahhh... kelar juga nulis part ini walau body capek..
Oya, untuk MCM aku masih belum bisa Up ya.. sabar ya menunggu moodku kembali ^^Banjarbaru, 6 April 18
![](https://img.wattpad.com/cover/123251614-288-k724517.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Symponi (SELESAI)
RomanceDitinggalkan dan dikhianati. itu yang yang dialami oleh Symponi Cahaya Dhuha. Tepat dihari pernikahannya, saat para undangan sudah hadir Symponi mendapat surat yang berisi tentang sebuah pengakuan dan permintaan maaf dari tunangan dan sepupunya. Ha...