Tasya sungguh terkejut saat membuka pintu rumahnya pagi ini. Seorang lelaki berambut hitam legam berdiri tegak di depan pintu. Lelaki itu tersenyum lirih berusaha terlihat tegar meskipun matanya berkaca-kaca.
"Kamu ngapain lagi di sini?!" Pekik Tasya sambil mengeratkan genggamannya pada gagang pintu.
Dicky nelangkah mendekati Tasya. "Sha . . . Aku mau kamu dengerin penjelasanku dulu." Pinta Dicky, memohon.
Tasya menggeleng keras. Dia lalu memanggil Pak Agus yang sedang membersihkan mobil Mitha.
"Pak Agus! Pak Agus, tolong bawa dia pergi!" Perintah Alsha menunjuk Dicky yang ada di depannya.
"Aku mohon baik-baik sama kamu. Pergi dari hadapanku sekarang!"
Dicky tidak mendengar permohonan Tasya. Dia semakin mendekati Tasya dan menjelaskan pada gadis itu perihal dia pergi meninggalkan gadis itu. Tapi Tasya terlanjur menutup mata, dan hatinya sontak menolaj itu semua. Dia berjongkok, menutup kedua telinganya menggunakan telapak tangan, lalu menjerit histeris dengan kelopak mata yang terpejam erat.
Bang Rama yang mendengar suara jeritan Tasya spontan berlari menuruni tangga rumahnya. Mitha dan para pekerja yang ada di rumahnya pun berhamburan ke luar. Bang Rama mematung melihat Dicky ada di depan Tasya. Sebagai kaka sepupu Rama memang tahu apa permasalahan keduanya. Tanpa banyak bicara lagi, Rama langsung menyuruh Pak Agus untuk membawa Dicky pergi.
🍁🍁🍁
Hari itu, Tasya tidak masuk sekolah. Mitha memberi alasan kepada wali kelas Tasya kalau Tasya ada urusan keluarga di luar kota.
"Tha, makan dulu, ya?" Bujuk Rama seraya mengusap lengan Tasya.
Tasya menggeleng lemah. "Kak, bisa keluar dulu, nggak? Aku mau istirahat."
Rama paham kalau saat ini mungkin Tasya benar-benar membutuhkan waktu sendiri. Lelah dua jam menangis membuat gadis itu agak mulai mengantuk. Dengan wajah penuh pengertian, Rama mengangguk dan mengelus rambut Tasya sebelum keluar dari kamarnya.
Sepeninggalan Rama, Tasya menyambar ponselnya yang berdering keras. Saa melihat siapa nama penelpon Tasya segera mengangkatnya.
"Halo, Tha. Lo kenapa nggak masuk?" Tanya Diba di sebrang telepon.
"Gue ada urusan keluarga nih." Bohongnya.
"Nggak, Tha, lo bohong kan? Suara lu kayak yang habis nangis Tha."
"Nantu gue bakal cerita kok ke lo pada."
"Siap Tha." Tasya lalu memutuskan sambungan telepon di antara mereka.
"Non, ada Den Kafi nyariin di bawah." Beri tahu Bi Marni kepada Tasya.
Tasya mengucapkan terima kasih dan berlari menemui Kafi di ruang tamu. Sesaat dia mencoba terlihat baik-baik saja dihadapan pacarnya itu.
"Tha," panggilnya pelan, membuat Tasya menggerakkan kepalanya ke samping perlahan. "Temenin gue ke tempat foto kopi, dong."
🍁🍁🍁
Kafi itu lucu. Tasya berulang kali mengucapkannya dalam hati dengan senyumnyang mengembang. Lelaki itu bilang tadi minta ditemani ke tempat foto kopi, nyatanya dia malah mengajak Tasya ke kedai eskrim dekat taman. Wajah Kafi yang datar menyantap es krimnya dengan serius. Dia ingin menanyakan pada Tasya soal lelaki itu, tapi rasanya tidak mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback?
Teen FictionSelamat datang di kisahku. Kisah ini ku tulis hanya sekedar mengingat. Kisah dimana diriku menangis karena mu. Ketika ku mulai membuka hati untuk mu namun kau malah memberi ku perasaan yang lain. Perasaan yang harus ku terima. "Maaf aku bukan yang t...