Hwaaaa pagi2 udah update aku, semoga gag ganggu liburan kalian ya, hehe
Pilih ya, mau pendek kyk gini tp tiap hari atau panjang kayak yang Don't ever Change tapi tiap minggu bahkan tiap bulan? Aku sih terserah kalian Hehe
"Daddhh Daddyhh" ucap anak muda itu tersenyum manis dengan tangannya menyentuh wajah seseorang itu, setetes airmata keluar dari mata sayu itu "terima kasih Tuhan, meskipun saat ini sudah waktunya Kookie pergi, setidaknya Kookie masih bisa bertemu dengan Daddy" Jungkook membatin pilu, dia tersenyum manis, namun pandangannya mulai mengabur dan tangan yang menyentuh wajah orang itu melemas, nafasnya mulai tersedat dan terasa sangat berat, dan saatnya dia menutup matanya dengan sempurna.
"Daddy??" orang itu, bos restoran bernama Kim Namjoon bertanya heran karena anak muda di pangkuannya ini memanggilnya Daddy, tangan terulur membelai wajahnya dengan senyuman manis kebahagiaan seakan bertemu dengan orang yang sangat dia rindukan, entah bagaimana dia sangat ingin melindungi anak muda di pangkuannya ini, dia harus bisa menyelamatkan anak muda ini bagaimanapun caranya.
"Yak, buka matamu nak" Namjoon mengguncang-guncangkan tubuh anak muda itu, dia sangat panik saat ini padahal ini pertama kalinya dia bertemu dengan anak itu dan dia sudah takut setengah mati saat anak itu menutup matanya.
"Sial" Namjoon mengumpat lagi kala tidak mendapat respon dari anak itu, dengan segera dia meraih sapu tangan yang ada di sakunya kemudian memakaikan ke hidung anak itu, bermaksud agar anak itu tidak menghirup asap terlalu banyak, dia mengira jika anak itu memiliki gangguan paru-paru.
Namjoon meletakkan anak itu dipunggungnya dengan tangannya, dia harus keluar dari kebakaran ini, dia harus bisa menyelamatkan anak ini.
Bom
Baru saja dia melangkah menuju tangga sebuah ledakan terdengar di lantai 1, bisa dipastikan itu kedakan tabung gas.
"Ya Tuhan, bantu aku" ucap Namjoon berdoa ketika api semakin besar dan dia terjebak di dalam kobaran api ini bersama anak muda ini.
Dengan nekat yang kuat Namjoon menerjang kobaran api, dia berlari sekencang-kencangnya melewati tangga yang dipenuhi api, tidak mempedulikan jika dirinya akan terbakar, tapi beruntung dengan kecepatannya sehingga api hanya menyentuhnya tanpa bisa membakarnya (paham maksudku kan?)
Namjoon sudah ada di lantai 1, dan ini lebih berbahaya daripada di lantai 2, lantai 2 mungkin hanya asap tebal saja yang terasa, tapi di lantai 1 ini sudah apinya, ya Tuhan Namjoon mimpi apa semalam, atau saat ini dia belum bangun hingga dia bermimpi berpetualang dengan api.
Namjoon merutuki karyawannya yang tidak ada tindakan dari tadi, setidaknya bawahannya menghubungi pemadam agar restorannya tidak terlahap habis oleh api, padahal Namjoon tidak tahu jika karyawannya sudah menghubungi pemadam juga sudah berusaha mencegah besarnya api, hanya saja mereka gagal, akhirnya mereka menyerah dengan keluar dari kobaran api.
Pintu keluar sudah terlihat, hanya saja untuk menuju kesana harus melewati kobaran api yang membara, Namjoon melihat ke belakang anak muda itu masih tidak sadarkan diri, dia sedikit lega karena merasakan detak jantung anak itu meskipun lemah setidaknya anak itu masih hidup, dan tugasnya saat ini harus bisa menyelamatkan anak itu dengan melewati kobaran api itu, dia berpikir keras, tidak adakah ide yang bisa membuatnya bisa melewati api itu.
Namjoon tersenyum tipis saat melihat ada lukisan besar di samping kirinya, dengan tangan kananya dia meraih lukisan besar itu dan melemparnya ke kobaran api itu, berharap lukisan itu bisa menutupi api yang membara itu, dengan cepat dia melewati lukisan itu, berlari sekencang yang dia bisa agar api tidak menghalangi langkahnya lagi.
.
.
.
.
.
.
.
Seokjin sudah tidak bisa berbuat apa lagi, tidak ada harapan lagi anaknya itu bisa keluar dengan selamat, anak satu-satunya, jagoannya, satu-satunya yang dia punya di dunia ini sudah meninggalkannya, ya Tuhan kenapa secepat ini memisahkan dirinya dengan anak semata wayangnya, bahkan anak itu tidak tahu dan tidak pernah merasakan memiliki Daddy.
Seokjin meraung kesakitan menahan sakit yang ada di dadanya kala harus menghadapi kenyataan jika anaknya sudah meninggalkannya, terduduk lemas dengan airmata yang tak pernah berhenti mengalir.
Semua orang yang ada di situ menatap iba terhadap seorang berwajah cantik itu, melihat anaknya terlahap habis oleh api di depan matanya tanpa bisa melakukan apapu membuat semua orang tahu apa yang dia rasakan, tak sedikit dari mereka yang ikut meneteskan airmata saat melihat Seokjin hancur, bahkan orang yang memegangi Seokjin tadi juga meneteskan airmata, mereka juga tidak tahu harus berbuat apa saat ini, selain menunggu pemadam datang.
Tap
Tap
Tap
Semua orang terkejut saat mendengar suara langkah berlari yang terdengar dari dalam restoran itu, Seokjin langsung menoleh dan menegakkan badannya berharap orang itu adalah Jungkook, meski dia tahu itu bukanlah Jungkook karena sangat tidak mungkin Jungkook bisa keluar dari kobaran api juga asap tebal itu.
Dan yang membuat semua orang terkejut adalah saat mereka melihat seseorang menggendong anak muda di punggungnya keluar dari kobaran api, para karyawan restoran itu sudah pasti tau siapa orang yang menggendong anak muda itu.
"Kookie!!" seru Seokjin saat tahu orang yang keluar dari restoran itu adalah seseorang yang menggendong anaknya.
Dengan cepat Seokjin menghampiri anaknya, dia meletakkan anak itu di pangkuannya dengan bantuan orang yang menggendong anaknya, memeluknya erat, seakan takut jika anaknya itu akan meninggalkannya.
"Kookie, ya Tuhan Kookie" Seokjin semakin keras menangis, dia masih bisa memeluk anaknya.
Tilu lilu lilu
Suara sirine pemadam juga medis datang ke tempat itu, petugas pemadam langsung bertugas dan petugas medis juga langsung membawa Jungkook juga Namjoon ke ambulan, Namjoon tidak apa-apa hanya saja tangannya berdarah, dia tidak tahu malah jika tangannya berdarah, mungkin dia terlalu panik tadi hingga dia tidak menyadari lukanya.
Seokjin terus menangis saat di ambulan ditemani Namjoon juga petugas medis, petugas medis terus memberi pertolongan pertama untuk Jungkook, hingga ambulan itu sampai di rumah sakit dan Jungkook di bawa ke UGD.
"Hiks Kookie, bertahanlah sayang" ucap Seokjin terduduk di lantai depan ruang UGD.
"Jin-ah" ucap seseorang yang sedari tadi ada di sampingnya, Seokjin baru sadar jika dia bersama dengan orang yang menyelamatkan Jungkook, dia belum sempat berterima kasih kepada orang itu karena sangat panik dengan keadaan Jungkook.
Deg
Suara itu, panggilan itu, Seokjin masih mengingatnya dengan jelas siapa pemilik suara itu dan siapa yang memanggilnya dengan sebutan itu, hanya ada satu orang, dan orang itu adalah Kim Namjoon, orang sangat dia rindukan tapi juga sangat dia hindari, karena peristiwa di masa lalu.
Kenapa dia baru menyadari jika orang yang menyelamatkan Jungkook adalah Namjoon, orang yang sangat dia hindari, niatan ingin berterima kasih pun pupus.
"Anak itu, apakah dia anakku??"
Tbc.
Hayooo mereka dah ketemu, siapa yang setuju besok END???