Mksih ya atas dukungannya kemarin yang bilang update tiap hari ajah meskipun sedikit, nah aku kan sudah update jangan protes karena sedikit ya, hehe
Sudahkah kalian mendengar suara merdu Maz Kookie di cover lagu terbarunya Oh Holy Night? Duh aku meleleh dengerinnya.
"Anak itu, apakah dia anakku??" tanya Namjoon kepada Seokjin, Seokjin mengalihkan pandangannya, tidak ingin bersitatap dengan Namjoon.
"Bukan, Kookie bukan anakmu, dia anakku" sahut Seokjin ketus, sebenarnya dia sangat ingin memeluk orang yang ada di hadapannya ini, cinta itu masih ada di hatinya, sebegitu kejampun Namjoon menyakiti Seokjin, Seokjin tetap menjaga cintanya, buktinya sampai saat ini dia tidak membagi cintanya meskipun sudah ribuan lelaki mengemis cinta dihadapannya, menurutnya dia hanya cukup mencurahkan cintanya pada Jungkook, buah hati dirinya dengan orang yang ada di hadapannya.
Seokjin ingin sekali berteriak di hadapan Namjoon jika orang yang tengah berjuang di UGD itu adalah Jungkook, buah hatinya bersama Seokjin, simbol cinta mereka berdua, tapi lagi-lagi ego menguasai dirinya, tidak hanya dirinya yang menderita dengan peristiwa di masa lalu, Jungkook anaknya juga sangat menderita, padahal Jungkook tidak tahu apapun tentang masalah itu, bahkan di usianya yang masih kecil Jungkook sudah dihadapi dengan masalah yang cukup berat, dikatai anak haram itu sangat menyakitkan meski saat itu Jungkook tidak tahu apa itu artinya anak haram, tapi tetap saja sangat menyakitkan ketika teman-temannya mengejeknya dengan sebutan anak haram.
"Bohong! Anak itu, tadi memanggilku Daddy sebelum dia tidak sadarkan diri" ucap Namjoon meraih kedua lengan atas Seokjin agar mengahadap ke arahnya.
"Bukan, Kookie anakku bukan anakmu Namjoon-ssi" sahut Seokjin menunduk tanpa berani menatap mata Namjoon.
"Lihat aku Jin-ah, aku tahu kamu berbohong" ucap Namjoon tegas, dia ingin memastikan jika anak yang dia tolong itu adalah anaknya yang dia cari selama 14 tahun, jika memang benar, dia ingin menebus semua kesalahannya.
"Namjoon-sii, aku mohon, aku sudah..
Cklek
Ucapan Seokjin terpotong saat mendengar suara kenop pintu UGD terbuka, dia langsung menepis tangan Namjoon dengan kasar dan menghampiri dokter yang baru keluar dari UGD.
"Dokter, bagaimana keadaan anak saya? Anak saya tidak apa-apa kan?" tanya Seokjin panik kepada sang dokter.
"Anak anda menghirup gas beracun yang bersifat asfiksian, sehingga membuat anak anda kekurangan oksigen, dengan kondisi paru-paru yang sangat lemah milik anak anda, jika telat penanganan akan menyebabkan kematian, beruntung anak anda tepat waktu ditangani, jika terlambat sedikit saja anak anda tidak akan selamat, tapi anda tidak perlu khawatir, anak anda sudah melewati masa kritisnya, hanya perlu perawatan intensif" ucap dokter panjang lebar (seingetku dulu gitu penjelasan bu guru biologi tentang asap asfiksia, jangan hujat aku kalo salah ya, hehe duh si dokter juga cerewet ya, ops)
Deg
Seokjin mematung mendengarkan penjelasan dokter, jika terlambat sedikit saja anaknya tidak akan selamat, ya Tuhan sungguh Seokjin tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika itu benar-benar terjadi kepada anaknya.
Bruk
"Jin-ah" panik Namjoon saat melihat Seokjin jatuh terduduk, Seokjin tidak kuat lagi menopang tubuhnya, semuanya terasa lemas tidak ada tenaga, Seokjin shock karena hampir saja kehilangan orang yang sangat dia sayangi, satu-satunya alasan dia hidup di dunia ini, jika saja dulu tidak ada Jungkook di perutnya, Seokjin lebih memilih mengakhiri hidupnya.
"Yak, gwencana?" tanya Namjoon panik saat melihat Seokjin tidak merespon dan dengan pandangan kosong.
"Kookie, Kookie anakku tidak apa-apa kan?" tangis Seokjin pecah, dokter tadi kembali masuk untuk mengecek ulang kondisi Jungkook sebelum dibawa ke ruang rawat inap.
"Kookie baik-baik saja, kamu tenanglah Jin-ah" sahut Namjoon seraya membantu Seokjin untuk duduk di tempat duduk depan UGD, dia mendekap tubuh lemas Seokjin, Seokjin masih terus menangis dalam dekapan Namjoon.
"Terima kasih, terima kasih banyak telah menyelamatkan anakku, aku tidak tahu harus berterima kasih bagaimana kepadamu" ucap Seokjin masih dalam keadaan menangis, dia sangat bersyukur Namjoon menyelamatkan Jungkook tepat waktu, jika telat sedikit dia tidak tahu sudah apa yang akan terjadi.
"Gwencana, Kookie juga anakku, sudah menjadi kewajibanku menyelamatkan anakku" sahut Namjoon masih mengelus punggung Seokjin, Seokjin yang mendengar itu langsung melepas dekapan Namjoon dengan kasar.
"Bukan, Kookie anakku, bukan anakmu" sedikit tidak terima dengan pengakuan Namjoon, karena Jungkook hanya anaknya, bukan anak siapa-siapa, dari kecil Jungkook hanya punya Seokjin, dan Seokjin hanya punya Jungkook, dan dengan seenaknya Namjoon mengakuinya anak, setelah apa yang telah dia lakukan, dia baru mengakuinya sebagai anak, setelah menelantarkan Jungkook sejak dalam kandungan, dia mengakuinya anak? Hey Namjoon kurang belaian, eh kurang ajar, tidak ingatkah kamu dengan apa yang kamu lakukan kepadanya? Dimanakah dirimu selama 15 tahun ini?.
"Jin-ah, aku minta maaf tentang semua yang terjadi, aku tahu Kookie adalah anakku, dia tadi memanggilku Daddy, dia butuh Daddynya, dia butuh aku, tidakkah kamu memikirkan hal itu Jin-ah" ucap Namjoon, Seokjin sedikit berpikir, memang benar Jungkook butuh Daddynya, sedari kecil Jungkook tidak memiliki Daddy, meskipun dia tidak kekurangan kasih sayang tapi dia butuh Daddynya, kasih sayang Daddynya.
"Jawab pertanyaan aku Jin-ah, Kookie itu anakku kan?" tanya Namjoon serius saat melihat Seokjin berpikir dia merasa Seokjin menerima perkataannya.
"Kookie, dia itu anak...
"Yeoboooo"
Ucapan Seokjin terpotong oleh seseorang yang berteriak sambil berlari ke arahnya.
Namjoon dan Seokjin reflek melihat orang itu, mereka berdiri dari duduknya saat melihat orang itu berlari ke arah mereka, orang itu terlihat panik, terlihat saat dia berlari dengan terburu-buru bahkan penampilannya berantakan.
"Yeobo, kamu tidak apa-apa kan? Ya Tuhan suamiku, aku sangat khawatir" ucap orang itu panik seraya meraba-raba tubuh Namjoon bermaksud mengecek keadaan Namjoon.
"S....ssuami???"
Tbc