Hujan.

23 3 0
                                    

Kenapa hujan membawa kenangan saat dia turun?

-Tasya-

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, tapi Tasya masih enggan untuk keluar kelas karena di luar sedang hujan. Sedari tadi ia hanya menendang bangku agar ia tidak mendengar bunyi hujan.

Dari luar seorang lelaki melihat apa yang dilakukan gadis itu sedari tadi. Karena merasa khawatir lelaki itu masuk ke dalam kelas dan mencoba menenangkan sang gadis.

"Lo ngapain?"

"Ka... Kafi?" Ucap gadis itu sebari menangis sesegukan.

"Jangan nangis di depan gue" pintanya dan mendekap tubuh sang gadis dalam peluknya. Di dalam pelukan Kafi, Tasya menangis sesegukan ia masih mengingat kejadian satu lalu. Ia benci akan hari itu. Hujan menjadi pengiring kepergian Tuan Kehangatan dan Nyonya Penyayang, dua orang yang ia sayangi.

Setelah merasa sedikit tenang, Tasya melepas pelukannya pada Kafi. Tasya merasa malu karena menangis dihadapan cowo itu.

"Jangan nangis di depan gue lagi ya, kalau mau nangis di pelukan gue aja" ucap Kafi menggandeng tangan Tasya seraya keluar kelas menuju parkiran.

"Mau langsung pulang atau kemana dulu?"

"Langsung pulang aja, gue cape."

Setelah memakaikan Tasya helm, motor Kafi segera meninggalkan parkiran. Sampai di depan rumah Tasya, Kafi melihat Mitha, Mama Tasya yang sedang mengintipnya dari jendela.

"Kalo mau cerita, gue siap kok jadi pendengarnya"
"Masuk gih Mama lo ngintipin kita tuh!" Ucap Kafi seraya menunjuk jendela tempat Mitha mengintip. Tasya pun melihat ke arah yang Kafi tunjuk dan Mitha yang ke gap hanya cengengesan.

Tasya pun segera masuk ke dalam rumahnya dan saat di ruang keluarga ia melihat bang Rama yang sedang menonton tv sebari ngemil.

"Tadi siapa?" Tanyanya saat melihat Tasya yang mendekat ke arahnya dan duduk disampingnya.

"Temen sekelas"

"Tapi keliatannya deket banget"

"Ya deket lah kan temen sekelas"

"Yakin temen sekelas aja nih?" Kata bang Rama sebari melihat saudaranya ini menunduk menggulum senyum.
"Gue belum pernah lihat lo deket sama cowo lain, selain sama Tuan Kehangatan lo itu. Tapi gue cuman minta satu, kalau lo bener-bener sayang sama cowo, jangan terlalu sayang sama cowo itu. Gue takut lo kenapa napa. Lo itu udah kayak ade gue, jadi kalau nanti lo kenapa napa gue ngerasa gagal jadi abang buat lo" ucap Bang Rama sebari mengacak rambut Tasya yang kini sedang bersandar di bahunya.

"Abang ngomong apaan sih! Orang Tatha ga suka sama Kafi"

"Kamu belum sadar sama perasaan kamu sendiri? Mata kamu aja bilang kamu suka sama dia"

"Abang gajelas ih ngomong nya!" Ujar Tasya sebari meninggalkan Bang Rama dan pergi ke kamarnya.

Sampai dikamar Tasya menghempaskan badannya ke atas kasurnya. Hari-harinya terasa gelap saat kedua orang yang ia sayang pergi meninggalkannya untuk selamanya dan hujan menjadi pengiring kepergiannya.

Rama yang sedari tadi melihat raut mata sembab sengaja mengikuti Tasya ke kamarnya. Dari balik pintu Rama mendengar isak tangis dari gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya. Ia merasa gagal menjadi abang yang baik untuk Tasya, bahkan saat Tasya menangis ia tidak berani untuk menenangkannya. Saat melihat Tasya menangis ia pun merasa sesak yang mendalam, ia sudah mengingkari janjinya pada si Nyonya Penyayang untuk selalu membuat Tasya tersenyum. Rama tidak bisa melihat Tasya menangis terus menerus, ia memutuskan untuk masuk ke kamar Tasya, dan memeluknya dari belakang.

"Jangan nangis lagi Tha. Abang ga bisa liat lo kayak gini terus" ucapnya mengeratkan pelukannya dan Tasya hanya menangis dalam dia. Hujan yang menjadi saksi bisu saat Tasya menangisi kepergian dua orang yang disayanginya.

"Gak apa apa Tha, kalo belum bisa, ya ga usah di paksa. Tapi saran abang, coba usaha melepaskan orang yang udah pergi ke pangkuanNya, Tha" Rama berujar sebari menghapus air mata Tasya.

"Sulit bang! KENAPA HUJAN BAWA PERGI NENEK SAMA DICKY? KENAPA?!" Kini emosi yang sudah ditahan Tasya sedari tadi ia luapkan. Ia sudah cape dengan semuanya. Hujan yang dulu sangat ia tunggu, sekarang ia sangat benci dengan hujan. Ia benci.

Rama hanya diam, ia sengaja. Rama ingin mendengarkan semua keluh kesah Tasya yang selama ini ia simpan sendiri. Rasa bersalah menghantui dirinya, ia mengaku salah karena tidak selalu ada disamping Tasya. Dalam isaknya Tasya tertidur entah dari kapan, Rama segera merebahkan tubuh Tasya di atas kasur.

"Gue janji mulai sekarang gue bakaln selalu ada di samping lo Tha. Gue sayang sama lo" bisik Rama sebari menyelimutinya dan segera duduk di sofa kamar Tasya sebari menonton TV.

Tasya terbangun dari tidurnya. Peluh mulai membasahi wajahnya. Ia terbangun dengan nafas yang tersenggal-senggal. Membuat lelaki yang ada di sampingnya, menatap dengan heran.

"Mimpi buruk?" Tanyanya.

Dengan cepat Tasya memeluk tubuh Rama dengan gemetar.
"Kejadian satu tahun yang lalu dateng di mimpi Tatha" jawabnya.

Rama menenangkan Tasya. "It's okay, Tha. Mimpi iti hadir karena lo kepikiran terus sama mereka. Tenangin diri lo." Ujar Rama "I'm here." Tasya pun hanya mengangguk samar.

🍁🍁🍁

Tasya nya kesian:(
Cepet bahagia ya Tatha:)

VOTE & COMENT nya dong:(

Comeback?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang