Maafkan jika ada typo yaa.^^
Diva berjalan mendekati Symponi yang tengah melamun di depan kamarnya. Hari ini adalah pagi kedua dirinya melihat seorang bidadari pagi yang diselimuti oleh kesedihan itu menatap kosong pada taman di depannya.
Wajah itu, mata itu dan bibir itu, masih sama. Diam tak bergerak ketika orang lain mengajaknya bicara.
Diva mengambil posisi duduk berhadapan dengan Symponi, ada rasa yang tak pernah ada sebelumnya, di dadanya ada sebuah getaran yang kencang namun menggembirakan ketika berdekatan dengan wanita ini.
Kali ini Diva berkesimpulan sendiri atas rasa itu, bahwa ini adalah sebuah rasa simpati kepada Symponi. Tapi hati kecilnya menjerit berbeda, ini bukan simpati tapi jatuh hati. Ah, mungkin saja itu benar. Diva telah jatuh hati pada wanita cantik ini.
"Selamat pagi, Symponi" sapa Diva sambil meraih tangan Symponi dan mengenggamnya lembut.
Kali ini ada respon dari Symponi, dia menarik pelan tangannya dari genggaman Diva. Diva yang sempat tersentak kaget langsung menatap mata Symponi tapi mata itu masih sama, memandang lurus ke depan.
Diva buru-buru mencatat perkembangan Symponi ini dalam buku khususnya. "Sepertinya obat antidepresan nya sudah bekerja dengan baik disistem saraf Symponi" gumam Diva. "Buktinya dia sudah mulai merespon sebuah sentuhan yang tidak dia sukai"
"Kamu tidak suka ya tangannya aku pegang? Baiklah, tidak apa-apa" ucap Diva.
"Apa kamu mau ini? Aku membawanya dari rumah, ini buah kesukaanku. Apa kamu juga menyukainya? Apa kamu tau nama buah ini?" Tanya Diva bertubi tubi.
Symponi merasakan sesuatu saat ada sebuah tangan yang menyentuhnya. Bukan pertama kali, tangan ini juga menyenyuhnya kemarin. Symponi berfikir bahwa dia harus melepaskan genggaman ini, perasaan tak nyaman ini sukses mengalihkan pikirannya terhadap Azzam sejenak.
Tapi mata ini masih enggan untuk menatap siapa pemilik sentuhan itu. Symponi masih tetap memilih untuk menatap kosong ke depan. Adegan-adegan kebersamaan dirinya dan Azzam masih jelas berputar di ingatannya, hal itulah yang membuat Symponi larut dalam dunianya sendiri.
Sudah hampir setengah jam mereka duduk berhadapan tapi saling diam. Diva dengan fokusnya pada Symponi dan Symponi dengan masa lalunya.
Diva beranjak setelah melihat jam yang ada ditangannya, sekarang sudah pukul 7 lewat 15 menit. Diva harus segera pergi ke RS.
Dengan langkah yang sedikit tergesa, Diva berbicara dengan Salma dan meminta Salma untuk melaporkan sedikit saja perkembangan dari Symponi saat dirinya bekerja dan tentu saja Salma menyanggupinya. Ini adalah tugasnya, mendampingi Symponi sampai sembuh.
Salma menghampiri Symponi yang tengah duduk diam, lalu dengan telaten Salma memindahkan Symponi menuju kursi roda yang sudah dibawanya.
Hari ini jadwal Symponi untuk berjalan jalan di seputar klinik ini. Mengusir rasa bosan dan mungkin bisa mengundang sebuah reaksi kecil dari Symponi.
Dengan perlahan roda ini berputar dan membawa Symponi ke halaman di depan dari Klinik Rumah Bambu ini. Halaman yang teduh dan udara yang dingin mulai terasa dikulit Symponi, sehingga dirinya mengeratkan sedikit syal yang dipakaikan oleh Diva tadi pagi.
Salma tersentak saat melihat gerakan itu dan dia membiarkan Symponi melakukannya sendiri.
"Cuacanya mulai terasa dingin ya. Rasanya kalau begini lebih enak kalau kita menyantap sesuatu yang hangat" ucap Salma tapi tak ada respon dari Symponi.
Salma terus saja berjalan ke arah taman yang banyak ditumbuhi oleh tamanan aroma terapi.
Wangi dari kelopak kelopak yang bermekaran itu sampai ke indra penciuman milik Symponi. Ada sebuah rasa yang membuat perasaan Symponi menjadi lebih tenang dan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Symponi (SELESAI)
RomansDitinggalkan dan dikhianati. itu yang yang dialami oleh Symponi Cahaya Dhuha. Tepat dihari pernikahannya, saat para undangan sudah hadir Symponi mendapat surat yang berisi tentang sebuah pengakuan dan permintaan maaf dari tunangan dan sepupunya. Ha...