Bagian 18 ( Teman Bahagia )

12.6K 966 36
                                    

Pernah dengar lagu 'Teman Bahagia' kan. Itu yang menceritakan tentang bagaimana sepasang kekasih yang menjalani hubungan jarak jauh. Symponi dan Diva sedang menjalankan LDR sekarang. Lagu yang dulunya dinikmati Symponi sebagai hiburan saja, sekarang berubah menjadi penuh arti.

Hubungan jarak jauhnya dengan Diva ternyata tak bisa berjalan semulus yang dia bayangkan. Faktor kurangnya komunikasi kadang bisa membuat Symponi menjadi wanita ngambekan, gampang merajuk jika Diva melewatkan janjinya untuk menelepon.

"Jadi, kamu nggak bisa datang?"

Terdengar suara Diva menghela nafasnya. "Bukan tidak mau menepati janji, sayang tapi karena ada pasien baru yang butuh penangangan ekstra" jelasnya.

Symponi begitu mengerti perkerjaan Diva, bukan hanya bentuk dukungannya terhadap Diva saja tapi Symponi begitu mengerti bagaimana lingkungan kerja Diva, dirinya pernah jadi bagian dari mereka.

"Iya sudah, nggak apa-apa. Kamu jangan sampe lupa makan ya"

Seandainya Symponi berada di dekatnya, pasti dia bisa melihat bagaimana senyum manis Diva tercipta ketika mendengar secuil perhatian dari Symponi. "Terimakasih, sayang"

"Ya, sudah kamu kerja lagi sana. Assalamulaaikum"

"Iya, sayang. Waalaikumsalam"

Setelah meletakan ponselnya di atas meja. Pikirannya melayang pada kejadian satu bulan yang lalu, saat dirinya menampar pipi Azzam. Jujur saat itu Symponi merasa sangat kesal dibuatnya. Azzam dengan mudahnya meminta maaf setelah apa yang dia lalui selama ini. Lalaki itu hanya ingin enaknya saja, bahkan dia berniat untuk meninggalkan Melati nantinya. Jelas Symponi tak mau menjadi penyebab Azzam meninggalkan Melati. Bahkan rasa sayangnya pada Azzam saja sudah hilang.

"Ya sudalah, buat apa aku memikirkannya lagi. Bikin kesal aja" gumam Symponi.

Hari ini jika Diva tidak bisa datang menghabiskan weekend bersamanya, berarti Symponi harus bisa menghabiskan waktunya sendiri atau lebih baik dia pergi nonton bersama Melodi, adiknya.
.
.
.

Seperti rencananya tadi, Symponi pergi bersama Melodi ke mall terdekat untuk menonton. Sudah lebih dari 2 jam mereka menghabiskan waktu di mall itu. Saat dirinya akan masuk ke salah satu store yang menjual aksesoris, Melodi melihat Azzam bersama Melati ada didalamnya. Dengan cepat mereka menghindar sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Ini nih nggak enaknya satu kota sama para pengkhianat itu. Kemana-mana ketemu muluk" Melodi mendengus.

Symponi terkekeh, "udah ah, nggak usah ngomong yang nggak baik gitu. Lebih baik kita pergi aja daripada nanti tensi kamu tambah naik" Symponi menggapit tangan Melodi dan membawanya menjauh.

"Kaka beneran udah lupain dia kan?" Tanya Melodi penuh selidik.

Lagi-lagi Symponi terkekeh, "iya. Kenapa, kamu nggak percaya sama kaka?"

"Ya, kali aja. Aku beneran benci ka sama pasangan itu. Denger namanya aja aku enek, apalagi sampe ketemu iiyuuueehh" Melodi bergidik.

"Hush! apa sih ngomongnya gitu. Ingat pesan abi sama umi kan. Jangan pernah membenci orang terlalu berlebihan" ucap Symponi.

"Iya ingat. Kaka juga harus ingat kalau jangan mencintai orang terlalu berlebihan, nanti kaka tau sendiri akibatnya"

Alih-alih tersinggung, Symponi malah tertawa dan mecubit pipi Melodi gemas, "kamu mau ngolokin kaka, heem? Iya?"

"Apa sih, kaka! Aku nggak maksud ko"

"Hayoo ngaku...ngaku..." Melodi tertawa dibuatnya.

"Iya, aku ngaku. Emang mau ngefekin kaka"

Symponi merangkul bahu Melodi, "ayo lah kita pulang. Kaka kangen umi"

Melodi memcibir, "kayak yang nggak ketemu puluhan tahun aja deh. Lebay!"
.
.
.

Sesampainya di rumah, Symponi dikejutkan oleh keberadaan seseorang yang tangah duduk santai di ruang tamunya. "Loh? Bukannya kamu lagi sibuk?" Tanya Symponi langsung.

Salamah tersenyum, "dimana-mana kalau masuk rumah itu ngucap salam dulu, sayang. Ko ini malah kepoin Diva"

"Eh, maaf, umi. Assalamualaikum"

"Waalikumsalam"

Dengan tidak sabar, Symponi duduk di samping Diva. "Katanya sibuk?"

"Tadi sih iya, sekarang sudah enggak"

"Kamu nggak pake motor?"

"Nggak, tadi disana lagi hujan jadi bawa mobil abah"

Symponi mengangguk, "pantes aku nggak tahu kamu datang. Udah makan?"

"Belum"

"Ko?"

"Mau ditemenin sama pacar"

Symponi terkekeh, "apaan sih. Ya udah kita pergi makan yuk?"

Dengan cepat Diva mengangguk.

"Aku izin sama umi dulu ya?"
.
.
.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Symponi mengobrol ringan dengan Diva. Sesekali mereka tertawa dan dengan perhatian Diva merapikan anak rambut yang menutup sebagian wajah Symponi.

"Makanannya udah datang"

"Heem, kayaknya enak banget nih. Ada ayam tepung dan capcay goreng" semua kesukaan Diva.

Symponi dan Diva menyantap makan malam mereka dengan lahap. Sesekali Diva menyuapkan Symponi capcay gorengnya. Tanpa mereka sadari jika ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka. Azzam dan Melati juga berada disana saat ini. Interaksi keduanya begitu menarik perhatian Azzam. Ada rasa panas yang tiba-tiba menjalar didadanya. Dia jelas cemburu melihat senyum Symponi yang ditunjukan pada Diva.

"Makan aja nasi yang ada di depan kamu, pah" ucap Melati mengingatkan.

Azzam tersentak dan tangannya langsung meraih sendok lalu menyuapnya tapi matanya masih terus melihat ke arah Symponi.

Melati sudah merasakan perubaham sikap Azzam selama satu bulan terakhir. Sekarang Melati tahu jika ternyata semua itu karena suaminya masih memikirkan Symponi.

Selesai makan, Diva menyapukan tisu ke sela bibir Symponi. Lelaki itu sangat perhatian dan lembut. Symponi jatuh cinta dibuatnya.

"Sebenarnya aku mau kita nggak LDR an kayak gini, yang. Cuman mau bagaimana lagi" ucap Diva.

Symponi meraih tangan Diva dan mengenggam tangannya erat. "Kamu harus percaya sama aku"

Diva tersenyum, "aku percaya sama kamu, yang. Tapi yang bikin aku nggak kuat adalah rasa kangen aku sama kamu. Kalau lagi banyak pasien, aku harus menunda waktu bertemu kamu"

"Heem, cuman bentar ko. Kamu kam tiap weekend datang kesini buat habiskan waktu sama aku"

Diva menggaruk tengkuknya, "iya juga sih"

"Ya udah sih, kita nikmati aja dulu ya kan"

"Ehem, tapi misalnya kalau kita naikan status hubungan kita, gimana?"

Symponi terkejut. Bukan dia tak senang tapi tiba-tiba saja ada sebuah perasaan yang menyerangnya. Dia takut, takut akan sebuah kata 'kehilangan'.

Diva melihat perubahan air muka Symponi, dia mengenggan jemari Symponi lebih erat lagi. "Kalau kamu merasa belum siap. Aku bisa menunggu. Jangan jadikan pertanyaan aku tadi sebagai beban kamu, sayang. Aku mau kita menjalani hubungan ini dengan perasaan bahagia"

Perasaan Symponi merasa tenang sekarang. Diva benar-benar mengerti dirinya. "Maaf ya, sayang. Tapi aku janji akan memikirkannya lagi"

"Janji jangan buat ini jadi sebuah beban. Kita ini kan teman bahagia"

Symponi tersenyum, "kamu bisa aja"
.
.
.

Malam buat yang nunggu Diva ^^
Semoga suka sama part ini ya..
Putar dulu playlist ini...

Banjarbaru, 1 Mei 18

Symponi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang