Luka Lama.

32 3 0
                                    

Dia yang terlihat baik-baik saja, adalah dia yang paling banyak menyimpan luka.

-Comeback-

Malam ini Kafi datang ke rumah Tasya, entah kenapa sedari tadi perasaannya khawatir dengan gadis pujaan hatinya. Sampainya di rumah Tasya, ia bertemu dengan Rama dan ia pun segera menanyai Tasya.

"Tasya nya ada bang?"

"Ada dari sore dia ga mau makan, coba lo bujuk deh!"

"Tasya ada dimana bang?"

"Ada di kamarnya, lo masuk aja. Tapi jangan macem-macem lo!" Dan Kafi hanya mengangguk setelah itu pergi menuju kamar Tasya. Setelah di depan pintu kamar Tasya, Kafi segera mengentuk pintu dan membukanya ternyata tidak dikunci.

"Sya" yang dipanggil pun menoleh ke samping dan terdiam beberapa saat. Matanya bertabrakan dengan mata kopi. Dari matanya, Kafi bisa melihat keadaan Tasya yang sedang kacau.

"Mau cerita?" Tasya terlihat memikir beberapa saat, sampai ahirnya ia mengangguk.

"Jadi..."

Flashback on.

Seorang gadis sedang menunggu di depan ruang ICU. Sudah lima hari dia sekolah dan menunggu sang nenek yang sedang berada di dalam.

"Tha makan dulu sana sama bang Rama" ujar sang Mama terdengar khawatir.

"Iya Ma" Tasya kecil pun menurut ucapan sang Mama dan pergi mencari makanan di pinggir jalan bersama bang Rama. Mereka memilih menyantap nasi goreng yang ada di depan rumah sakit.

"Abang Nenek kok ga bangun-bangun?"

"Nenek lagi tidur, mungkin dia lagi mimpi indah" ujar bang Rama menenangkan.

"Emangnya Nenek mimpi apa? Nenek ga kangen jalan-jalan sama kita lagi?" Rama tidak membalas ucapan Tasya, ia hanya tersenyum sendu ke arah Tasya. Usia Rama yang lebih tua dari Tasya, sudah mengerti keadaan Neneknya sekarang. Tapi ia tidak ingin Tasya menangis, jadi ia tidak memberi taukan hal sebenarnya.

Mereka saling diam, dan fokus menyantap nasi goreng. Sampai Tante Rani datang ke arah mereka dengan wajah menangis.

"Tante kenapa?" Tasya kecil kebingungan saat melihat tantenya menangis.

"Nenek kamu sayang" dengan isak tangisnya Tante Rani.

"Nenek kenapa Tante?!" Kini Rama sudah kebingungan.

"Nenek..."
"Nenek meninggal sayang"

Rintikan hujan turun, seakan tau bahwa disini Tasya sedang ingin menangis tanpa ingin dilihat dan menjerit tanpa ingin di dengar.

Saat iti juga dunia Tasya seakan hancur, Nenek yang telah merawatnya dari bayi sampai dia sekolah di bangku Sekolah Dasar kini harus pergi meninggalkan nya untuk selamanya.

Tasya segera berlari memasuki rumah sakit, ia tidak peduli kicauan orang karena telah ia tabrak tanpa disengaja. Ia tidak peduli lutuhnya berdarah karena jatuh dari tangga karena ia berlari kencang. Sampai di depan ruang ICU semua keluarganya menangis, Mitha sang Mama yang melihat anak datang dengan napas tersenggal-senggal segera memeluk anaknya.

"Ma bilang sama Tatha, kalau Nenek ga pergi ninggalin Tatha! BILANG MA!!" Ucap Tasya mengeratkan pelukannya pada sang Mama.

Tasya melepas pelukannya dan berjalan ke depan pintu ruang ICU. Betapa terkejutnya saat melihat jenazah yang keluar adalah sang Nenek. Ia tidak tau harus bagaimana lagi, kakinya terasa sulit untuk berjalan, bibirnya terasa kelu untul mengucap. Sesak rasanya. Ia mencoba untuk terlihat tegar, tapi ia tidak bisa. Tasya terduduk lemas di lantai.

Ucapan sang Nenek tadi siang kembali terngiang di telinga Tasya.

"Nanti kalo Nenek ga ada, Nenek mau Tatha jadi anak yang nurut sama Mama dan Papa, Tatha harus bisa jadi anak yang pinter dan banggain Mama sama Papa ya" ucap sang sebari mengelus pipi Tasya.

Sampai Neneknya di makam kan pun Tasya tidak berhenti menangis dan hujan pun semakin deras seakan mengejek Tasya yang terus menangis.

Dan mulai saat itu Tasya menjadi benci dengan hujan. Hujan yang menjadi pengiring kepergian orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

Flashback Off.

"Jadi itu penyebab lo benci hujan dan ga mau denger atau pun lihat hujan?"

"Iya, tapi ada lagi orang yang gue sayang pergi juga disaat hujan. Itu yang buat gue semakin benci dengan hujan."

"Siapa?" Tanya Kafi hati-hati.

"Dicky, dulu dia pacar gue tapi saat anyv kita yang ke satu tahun tiba-tiba dia menghilang. Gue udah coba buat hubungin dia dan cari tau keberadaan dia. Sampai satu tahun yang lalu, gue ketemu sama sahabat dekatnya Dicky dan gue tanyain sama dia Dicky dimana dan dia jawab..." ucap Tasya kembali terisak saat mengingatnya.

"Kalau... Dicky meninggal dan dia pergi itu buat pengobatan karena dia terkena penyakit kanker otak" tangis Tasya pecah saat itu juga dan Kafi langsung memeluk Tasya.

Di balik pintu Rama mendengar dan melihat semuanya. Ia mulai percaya kepada Kafi untuk menjaga Tasya. Setelah melihat Tasya kembali tenang dan tidak menangis lagi, Rama segera pergi meninggalkan kamar Tasya.

Gue janji Tha gue bakalan selalu ada untuk lo dan buat lo tersenyum -Kafi.

🍁🍁🍁

Kesian ya Tasya nya untung ada Kafi:)

Vote nya dong:)

Comeback?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang