Nyaman.
Nyaman bisa jadi tempatmu bersandar.
Nyaman bisa menjadi tempatmu mencari kelelapan tidur.
Intinya, nyaman.Tidak hanya itu, aku juga ingin membuatmu nyaman lebih dari yang membuatmu bahagia.
Karena sesuatu yang sudah nyaman, pasti istimewa dan bikin bahagia.-Kafi-
🍁🍁🍁
Pulang sekolah ini mereka pulang bersama. Sampainya di halaman rumah Tasya, Kafi tidak langsung pulang ia memilih untuk mengobrol dahulu dengan Tasya. Sedari tadi ia menatap wajah Tasya yang menurutnya begitu canti saat rambutnya di kuncir kuda.
"Kalo lihat biasa aja kali. Nanti naksir bingun sendiri" ujar Tasya seraya terkekeh membuat Kafi tersenyum tengil.
"Udah naksir kali bu" ucap Kafi terang-terangan.
Gadis itu menoleh membuat matanya bertabrakan dengan kedua mata kopi yang saat ini sedang menatapnya dalam. Mata itu terlihat beda, membuat kenyamanan di dalamnya.
"Menurut lo cinta itu apa Tha?"
Tasya menatap lurus ke pohon yang berada di depannya. Tasya merasa nyaman di kota ini, tapi ia lebih nyaman di kota asal kedua orang tuanya yang membuat kota itu beda adalah dia. Orang yang saat itu pergi tanpa alasan, dan datang dengan alasan dan pergi lagi bersama sahabat dekatnya. Ia merasa dirinya hanyalah tempat singgah. Miris.
"Gue belum bisa jelasin apa cinta menurut gue"
Kafi mengangguk dan merubah posisinya menghadap Tasya yang saat ini tengah menatapnya juga.
"Menurut gue, cinta adalah saat kita nyaman dan paham walau cuma lihat dari sorot matanya"
"Maksudnya?"
"Sekarang lo coba hadap gue"
Hening.
Suara angin yang berhembus dengan diiringi kicauan burung menambah suasana tenang di tempat ini."Gue nyaman" ucapnya dengan suara yang lembut membuat jantung siapa saja berdesir ketika medengat ucapannya.
"Gue nyaman walau sekedar natap mata lo"Jatuhin gue sekarang, jantung gue udah jatuh ke perut -Tasya
"Dari awal gue suka sama mata lo Tha. Dari sana gue bisa lihat ada yang mau lo ucapin tapi lo takut bilangnya"
Gadis itu menunduk. Benar apa yang dikatakan Kafi. Ia takut jika nanti ia menceritakannya, ia akan kehilangan orang yang dipercayainya. Karena semua yang ada dunia ini bersifat sementara. Semua akan hilang sesuai waktu dan saatnya, entah itu besok, lusa atau bahkam detik ini juga.
"Kalau belum siapa cerita, jangan di paksa" ucap Kafi mendekat ke arah Tasya dan menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
Respon yang diberikan Tasya sungguh berbeda dari bayangan Kafi. Gadis itu justru membalas pelukan Kafi dan menyandarkan lebih dalam kepalanya ke dada bidang cowok itu.
"Apapun yang selama ini bikin lo takut kehilangan, gue akan usahain untuk ga bikin lo semakin takut. Gue akan berusaha tetap disini, di samping lo dan menjaga lo"
"Udah blak-blakan nih sekarang?"
"Yee, maaf kemarin-kemarin gue belum sadar sama perasaan gue sendiri."
"Kaf?"
"Hm?"
"Lo pasti punya masa lalu kan? Menurut lo seberapa penting masa lalu untuk hidup kita?"
"Masa lalu itu pelajaran Tha, yang ga mungkin di lupain tapi di relakan. Tapi ga semua orang bisa" ucap Kafi dengan nada suaranya berubah sendu.
"Lo kenapa Kaf?"
"Gak apaapa" ucapnya sebari mengacak rambut Tasya dengan gemas.
Mereka berdua tidak tau hubungan apa ini, terlalu manis untuk teman, tapi belum pantas jika disebut pacar. Menurut keduanya, saling membuat nyaman lebih bermakna dari status 'pacar'.
"Izinin gue buat sembuhin luka lo yang selama ini lo sembunyiin" ujar Kafi seraya tersenyum lembut menatap manik madu gadis itu.
Semua orang pasti punya luka bukan?
Setiap luka juga pasti memiliki alasan dan obatnya.
Bisakah kau percaya bahwa aku akan menjadi obat untuk lukamu?
Bantu aku Tha, bantu aku membuatmu sembuh, dan bantu aku menerima pengobatan darimu.Karena aku pun sama, juga terluka.
Namun tidak seburuk sejak kau datang.
Terimakasih.-Kafi Alyasa-
🍁🍁🍁
Duh Kafi bikin baper mulu nih!
Vote dan Comentnya dong:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback?
Teen FictionSelamat datang di kisahku. Kisah ini ku tulis hanya sekedar mengingat. Kisah dimana diriku menangis karena mu. Ketika ku mulai membuka hati untuk mu namun kau malah memberi ku perasaan yang lain. Perasaan yang harus ku terima. "Maaf aku bukan yang t...