Meet Him?

15 1 0
                                    

"Cinta memang tidak mempunyai kaki,
tapi cinta bisa berjalan dari hati
ke hati."

-Comeback.

Mereka menghabiskan malam yang dingin dengan bercanda di taman belakang vila. Mereka memandangi hamparan kebun teh yang mengelilingi vila tersebut. Langit malam saat iti sangat cerah dengan hiasan bintang berkelap-kelip indah di atas sana. Suasana seakan menyambut mereka semua.

Sambil menunggu daging yang sedang di panggang oleh Galang, Tasya keluar dari vila untuk melihat-lihat kebun teh di malam hari. Sesaat dia ingin duduk di salah satu bangku dari batang pohon yang tak jauh dari vilanya.

Tak sengaja matanya menangkap sesosok lelaki memakai baju kemeja berlengan sesiku. Lelaki itu terlihat sedang memandanginya dari jauh. Lelaki itu tampak berjalan santai ke arah Tasya. Setelah jarak mereka hanya lima langkah lagi, lelaki itu menyapa Tasya.

"Halo, Tasya." Sapa lelaki itu.

Napas Tasya tersekat. Dengan cepat gadis itu menunduk. Dia melihat lagi lelaki yang berada di depannya. Dia mengenali suara dan lelaki itu.

"Kamu . . ."

"Lama nggak dengar suara kamu. Masih ingat aku, kan, Tasya Kamitha?"

Sedetik kemudian, Tasya sadar akan sesuatu. Lelaku itu tersenyum memandang Tasya. Tangannya melambai pelan.

Dicky Reagan Alfarez.

Lelaku yang sangat disayangi dan dicintai Tasya kembali hadir dalam kehidupannya. Awalnya Tasya berpikir semua hanyalah bagian dari mimpi buruknya. Namun ketika dia mendekat dan memegang wajahnya, Dicky langsung memeluknya erat. Kehangatan tubuh Dicky menyengat dinginnya tubuh Tasya, menyadarkan gadis itu kalau Dicky nyata, bukan mimpi aplagi halusinasi.

"Dicky?" Tanya Tasya parau. Dia tidak membalas pelukan Dicky. Hanya membiarkan lelaki itu memeluknya erat. Dicky mengangguk, enggan melepaskan pelukannya.

"I miss you, Tha."

Tasya mematung. Berada dalam pelukan Dicky mengingatkannya akan banyak hal. Kebahagiaan yang tercipta di antara mereka berdua atau pun kesakitan yang pernah Tasya dengan dengar beberapa tahun lalu. Perasaan itu kembali mengahntam hati Tasya.

Gadis itu memberontak, berusaha melepaskan pelukan Dicky. Pelukan seorang lelaki yang dulu sempat mengisi hari-harinya selama beberapa tahun. Lelaki yang menempati peringkat nomor satu di relung hatinya, yang memenuhi setiap sudut di hatinya. Ada rasa enggan untuk melepaskan Dicky dari pikirannya. Namun itu dulu, sebelum Dicky mengubah segalanya. Mengubah kebahagiaan menjadi kesakitan yang mendalam.

"Tha, ku mohon dengarkan aku dulu," tahan Dicky sambil merapatkan pelukannya. Hatinya teriris menerima penolakan begitu kerasnya dari Tasya.

Tasya mengatupkan mulutnya yang bergetar hebat. Hatinya remuk, remuk akan sikap yang Dicky perbuat beberapa tahun lalu. Bagaimana Dicky dengan mudahnya meninggalkan Tasya seorang diri. Tubuh Tasya menggigil.

"Kenapa kamu pergi tanpa beri tahu aku? Kenapa kamu menghilang disaat hari yang seharusnya buat aku bahagia? Kenapa semua orang terdekat kamu nggak kasih tahu aku kalau kamu sakit dan katanya setahun yang lalu kamu meninggal? Kenapa Ky? Kenapa?!" Tanya Tasya lirih.

"Aku nggak akan sesakit ini kalau seandainya kamu ngga pergi dan menghilang gitu aja!"

Kedua lengan Dicky berusaha menahan tubuh Tasya yang mulai memberontak hebat. Leleki itu menjerit dalam hati memohon agar Tasya bisa mendengar penjelasannya.

"Tasya, aku mohon dengarkan aku."

Kepala Tasya menggeleng kuat, rasa sakit di dadanya memuncak memberikan kekuatan besar pada dirinya. Di berhasil melepaskan pelukan erat Dicky, menepis air mata yang berjatuhan. Gadis itu menatap lelaki yang ada di hadapannya.

Comeback?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang